Selasa, 12 April 2011

STRUKTUR ANATOMI JENIS KAYU YANG DIGUNAKAN DALAM PEMBUATAN RUMAH TRADISIONAL BALI

Oleh
Alit Adi Sanjaya


Jenis kayu yang digunakan dalam pembuatan rumah tradisonal Bali ini, apabila dikaji secara atanomi, akan menampilkan karakteristik-karakteristik tertentu yang dimiliki oleh setiap kayu. Kayu jati (Tectona grandis L.) berdasarkan sifatnya termasuk kedalam kayu istimewa. Apabila dikaji berdasarkan struktur anatomi, kayu ini sangat kuat karena kayu ini tersusun atas sel-sel dengan dinding penebalan lignin. Selain itu, memiliki serat yang sangat padat. Kayu ini juga tidak mudah terserang rayap atau hama lainnya karena sel-sel penyusun kayu jati memiliki zat tanin yang berfungsi sebagai bahan pengawet. Selain itu, sel-selnya juga mengandung zat tectonin yang berfungsi sebagai zat racun bagi rayap dan hama lainnya. Kayu jati ini apabila sudah tua akan berwarna coklat muda, apabila telah lama terkena sinar matahari dan terpapar oleh udara, maka warnanya akan berubah menjadi sawo matang.
 Jenis kayu jati ini dipandang kuat karena adanya jaringan penyokong atau jaringan penguat pada batang. Yaitu jaringan sklerenkim yang tumbuh dengan baik. Pembuluh kayu jati tersusun dalam lingkaran (cincin). Beberapa pembuluh kayu mengandung tilosis. Adanya perforasi dan memiliki noktah. Kayu ini memiliki serat yang bersekat dengan dinding ada yang tipis dan ada yang mengalami penebalan. Pada serat biasanya dijumpai adanya sedikit silika.
          Sama halnya dengan kayu jati, kayu cempaka (Michelia champaca L.)  merupakan jenis kayu yang awet. Sebab sel-sel penyusun kayu cempaka ini mengandung zat tanin yang berfungsi  sebagai pencegah terhadap kerusakan, pelapukan dan serangan rayap atau hama lainnya. Arah serat kayu cempaka ini lurus dan agak bergelombang. Disamping itu sel-sel pada kayu cempaka ini juga menghasilkan hasil metabolit berupa minyak atsiri yang merupakan minyak yang mudah menguap. Minyak ini biasanya akan menghsalikan aroma yang khas pada kayu cempaka ini, sehingga kayu ini akan beraroma harum. Struktur jaringan kolenkim dan sklerenkim juga mendukung kayu cempaka ini. Kayu ini sangat kuat. Ditijau dari parenkim aksial, ditemukan adanya kristal dan silika yang merupakan produk sisa dari hasil metabolisme.
Kayu cempaka memiliki pembuluh kayu yang tersebar, berbentuk lonjong. Sel-sel penyusun pembuluh xilemnya mengalami penebalan tipe skalariform, dengan adanya noktah antar pembuluhnya. Parenkim aksial berupa parenkim apotrakeal tersebar atau berkelompok yang berada diantara serat. Kayu cempaka memiliki serat yang tidak bersekat, memiliki dinding sel mulai dari yang tipis sampai yang mengalami penebalan.
Kayu cendana (Santalum album L.) termasuk kedalam jenis kayu kelas istimewa. Sebab selain memiliki struktur kayu yang sangat kuat, juga memiliki aroma kayu yang sangat harum. Adanya aroma yang harum ini disebabkan karena sel-sel penyusunya menghasilkan zat-zat ergastik berupa produk sisa yang tidak bernitrogen, yaitu berupa minyak esensial. Minyak esensial (minyak atsiri) merupakan minyak yang mudah menguap, sehingga menghasilkan aroma yang khas.
Kayu cendana ini termasuk kayu yang kuat karena kayu ini memiliki jaringan sklerenkim yang berkembang sangat baik,dengan dinding selnya mengalami penebalan lignin. Kayu ini berwarna coklat dengan tekstur kayu yang agak halus. Arah serat yang lurus atau bergelombang. Memiliki permukaan licin dan agak mengkilap.  Kayu cendana memiliki pembuluh kayu yang tersebar dengan adanya perforasi dan adanya noktah. Pada parenkim aksial terdapat adanya silika. Serat sebagian bersekat dengan dinding yang tipis sampai yang tebal.
Kayu nangka (Artocarpus integra merr.) umumnya berwarna kuning dengan tekstur yang agak kasar dengan arah serat yang lurus. Permukaan kayu yang licin dan mengkilap. Kayu nangka memiliki pembuluh kayu yang tersebar, dengan beberapa pembuluh kayu berisi tilosis. Papan xilem mengalami perforasi sederhana dengan adanya saluran noktah. Pada parenkim aksial terdapat adanya silika. Serat sebagian bersekat dengan dinding yang tipis.

Kayu wangkal (Abizia procera Roxb.),  kayu juwet (Syzygium cumini Linn.), kayu klampuak (Syzygium zollingeriamun (Miq.) Amsh.) merupakan jenis kayu yang banyak digunakan karena kayu ini memiliki struktur yang sangat kuat. Memiliki trakea dan trakeid dengan penebalan sekunder, memiliki serat yang lurus, serta memiliki aksial parenkim.

Dari semua jenis kayu yang digunakan oleh masyarakat Bali dalam pembuat bangunan, kayu yang digunakan adalah kayu dari pohon kelas dikotil. Hal ini jika dipandang secara anatomi, batang dikotil dapat mengalami pertumbuhan primer maupun pertumbuhan sekunder. Sehingga batang ini memiliki diameter yang besar dan kuat dinding sel penyusunnya mengalami penebalan, baik penebalan primer dengan pektin maupun penebalan sekunder dengan zat lignin. Selain itu pada batang dikotil susunan berkas pengangkutnya teratur dan membentuk lingkaran dengan tipe berkas kolateral terbuka. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar