Minggu, 13 Maret 2011

JAMUR (FUNGI)

oleh
Alit Adi Sanjaya


Perkataan “fungi”  (tunggal : fungus) diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi “jamur”. Sedangkan yang dimaksud dengan “cendawan” (toadstool; mushroom) adalah jamur yang tergolong kepada suku “Agaricaceae” saja (Rifai, 1979 dalam Mardinus, 2006).  Jamur mudah dikenali apabila telah membentuk alat perkembangbiakannya yaitu spora.  Semangun (1996) menyatakan jamur adalah organisme yang sel-selnya berinti sejati (eukaryotic), biasanya berbentuk benang, bercabang-cabang, tidak berklorofil, dinding selnya mengandung kitin, selulosa, atau keduanya. Jamur adalah organisme heterotrof, absortif, dan membentuk beberapa macam spora. Heterotrofik yaitu organisme yang memerlukan senyawa organik baik dari bahan organik mati seperti sisa-sisa hewan dan tumbuhan dan ada pula yang hidup dan memperoleh makanan dari organisme hidup. Jamur yang hidup dan memperoleh makanan dari bahan organik mati dinamakan saprofit, sedangkan yang hidup dan memperoleh makanan dari organisme hidup dinamakan parasit (Mardinus, 2006).
Peltzar dan Chan (2005) menjelaskan bahwa fungi atau cendawan merupakan organisme heterotrofik dimana mereka memerlukan senyawa organik untuk nutrisinya. Ada yang hidup sebagai saprofit yaitu menghancurkan sisa-sisa tumbuhan dan hewan yang kompleks, kemudian menguraikannya menjadi zat kimia yang sederhana, dan kemudian mengembalikannya ke dalam tanah, dan selanjutnya meningkatkan kesuburannya, jadi sangat menguntungkan bagi manusia.  
Menurut Darnetty (2005) dalam Mardinus (2006) menyatakan definisi jamur yang lebih mendekati kebenarannya adalah organisme eukaryotik (mempunyai inti sejati), tidak mempunyai klorofil, mempunyai spora struktur somatik atau talus berupa sel tunggal (uniseluler) dan umumnya berupa filamen atau benang-benang bercabang (multiseluler), berkembang biak secara aseksual dan seksual, dan dinding sel umumnya terdiri dari kitin dan selulosa ataun keduanya.
Mardinus (2006) menyatakan sebagian besar jamur berkembang biak dengan spora. Spora adalah tubuh reproduksi atau pembiakan yang terspesialisasi terdiri atas satu atau beberapa bagian sel. Spora mungkin dibentuk secara aseksual (melalui produksi dengan pemisahan miselium, sel yang terspesialisasi, spora tanpa melibatkan kariogami dan meiosis) atau sebagai hasil proses seksual.  
Jamur berkembang biak secara vegetatif dan generatif dengan berbagai macam spora. Yudianto (1992) menyatakan bahwa perkembangbiakan vegetatif jamur dapat berlangsung dengan cara fragmentasi, membelah diri, bertunas, spora kembara, dan konidiospora. Sedangkan secara generatif, yaitu melalui perkawinan yang dilakukan oleh dua jenis hifa yang berbeda, yang menghasilkan peleburan dua gamet/sel. Umumnya jamur tidak memiliki alat yang menghasilkan sehingga hifa yang dapat kawin, sehingga hifa yang dapat kawin disebut hifa positif (+) dan hifa negatif (-). Dalam pengelompokan kelas jamur, perlu diperhatikan adalah bentuk fase vegetatifnya, ada tidaknya sekat pada hifanyaa, mengalami ada tidaknya perkembangan generatif dan tipe-tipe tubuh buahnya.
Spora fungi mempunyai berbagai bentuk dan ukuranm dan dapat dihasilkan secara seksual atau secara aseksual. Pada umumnya spora adalah organisme uniseluler, akan tetapi ada juga spora yang multiseluler. Spora yang dihasilkan di dalam, atau dari struktur hifa yang terspesialisasi. Ketika kondisi lingkungan memungkinkan, pertumbuhan yang cepat, fungi mengklon dirinya dengan menghasilkan banyak spora secara aseksual. Spora-spora ini dapat terbawa angin, dan berkecambah jika menemukan tempat permukaan yang sesuai (Campbell, et al., 2003).

Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan fungi
Pada umumnya pertumbuhan fungi dipengaruhi oleh faktor substrat, kelembapan, suhu, derajat keasaman substrat (pH), dan senyawa-senyawa kimia dilingkungannya (Ganjar, 2006).
a.       Substrat
Substrat merupakan sumber nutrien utama bagi fungi. Nutrien-nutrien baru dapat dimanfaatkan sesudah fungi mengekskresi enzim-enzim ekstraseluler yang dapat mengurai senyawa-senyawa kompleks dari substrat tersebut menjadi senyawa-senyawa yang lebih sederhana. Fungi yang tidak dapat menghasilkan enzim sesuai komposisi subtrat dengan sendirinya tidak dapat memanfaatkan nutrien-nutrien dalam substrat tersebut.
b.      Kelembapan
Faktor ini sangat penting untuk pertumbuhan fungi. Pada umumnya fungi tingkat rendah seperti Rhizopus atau Mucor memerlukan lingkungan dengan kelembapan nisbi 90%, sedangkan kapang  Aspergillus, Penicillium, Fusarium, banyak Hyphomycetes lainnya dapat hidup pada kelembapan nisbi yang lebih rendah, yaitu 80%.  Dengan mengetahui sifat-sifat fungi ini penyimpanan bahan pangan dan materi lainnya dapat mencegah kerusakannya.
c.       Suhu
Berdasarkan kisaran suhu lingkungan yang baik untuk pertumbuhan, fungi dapat dikelompokkan sebagai fungi psikrofil, mesofil, dan termofil. Secara umum pertumbuhan untuk kebanyakan fungi adalah sekitar 25 – 30 0C.  Beberapa jenis fungi bersifat psikrotrofik yakni dapat tumbuh baik pada suhu lemari es dan ada fungi yang masih bisa tumbuh secara lambat pada suhu dibawah suhu pembekuan, misalnya -5 0C sampai -10 0C. Selain itu, ada jamur yang bersifat termofilik yakni mampu tumbuh pada suhu tinggi.km  Mengetahui kisaran suhu pertumbuhan suatu fungi adalah sangat penting, terutama bila isolat-isolat tertentu atau termotoleran dapat memberikan produk yang optimal meskipun terjadi peningkatan suhu, karena metabolisme funginya.
d.      Derajat keasaman (pH)
pH substrat sangat penting untuk pertumbuhan fungi , karena enzim-enzim tertentu hanya akan mengurai suatu substrat sesuai dengan aktivitasnya pada pH tertentu. Umumnya fungi menyenangi pH dibawah 7,0. Namun beberapa jenis khamir tertentu bahkan dapat tumbuh pada pH yang cukup rendah, yaitu pH 4,5 – 5,5.
e.       Senyawa kimia
Selama pertumbuhannya fungi menghasilkan senyawa-senyawa yang tidak diperlukannya lagi dan dikeluarkan ke lingkungan. Senyawa-senyawa tersebut merupakan suatu pengamanan bagi dirinya terhadap serangan oleh organisme lain termasuk terhadap sesama mikroorganisme.
f.       Waluyo (2005) menambahkan faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan fungi adalah komponen penghambat. Beberapa jamur mengeluarkan komponen yang dapat menghambat pertumbuhan organisme lain. Pertumbuhan jamur biasanya berjalan lambat dibandingkan dengan pertumbuhan bakteri. Tetapi bila sesekali jamur bisa tumbuh, dimana pertumbuhannya ditandai dengan misellium maka pertumbuhannya akan berlangsung sengan cepat.
Fungi berkembang biak baik secara aseksual misalnya dengan cara pembelahan, pembentukan kuncup atau pembentukan spora maupun secara seksual yaitu dengan peleburan dari dua sel induk (Ristiati, 2000). Faktor lingkungan sangat menetukan struktur reproduksi apa yang akan dibentuk fungi dan untuk tujuan apakah struktur reproduksi seksual atau struktur reproduksi aseksual (Gandjar et al., 2006). Sampai sekarang diketahui bahwa banyak spesies fungi yang hanya bereproduksi secara aseksual (fase anamorf). Akan tetapi perkembangan ilmu pengetahuan berhasil menemukan fase seksual (fase teleomof) pada sejumlah fungi sebelumnya.

Pertumbuhan fungi
Bidang mikrobiologi mendefinisikan pertumbuhan adalah pertambahan volume sel, karena adanya pertambahan protoplasma dan senyawa asam nukleat yang melibatkan sintesis DNA dan pembelahan mitosis. Pertambahan volume sel tersebut adalah irreversible, artinya tidak dapat kembali ke volume semula. Umumnya suatu miselium digunakan sebagai kriteria terjadinya pertumbuhan, karena masa sel-sel tersebut berada dari satu sel. Sesuatu yang semula tidak terlihat, yaitu suatu spora atau konidia fungi atau spora fungi akan menjadi miselium atau yang dapat dilihat. Bila suatu konidia atau spora fungi ditanam di atas agar dalam cawan petri, maka setelah satu atau dua hari baru terlihat suatu permukaan agar yang dapat berupa tetesan kental apabila suatu khamir atau berupa benang-benang bila bentuk tersebut adalah kapang (Gandjar et al., 2006)

Medium pertumbuhan fungi
Nutrien atau makanan merupaka substansi dengan berat molekul rendah dan mudah laurt dalam air. nutrien ini berasal dari degradasi nutrien dengan molekul kompleks. Suatu larutan mengandung nutrien disebut medium kultur. Medium merupakan substrat yang berperan menyediakan nutrisi yang diperlukan spora untuk berkecambah. Nutrisi yang dubutuhkan adalah karbohidrat sebagai sumber energi, protein sebagai penyusuntubuh, dan mineral sebagai zat yang dapat menunjang pertumbuhan spora (Juliadiningsih, 2007). Fungi dapat mengambil nutrien dari lingkungannya dalam bentuk larutan, sehingga fungi sering disebut jasad osmotrof (Ristiati, 2000).
Media biakan merupakan suatu zat yang digunakan untuk menumbuhkan mikroorganisme di laboratorium. Fungsi dari suatu media biakan adalah memberikan tempat dan kondisiyang mendukung pertumbuhan dan perkembangbiakan dari mikroorganisme yang ditumbuhkan. PDA (Potato Dextrosa Agar) merupakan salah satu media yang banyak digunakan untuk membiakkan suatu mikroorganisme, baik berupa fungi, bakteri maupun sel makhluk hidup.
Pembuatan kultur murni jamur menggunakan media PDA (Potato Dextrosa Agar). PDA terbuat dari kentang, dextrosa dan agar dimana setiap komponen mengandung suatu zat tertentu yang mampu menunjang pertumbuhan jamur, antara lain: (1) kentang (Potato) yang merupakan sumber karbohidrat yang mengandung vitamin, dan mineral yang cukup tinggi. Fungsi kentang dalam penyusunan PDA adalah mensuplai karbohidrat yang sangat diperlukan oleh jamur dalam pertumbuhannya, (2) dekstrosa merupakan penyusun PDA yang sangat mempengaruhi pertumbuhan jamur. Dekstrosa merupakan gugusan gula, baik monosakarida maupun polisakarida. Dekstrosa umumnya menyediakan karbohidrat sebagai sumber energi dan unsur-unsur N, Na, Ca, dan K yang berperan sebagai kofaktor enzim dalam pertumbuhan spora jamur (Girindra, 1993),(3) agar yang diperoleh dari tumbuhan berumbi yang menghasilkan glukosa. Agar merupakan polimer sulfat  yang sebagian besar terdiri atas D-galactosa, 3,6-anhidro-L-galactosa, dan asam D-glukoronik (Prescott, et al., 2003).  Fungsi dari agar adalah untuk mengentalkan media sehingga mempermudah dalam menumbuhkan dan mengisolasi jamur mikroskopis dan bagian-bagian jamur yang lainnya.

Daftar pustaka tidak dicantumkan.

3 komentar:

  1. terima kasih, sangat bermanfaat buat saya :)

    BalasHapus
  2. akan lebih baik bila daftar pustaka juga dicantumkan

    BalasHapus
  3. daftar pustaka mungkin bisa dicantumkan min :)

    BalasHapus