Sabtu, 19 Maret 2011

RUMPUT (GANGGANG) LAUT (SEA WEEDS)

oleh
Alit Adi Sanjaya



2.1.1 Struktur Tubuh Rumput Laut
Rumput laut tergolong dalam tanaman tingkat rendah yang masuk dalam divisi Thallophyta. Dari segi morfologi, antara akar, batang dan daun tidak bisa dibedakan. Bentuknya hanya menyerupai batang yang disebut thallus. Bentuk thallus rumput laut bermacam-macam, antara lain bulat seperti tabung, pipih, gepeng, bulat seperti kantong dan rambut. Thalli ini ada yang tersusun uniseluler (satu sel) atau ada yang multiseluler (banyak sel). Percabangan thallus ada yang dichotomous (bercabang dua terus menerus), pectinate (berderet searah pada satu sisi thallus utama), pinnate (bercabang dua-dua pada sepanjang thallus utama secara berselang-seling), ferticillate (cabangnya berpusat melingkari aksis atau sumbu utama) dan ada juga yang sederhana, tidak bercabang. Sifat substansi thalli juga beraneka ragam, ada yang lunak seperti gelatin (gellatinous), keras diliputi atau mengandung zat kapur (calcareous), lunak seperti tulang rawan (cartilagenous), berserabut (spongious) dan lain sebagainya (Aslan, 1998).
Struktur anatomi rumput laut untuk tiap jenis rumput laut berbeda-beda, misalnya pada famili yang sama antara Eucheuma spinosum dengan Eucheuma cottoni. Diantara kedua jenis ini terdapat perbedaan dalam hal penampang melintang thallusnya. Perbedaan ini membantu dalam pengenalan berbagai jenis rumput laut baik dalam mengidentifikasi jenis, genus, ataupun famili, dan dalam thallus rumput laut juga terdapat pigmen yang digunakan untuk membedakan kelas dari masing-masing rumput laut. Pigmen yang menentukan warna pada rumput laut adalah klorofil, karoten, phycoerythrin dan phycocyanin yang merupakan pigmen utama disamping pigmen yang lainnya.

2.1.2 Sifat-Sifat Reproduktif Rumput Laut secara Umum
       Pada tanaman rumput laut dikenal tiga macam pola reproduksi, yaitu:
  1. Reproduksi generatif (seksual) dengan gamet,
  2. Reproduksi vegetatif (aseksual) dengan spora, dan
  3. Reproduksi fragmentasi dengan potongan thallus (stek).

       Pergiliran keturunan antara seksual dengan aseksual merupakan pembiakan  alami yang terjadi pada tanaman rumput laut, sedangkan pembiakan secara stek biasanya banyak dilakukan dalam usaha pembudidayaan rumput laut.
1. Reproduksi Seksual
     Proses reproduksi seksual pada makroalga (termasuk rumput laut) pada umumnya berlangsung secara anisogami dan oogami yang mana keduanya lazim pula disebut heterogami. Pada makroalga termasuk rumput laut, gamet-gametnya dihasilkan oleh organ-organ khusus gametangia yang terdiri atas dua macam yaitu spermatangia (antheridium) yang menghasilkan sperma, dan oogonium yang menghasilkan sel telur (Bold dan Wynne, 1985 dalam Swasta, 2003).
     Sperma dan sel telur masing-masing memliki bentuk, ukuran, dan motilitas yang berbeda. Sperma umumnya ukurannya lebih kecil, berflagela dan tidak dapat bergerak. Namun demikian, pada alga merah (Rhodophyta), spermanya tidak berflagela dan dapat bergerak secara ameboid dan disebut spermatia. Spermatia dihasilkan didalam gametangia kecil yang disebut spermatangia. Sementara itu, oogonium pada alga merah berbentuk tonjolan yang disebut trichogyne yang merupakan tempat untuk menerima gamet jantan (sperma). Oogonium pada alga merah lazim disebut Carpogonium, (Bold dan Wynne, 1985 dalam Swasta, 2003).
     Pembentukan gamet jantan (sperma) dan gamet betina (ovum) dalam suatu proses perkawinan memiliki dua pola yaitu: 1) monoecious yaitu bilamana sperma dan ovum berasal dari satu individu; 2) dioecious yaitu bilamana sperma dan ovum masing-masing  berasal dari individu yang berbeda. Alga-alga yang melakukan melakukan perkawinan secara monoecious biasanya disebut alga homothallus, sedangkan alga-alga yang melakukan perkawinan secara dioecious biasanya disebut alga heterothallus (Bold dan Wynne, 1985 dalam Swasta, 2003).
     Alga memiliki tiga pola siklus hidup secara seksual. Pada pola siklus hidup yang pertama terdapat satu tipe individu yang hidup bebas yang bersifat haploid. Dalam hal ini terjadi pembentukan gamet pada alga yang telah matang. Gamet-gamet ini kemudian akan menyatu membentuk zigot yang bersifat diploid dan dapat mengalami dormansi. Bilamana saatnya tiba (kondisi baik), zigot ini dapat berkecambah, dan pada saat ini intinya mengalami meiosis sehingga menghasilkan zoospora, alpanospora atau juvenile yang seperti dengan alga dewasa dan bersifat haploid. Pola siklus hidup yang pertama ini disebut pula haplobiontik dan dilambangkan dengan symbol H,h dan banyak terjadi pada alga hijau (Chlorophyta) (Bold dan Wynne, 1985 dalam Swasta, 2003). 
     Pada pola sikus hidup yang kedua, satu tipe individu alga yang hidup bebas bersifat diploid. Dalam hal ini meiosis terjadi pada saat pembentukan gamet (gametogenesis) sehingga gamet bersifat haploid, sedangkan individunya bersifat diploid. Pada siklus hidup seperti ini dilambangkan dengan H,d. Individu yang bersifat diploid dapat memperbanyak diri dengan aseksual. Contoh alga yang memiliki pola siklus hidup seperti ini adalah alga hijau yang berbentuk tabung, dan alga batu (Fucales) dari divisi Phaeophyta (Bold dan Wynne, 1985 dalam Swasta, 2003). Berikut disajikan bagan daur hidup reproduksi haplobiontik diploid (H,d).
Pada pola siklus hidup yang ketiga terdapat dua tipe individu yang hidup bebas yaitu individu pengahasil gamet (gametofit) yang bersiofat haploid dan individu penghasil spora (sporofit) yang bersifat diploid. Gamet-gamet yang dihasilkan dapat menyatu membentuk zigot yang tidak mengalami masa dormansi. Zigot ini kemudian tumbuh menjadi sporofit yang bersifat diploid. Dalam hal ini, meiosis terjadi pada saat pembentukan spora (sporogenesis), Spora yang dihasilkan bersifat haploid dan kemudian berkembang menjadi gametofit. Baik sporofit maupun gametofit masing-masing dapat memperbanyak dirinya dengan cara aseksual. Pola siklus hidup seperti ini dikenal dengan diplobiontik yang dilambangkan dengan symbol D,h+d, dan banyak terjadi pada alga merah (Rhodophyta). Siklus hidup diplobiontik ini ada dua macam, yaitu isomorphik dan heteromorphik. Dikatakan isomorphik bilamana gametofit dan sporofit memiliki kesamaan bentuk, sedangkan heteromorphik bilamana gametofit dan sporofit masing-masing bentuknya berbeda. Isomorphik dilambangkan dengan symbol Di,h+d, sedangkan heteromorphik dilambangkan dengan (Bold dan Wynne, 1985 dalam Swasta, 2003). Berikt disajikan bagan tipe daur hidup repdoduksi seksual diplobiontik.

2.    Reproduksi Aseksual
     Pada alga, reproduksi aseksual berupa pembentukan suatu individu baru melalui perkembangan spora, pembelahan sel daan fragmentasi. Pembiakan dengan spora berupa pembentukan gametofit dari tertaspora yang dihasilkan dari tetrasporofit. Tipe pembiakan ini umunya terdapat dapa alga merah. Pada alga yang bersel satu, setiap individu mempunyai kemampuan untuk membelah diri dan membetuk individu baru. Pada alga multiseluler seperti Enteromorpha, Polysiphonia, Glacilaria, dan Eucheuma, potongan thallusnya mempunyai kemampuan berkembang meneruskan pertumbuhan (Aslan, 1998).

3. Reproduksi Fragmentasi dengan potongan thallus
     Dalam usaha budidaya rumput laut, misalnya marga Eucheuma, Glacilaria, umumnya dilakukan dengan penyetekan sebagai bibit untuk dikembangbiakan secara produktif. Dalam hal ini rumpun thalli alga dibuat potongan-potongan dengan ukuran tertentu (30 – 50 gram) untuk dijadikan bibit. Bibit stek ini ditanam dengan mengikatkannya pada benang-benang nilon diperairan dengan jarak tertentu atau pada rak apung. Pertumbuhannya dapat dilihat dengan bertambah besarnya bibit tersebut. Cepat atau lambatnya pertumbuhan tergantung pada jenis rumput laut dan mutu lingkungan penanaman (Aslan, 1998).

2.1.3 Produk Kimiawi yang Dapat Dihasilkan oleh Rumput Laut
       Produk kimia yang dihasilkan oleh rumput laut adalah sebagai berikut.
1. Algin
Algin merupakan komponen utama dari getah ganggang cokelat (Phaeophyceae). Algin merupakan polimer murni dari asam uronat yang tersusun dalam bentuk rantai linear panjang (Winarmo, 1996). Pada umunya algin terdapat pada semua spesies ganggang yang tergolong dalam kelas Phaeophyceae. Algin dapat diproduksi dari spesies Macrocytis pyrifera, Laminaria sp. dan Sargasum sp. Algin berfungsi sebagai bahan penunjang yang dapat dimanfaatkan oleh industri makanan sebagai makanan dalam kaleng, pembuatan mentega, pembuatan es krim, pembuatan permen, pembuatan saos, dan lain-lain. Algin juga berfungsi sebagai bahan tambahan yang dimanfaatkan dalam industri tekstil, keramik, fotografi, obat pembasmi serangga, bahan pengawet kayu. Dalam industri farmasi, algin dimanfaatkan untuk pembuatan suspensi, emulsi, tablet, kapsul, plester, dan filter. Khasiat senyawa alginat dalam dunia kesehatan adalah pada pembuatan obat antibakteri, antitumor, penurun tekanan darah tinggi, dan mengatasi gangguan kelenjar. Hal itu karena unsur-unsur mineral yang terkandung didalamnya seperti iodium, seng, dan selenium (Winarmo, 1996).

2. Karagenan
Karagenan merupakan produk kimia yang dihasilkan oleh rumput laut dari kelas Rhodophyceae (alga merah). Sumber karagenan untuk daerah tropis berasal dari spesies Eucheuma cottoni yang menghasilkan kappa karagenan. Karagenan sangat penting peranannya sebagai stabilitator, bahan pengental, pembentuk gel, pengemulsi dan lain-lain. Sifat ini banyak dimanfaatkan dalam industri makanan, obat-obatan, kosmetik, tekstil, cat, dan pasta gigi.

3. Agar
Agar-agar diproduksi dari rumput laut yang terkolong dalam kelas Rhodophyceae (alga merah). Spesies dari kelas Rhodophyceae yang menghasilkan agar-agar yaitu Gracilaria sp., Hypnea sp., dan Gelidium sp. Fungsi utama agar-agar adalah sebagai bahan pemantap, bahan pembuat emulsi, bahan pengental dan bahan pembuat gel. Selain itu, agar-agar juga banyak dimanfaatkan sebagai media pertumbuhan mikroba.

1 komentar: