Kamis, 17 Maret 2011

PANDANGAN BELAJAR MENURUT TEORI KONSTRUKTIVISTIK

oleh
Alit Adi Sanjaya


Pengetahuan tumbuh dan berkembang melalui pengalaman. Pemahaman berkembang semakin dalam dan semakin kuat apabila selalu diuji dengan pengalaman baru. Menurut Piaget (dalam Dahar, 1989), manusia memiliki struktur pengetahuan dalam otaknya, seperti kotak-kotak yang masing-masing berisi informasi bermakna yang berbeda-beda. Pengalaman sama bagi beberapa orang akan dimaknai berbeda-beda oleh masing-masing individu dan disimpan dalam kotak yang berbeda. Setiap pengalaman baru dihubungkan dengan struktur pengetahuan dalam otak manusia. Struktur pengetahuan dikembangkan dalam otak manusia melalui dua adaptasi. Proses adaptasi mempunyai dua bentuk dan terjadi secara simultan, yaitu asimilasi dan akomodasi (Budianingsih, 2004).  Asimilasi adalah proses perubahan apa yang dipahami sesuai dengan struktur kognitif yang ada sekarang. Akomodasi maksudnya struktur pengetahuan yang sudah ada dimodifikasi untuk menampung dan menyesuaikan dengan hadirnya pengalaman baru.
Hakekat dari teori konstruktivis adalah ide bahwa siswa harus menjadikan informasi itu miliknya sendiri (Brooks, Leinhardt, Brown dalam Nur & Wikandari, 2000: 2). Teori kontruktivisme merupakan cara berpikir dan berkembang untuk peserta didik sehingga dapat mengkonstruksi pengetahuan bagi dirinya sendiri (Kroll, 2004). Ini berarti bahwa guru tidak dapat hanya semata-mata memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun pengetahuan di dalam benaknya sendiri. Guru dapat membantu proses ini dengan membuat informasi menjadi bermakna dan relevan bagi siswa dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide-ide dengan mengajak siswa agar menyadari dan secara sadar menggunakan strategi-strategi mereka sendiri untuk belajar.
Bettencourt (dalam Suparno, 1996:18) menyatakan pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Pengetahuan selalu merupakan akibat dari suatu konstruksi kognitif melalui kegiatan sehingga seseorang yang melakukan kegiatan akan mampu membentuk skema, kategori, konsep dan struktur pengetahuan dan mampu memberi makna dari kegiatan tersebut. 
Guru tidak akan mampu memberikan semua pengetahuan kepada siswa. Siswa harus mengkonstruksi pengetahuan di pikiran mereka sendiri. Konstruktivis menyatakan bahwa semua pengetahuan yang kita peroleh adalah konstruksi kita sendiri yang artinya bahwa siswa harus menemukan dan mentransformasikan suatu informasi kompleks ke situasi lain dan apabila dikehendaki informasi itu menjadi milik mereka sendiri. Ini berarti bahwa strategi memperoleh lebih diutamakan dibandingkan seberapa banyak siswa memperoleh dan mengingat pengetahuan (Depdiknas,2002:11). Untuk itu, tugas guru adalah memfasilitasi proses tersebut dengan: (1) menjadikan pengetahuan yang relevan dan bermakna bagi siswa, (2) memberi kesempatan pada siswa menemukan dan menerapkan idenya sendiri, dan (3) menyadarkan siswa agar menerapkan strategi mereka sendiri dalam belajar.
Dengan dasar itu, pembelajaran harus dikemas menjadi proses mengkonstruksi bukan menerima pengetahuan. Dalam proses pembelajaran, siswa membangun sendiri pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktif dalam proses belajar dan mengajar sehingga yang menjadi pusat kegiatan adalah siswa, bukan guru. Oleh sebab itu, dalam pembelajaran, siswa perlu dibiasakan untuk mengkonstruksi pengetahuan melalui interaksi mereka dengan objek, fenomena pengalaman dan lingkungan mereka serta siswa perlu dilatih untuk memecahkan masalah, karena dengan memecahkan masalah akan membuat siswa untuk mengkonstruksi ‘makna’ dari apa yang telah dipelajarinya dengan bergelut dengan ide-ide sehingga ia menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar