Minggu, 20 Maret 2011

SYARAT-SYARAT EKOLOGIS PEMBUDIDAYAAN RUMPUT LAUT

oleh
Alit Adi Sanjaya




Syarat-syarat ekologis untuk pertumbuhan rumput laut meliputi dua karakteristik yaitu karakteristik fisika-kimia dan karakteristik biologis.
       Yang termasuk karakteristik fisika-kimia adalah sebagai berikut.
1. Salinitas
      Salinitas untuk pertumbuhan rumput laut berkisar antara 30 – 35 permil atau bisa lebih, bergantung pada jenis rumput lautnya. Misalnya Gracylaria verrucosa kebanyakan infertil pada daerah yang bersalinitas tinggi (30 – 35 permil). Gracilaria yang berasal dari Atlantik dan Pasifik timur dapat tumbuh pada salinitas dengan kisaran 15 – 38 permil, dan mengalami pertumbuhan maksimum pada salinitias optimum 25 permil, yang ditunjang kadar nitrogen dan fosfat yang rendah dan berhubungan langsung dengan pasang surut dan curah hujan (Aslan, 1998).

2. Zat Hara
      Kadar nitrat dan fosfat mempengaruhi stadia reproduksi alga bila zat hara tersebut melimpah diperairan. Kadar nitrat dan fosfat di perairan akan mempengaruhi kesuburan gametofit alga cokelat (Laminaria nigrescenc) (Aslan, 1998 dan Winarno, 1996).

3. Gerakan Air
      Gerakan-gerakan air laut disebabkan oleh beberapa faktor, seperti angin yang menghembus diatas permukaan laut. Pengadukan yang terjadi karena perbedaan suhu air dari dua lapisan, perbedaan tinggi permukaan laut, pasang surut, dan lain-lain. Gerakan air laut ini penting bagi berbagai proses dalam laut, baik itu biologik maupun non biologik. Alga yang tumbuh diperairan yang selalu berombak dan berarus kuat akan mempunyai sifat dan karakteristik spora yang berbeda dengan alga yang berada di perairan yang tenang. Gerakan air laut dikenal sebagai arus, gelombang, gerakan masa air permukaan (upwelling) (Romimohtarto dan Juwana, 2001).
a.  Arus
Arus laut merupakan pencerminan langsung dari pola angin dan gerakan bumi. Jadi arus permukaan digerakkan oleh angin. Kecepatan arus yang dianggap cukup untuk budidaya rumput laut sekitar 20 – 40 cm/detik. Dengan kondisi seperti ini akan mempermudah penggantian dan penyerapan hara yang diperlukan oleh tanaman, tetapi tidak sampai merusak tanaman (Indriani, 1991).
b. Pasang Surut
Pasang surut (pasut) merupakan salah satu gejala laut yang besar pengaruhnya terhadap biota laut khususnya di wilayah pantai. Pada saat suhu terendah, kedalaman perairan tidak boleh kurang dari 2 kaki (sekitar 60 cm), sedangkan untuk pasang tertinggi kedalaman perairan tidak boleh lebih dari 7 kaki (sekitar 210 cm) (Aslan, 1998).
c.  Gelombang
Gelombang sebagian ditimbulkan oleh dorongan angin diatas permukaan laut dan sebagian lagi oleh tekanan tangensial pada partikel air. Angin yang bertiup dipermukaan laut menimbulkan riak gelombang. Tinggi gelombang yang cukup untuk pertumbuahan rumput laut antara 10 – 30 cm (Badan penelitian dan pengembangan pertanian, 1990).

4. Suhu
            Indriani (1991) dan Aslan (1998) menyatakan bahwa suhu air yang diperlukan oleh rumput laut untuk hidup dan tumbuh yaitu berkisar antara 20 – 280C, namun masih ditemukan rumput laut yang tumbuh pada suhu 310C. Produksi spora akan dipengaruhi oleh musim, misalnya produksi maksimal tetraspora dan karpospora Gracilaria umumnya terdapat dimusim panas. Perkembangan stadia reproduksi beberapa jenis alga tergantung pada kondisi suhu dan intensitas cahaya atau kombinasi diantara kedua parameter tersebut.

5. Cahaya
      Rumput laut memerlukan cahaya matahari untuk proses fotosintesisnya. Karena itu, rumput laut hanya mungkin tumbuh diperairan dengan kedalaman tertentu dimana sinar matahari sampai ke dasar perairan. Mutu dan kualitas cahaya berpengaruh terhadap produksi spora dan pertumbuhannya. Spora Gelidium dapat dirangsang oleh cahaya hijau, sedangkan cahaya biru menghambat pembentukan zoospora. Pembentukan spora dan pembalahan sel dapat dirangsang oleh cahaya merah berintensitas tinggi. Intensitas cahaya yang tinggi dapat merangsang pensporaan Prophyra, tetapi menghambat pensporaan Eucheuma. Kebutuhan cahaya pada alga merah agak rendah dibanding alga cokelat. Pensporaan Gracilaria verrucosa misalnya berkembang baik pada intensitas cahaya 400 Lux, sedangkan Ectocarpus tumbuh cepat pada intensitas cahaya antara 6500 7500 Lux (Aslan, 1998).

6. Derajat Keasaman (pH)
      Derajat Keasaman (pH) air yang cocok untuk pertumbuhan rumput laut yaitu antara pH netral (7) sampai basa (9) (Badan penelitian dan pengembangan pertanian, 1990)

7. Tingkat Kecerahan
      Kondisi perairan pantai tempat tumbuh rumput laut tidak boleh keruh, karena apabila kondisi perairannya keruh maka akan dapat menghalangi proses fotosintesis dari rumput laut. Air harus jernih sehingga tidak menghalangi sinar matahari menembus air laut. Kejernihan air kira-kira sampai batas 5 meter atau batas sinar matahari bisa menembus air laut (Indriani, 1991).

       Yang termasuk aspek biologi adalah sebagai berikut:
1. Perdator (Hewan Pemangsa)
     Hewan laut seperti molusca dan ikan dapat mempengaruhi pensporaan alga. Hewan molusca dapat memakan spora dan menghambat pertumbuhan stadia muda alga, sedangkan hewan herbivora memakan alga sehingga merusak thalli dan akan mengurangi jumlah spora yang dihasilkan oleh alga. Faktor biologi utama yang menjadi pembatas produktivitas rumput laut yaitu faktor persaingan dan pemangsa dan hewan herbivora. Selain itu dapat juga dihambat oleh faktor morbiditas dan mortilitas rumput laut itu sendiri. Morbiditas dapat disebabkan oleh penyakit akibat dari infeksi mikroorganisme, tekanan lingkungan perairan (fisik dan kimia perairan) yang buruk, serta tumbuhnya tanaman penempel (parasit). Sementara mortalitas dapat disebabkan oleh pemangsa yaitu hewan-hewan herbivor (Aslan, 1998).

2. Rumput Laut Alami
     Adanya jenis-jenis lokal merupakan petunjuk bahwa lokasi perairan tersebut dapat dijadikan areal budidaya yang cocok untuk jenis lokal dan sekaligus dapat digunakan sebagai bahan cadangan sediaan bibit, sehingga tidak perlu mendatangkan bibit dari luar, sehingga biaya operasional dapat ditekan (Aslan, 1998).

3. Dasar Perairan
     Tipe dan sifat substratum atau dasar perairan dapat menjadi indikator tentang keadaan oseanografi setempat yang dapat digunakan untuk menentukan tingkat kemudahan dalam pembangunan konstruksi budidaya yang digunakan. Daerah perairan berkarang sangat terbuka bagi pengaruh ombak, sehingga tidak tepat untuk dipilih sebagai lokasi budidaya rumput laut, karena selain yang diusahakan terancam, juga konstruksi budidaya akan mudah rusak dan akan banyak ditemukan kesulitan dalam pemasangan instalasi budidaya (Hidayat dkk, 1994 dan Aslan, 1998).

     Khusus untuk jenis Eucheuma sp. dan Gracilaria sp. diperlukan syarat tertentu untuk membudidayakannya. Untuk budidaya dengan menggunakan spesies Eucheuma sp. diperlukan lokasi yang memiliki syarat sebagai berikut (Indriani, 1991) dan (Hidayat, 1994).
  1. Letak lokasi budidaya sebaiknya jauh dari pengaruh daratan. Lokasi yang langsung menghadap laut lepas sebaiknya terdapat karang pengahalang yang berfungsi melindungi tanaman dari keruasakan akibat gelombang yang kuat. Gelombang yang kuat juga akan menyebabkan keruhnya perairan lokasi budidaya sehingga menganggu proses fotosintesis.
  2. Untuk memberi kemungkinan adanya aerasi, lokasi budidaya harus memiliki gerakan air yang cukup. Disamping terjadi aerasi, gerakan air yang cukup juga menyebabkan tanaman memperoleh pasokan nutrisi secara tetap, serta terhindah dari akumulasi debu air dan tanaman penempel.
  3. Lokasi yang dipilh sebaiknya pada waktu surut yang masih digenangi air sedakalm 30 – 60 cm. Ada dua keuntungan dari genangan air ini yaitu, penyerapan makanan dapat berlangsung terus-menerus, dan tanaman terhindar kerusakan akibat sengatan matahari langsung.
  4. Perairan lokasi budidaya sebaiknya memiliki pH antara 7,3 – 8,2.
  5. Perairan yang dipilih sebaiknya ditumbuhi komunitas yang terdiri dari berbagai jenis mikroalga. Bila perairan sudah ditumbuhi rumput laut alami, maka daerah ini cocok untuk pertumbuhannya.
  6. Kecepatan arus 20 – 40 meter/menit, bahkan sampai berkisar 50 cm/dt.
  7. Suhu air laut berkisar antara 27 – 300C.
  8. Salinitas antara 30 – 37 permil, dengan salinitas optimum 33 permil.

Sedangkan untuk budidaya Gracilaria sp. diperlukan lokasi sebagai berikut (Aslan, 1998).
  • Substrat berlumpur atau lumpur berpasir, selalu bergenang air laut pada saat surut terendah.
  • Kondisi lingkungan jauh dari bahan pencemar.
  • Salinitas berkisar antara 18 – 32 permil, dengan salinitas optimum 25 permil.
  • Derajat keasaman (pH) berkisar antara 8 – 8,5.
  • Suhu air berkisar antara 20 – 280C.


1 komentar: