Selasa, 01 Maret 2011

NGUSABHA DESA DAN NYEPI SEGARA DI DESA PAKRAMAN KUSAMBA

Oleh
Alit Adi Sanjaya


Upacara Ngusabha Desa terdiri dari tiga suku kata, yakni kata upacara, ngusabha, dan desa. Upacara berarti gerakan sekeliling kehidupan manusia, atau aktivitas-aktivitas manusia dalam upaya dan usaha menghubungkan diri dengan Ida Sang Hyang Widi Wasa, dengan segenap ista dewatanya. Sedangkan kata Ngusabha berasal dari bahasa Sansekerta, akar kata Utsava, atau Utsawa dalam bahasa Jawa Kuna.Yang dalam bahasa Bali menjadi Usabha (ngusabha) atau Pangusabhan yang berarti pesta atau jamuan. Sedangkan kata desa berarti tempat atau daerah maupun wilayah. Dengan demikian, kata upacara ngusabha desa berarti gerakan sekeliling kehidupan manusia atau aktivitas-aktivitas manusia dalam upaya dan usaha menghubungkan diri dengan Ida Sang Hyang Widi Wasa dengan segenap ista dewatanya dalam suatu pesta, jamuan atau persembahan dalam suatu wilayah. Daerah yang dimaksud disini adalah berupa wewidangan atau palemahan suatu desa adat di Bali.

Pelaksanaan upacara ngusabha desa merupakan swadharma agama masing-masing desa adat di Bali. Sebenarnya pelaksanaan upacara ngusabha desa dapat terjadi secara fleksibelitas serta elastisitas konsep ajaran agama Hindu di Bali. Walaupun bentuk dan jenis pelaksanaan upacara ngusabha tampak bervariasi, tetapi tujuan pelaksanaannya tetap bersumber pada konsep ajaran sastra yang tertulis pada kitab suci dan lontar-lontar di Bali.Hanya penekanan tujuan pemujaan kehadapan ista dewatanya yang  di khususkan. Pelaksanaan upacara pangusabhan yang paling umum adalah upacara ngusabha desa dan upacara ngusabha nini.

Ngusabha desa di Desa Pakraman Kusamba dipusatkan di pura Segara desa yang dilaksanakan pada waktu purnama sasih kelima. Ngusabha desa ini di ikuti oleh seluruh krama Desa Pakraman Kusamba yang dipimpin oleh bendesa adat setempat. Upacara Ngusabha Desa ini dipuput oleh pandita dari Griya Taman Kusamba, yakni Ida Pedanda Gde Sidemen. Tujuan dari upacara Ngusabha ini adalah sebagai pemujaan dan persembahan kehadapan Ida Sang Hyang Widi Wasa  atas karunia beliau yang diberikan selama ini.

Upacara Ngusabha ini, puncaknya  dilaksanakan upacara mapeed. Pralingga Ida Bhatara Kayangan Tiga  yang distanakan di Pura Puseh diusung ke Pura Segara oleh krama desa Kusamba. Upacara Ngusabha ini berlangsung selama sebelas hari. Pada gari kedua, dilaksanakan upacara Nyepi Segara.

Nyepi Segara atau yang lebih dikenal dengan istilah Nyepi Pasih berasal dari dua kata  yakni kata nyepi dan segara. Nyepi berarti sepi, sipeng, suung atau sunyi. Sedangkan kata Segara berarti pantai. Jadi Nyepi Segara berarti sepi, sipeng, suung atau sunyi di daerah pantai. Nyepi Segara merupakan suatu upacara yang dilaksanakan oleh Desa Pakraman Kusamba yang bertujuan untuk menenangkan alam, khususnya alam di daerah pantai dan sekitarnya. Upacara Nyepi Segara ini merupakan rangkaian dari upacara Ngusabha Desa yang jatuh pada sasih purnama kelima. Ngusabha Desa ini dipusatkan di pura Segara. Secara geografis, pura Segara ini terletak didaerah pantai Desa Kusamba dan merupakan pura tempat “persinggahan” dari Ida Bhatara Ratu Peed  dari Pura Dalem Peed di Nusa Penida.

Asal mula atau sejarah dari upacara Nyepi Segara ini belum diketahui secara pasti, namun upacara ini merupakan suatu dresta yang dilakukan oleh krama sekitar secara turun-temurun. Semasih upacara Ngusabha Desa ini dilaksanakan, maka upacara Nyepi Segara ini tetap dilaksanakan. Upacara Nyepi Segara ini sudah termuat di dalam awig-awig Desa Pakraman Kusamba.

Secara umum, upacara Nyepi Segara ini sama dengan upacara nyepi biasa yang dilakukan oleh umat Hindu di Bali pada umumnya. Tetapi pada upacara nyepi segara hanya dilaksanakan di daerah pantai saja. Ini artinya bahwa segala bentuk aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat atau krama di daerah pantai harus di hentikan selama upacara ini berlangsung. Oleh karena upacara ini hanya dimiliki oleh Desa Pakraman Kusamba, maka upacara ini hanya berlaku di daerah pantai Desa Pakraman Kusamba saja. Yakni dari barat berbatasan dengan Desa Pakraman Karang Dadi, dan sebelah timurnya berbatasan dengan Desa Pakraman Yeh Banges. Walaupun ada batasan-batasan seperi ini, namun desa pakraman tetangga juga ikut berpartisipasi dalam upacara ini. Bentuk dari partisipasinya adalah tidak melakukan segala jenis kegiatan di pesisir pantai.


Makna dari upacara Nyepi Pasih ini adalah untuk menenangkan alam, khususnya alam di daerah pantai dan sekitarnya. Selain itu, maknanya bisa juga dipetik oleh masyarakat atau krama untuk bisa berintrospeksi diri serta menjadikan hari yang suci ini sebagai hari yang penuh syukur dengan karunia yang Beliau berikan selama ini. Upacara ini berlangsung selama satu hari yakni dari pukul 06:00 sampai pada pukul 18:00 wita. Selama upacara Nyepi Segara ini berlangsung, maka krama sekitar tidak boleh melakukan aktivitas apapun di daerah pantai, dan apabila ditemukan, akan ada sanksi yang dikenakan oleh Desa Adat berupa denda sebesar Rp 2.000,-. Memang denda sebesar ini tidak terlalu berat, tetapi disini juga ada sanksi berupa rasa malu, karena pada saat pembayaran denda dilaksanakan bertepatan dengan paruman agung (rapat desa) yang dilaksanakan oleh Desa Pakraman Kusamba.

Untuk krama yang tinggal di daerah pantai, mereka juga tidak boleh melakukan aktivitas disekitar daerah pantai, tetapi mereka boleh pergi kedesa (menjauh dari daerah pantai). Untuk menjaga keamanan selama upacara ini berlangsung, maka desa pakraman menurunkan beberapa petugas atau pecalang yang ditugaskan disekitar daerah pantai. Dengan harapan keadaan pantai benar-benar sepi dan tenang. Mengingat di Desa Kusamba  ada agama lain selain agama Hindu, maka Desa Pakraman Kusamba akan melayangkan surat kepada pemuka agama lain tersebut untuk ikut menyukseskan upacara Nyepi Segara tersebut. Selain itu juga dilayangkan surat kepada Bendesa Adat desa pakraman lainnya.

Prosesi upacara ini sudah mulai berlangsung pada saat puncak upacara Ngusabha Desa, yaitu pada malam harinya, tepatnya pukul 22:00 wita dilakukan upacara ngaturang pakelem  sebagai penyambutan upacara Nyepi Segara ini. Upacara ngaturang pakelem ini disaksikan oleh seluruh krama desa khususnya krama yang lanang-lanang (laki-laki). Upacara pakelem ini bertujuan untuk mengembalikan isi bumi kepada sumbernya dengan membawa sesaji dan ditenggelamkan kelaut.

Bebantenan pakelem ini sendiri terdiri dari berbagai jenis banten seperti banten suci, banten pengambean, banten sor selem, banten sor putih dan banten jauman.

Secara tidak langsung, upacara Nyepi Segara ini memberikan dampak yang sangat baik untuk pelestarian ekosistem laut. Walaupun hanya berlangsung selama satu hari, tetapi ini akan dapat memberikan ketenangan dan kenyaman pada komponen-komponen biotik di daerah pantai dan dilaut dari aktivitas manusia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar