Selasa, 12 April 2011

Peran Mikrobiologi Klinik Pada Penanganan Penyakit Infeksi

Oleh
Alit Adi Sanjaya



Mikrobiologi Kedokteran sangat berperan dalam penanganan penyakit infeksi terutama untuk mengetahui penyebab infeksinya sehingga mudah diketahui berbagai cara penanggulangannya baik yang terjadi di komunitas maupun di rumah sakit. Mikrobiologi kedokteran dalam pelayanan medis di klinik, selanjutnya disebut Mikrobiologi Klinik, berperan pada semua tahap proses medis, mulai tahap pengkajian, tahap analisis dan penegakan diagnosis klinik, penyusunan rancangan intervensi medis, implementasi rancangan intervensi medis, sampai dengan tahap evaluasi, dan penetapan tindak lanjut. Mikrobiologi Klinik adalah suatu cabang Ilmu Kedokteran Medik yang memanfaatkan kompentensi di bidang Kedokteran Umum dan mikrobiologi kedokteran untuk bersama-sama klinisi terkait melaksanakan tindakan surveilans, pencegahan dan pengobatan penyakit infeksi serta secara aktif melaksanakan tindakan pengendalian infeksi di lingkungan rumah sakit, fasilitas pelayananan kesehatan lain maupun masyarakat.
Sesuai dengan namanya, mikrobiologi klinik merupakan salah satu cabang ilmu kedokteran yang berfungsi menjembatani laboratory science, khususnya mikrobiologi medik, dengan clinical sciences, khususnya yang berkaitan dengan manajemen infeksi.
Pemeriksaan Mikrobiologi Klinik berperan dalam seluruh tahapan asuhan/pelayanan medis yang berhubungan dengan tatalaksana perawatan/ pengobatan penderita penyakit infeksi yang meliputi :
·  Tahap Penapisan :
ü Langsung : Leptospirosis, Lues,. dsb.
ü Pengecatan: Dipteri, Tuberkulosis, Leptospirosis, Gas gangren, Gonorrhoe, Tetanus, Sifilis, Mikosis, dsb.
·  Tahap Diagnostik :
ü Kultur dan Tes Resistensi
ü Tes Imuno-Serologi : Demam Tifoid, Sifilis, Demam Berdarah Dengue, AIDS, TORCH, SARS, Avian Flu dsb.
ü Tes Mikrobiologi Molekuler: TBC, Avian Flu, SARS
·     Pengelolaan penderita (monitoring)/tindak lanjut. (hasil terapi antibiotik)
·     Pemeriksaan lanjutan Kultur dan Tes Resistensi
·     Screening donor darah. Tes Serologi : Sifilis, AIDS, Malaria, Demam, Tifoid.,  dan Hepatitis B.

2.3.1 Pencegahan/Pengendalian Infeksi Nosokomial
a.     Pemeriksaan sterilitas kamar operasi dan kamar isolasi
b.     Pemeriksaan sterilitas ICU/PICU/NICU dan ruang perawatan penderita resiko tinggi lainnya (Perawatan Bayi Resiko Tinggi, HND, dll.)
c.      Pemeriksaan potensi desinfektan/antiseptik.
d.     Pemeriksaan air dan limbah Rumah Sakit.
e.     Pemeriksaan makanan/minuman.
f.      Tindakan sterilisasi kamar operasi/ruangan perawatan/ peralatan yang kotor/septik, dan ruangan isolasi.
g.     Deteksi mikroba rumah sakit pada petugas/ruangan peralatan yang dicurigai sebagai mata rantai sumber infeksi nosokomial yang bersifat sporadik/endemik/epidemik. (ESPO/ Epidemiology Surveillance by Priority Obyectives)
h.     Tes hasil sterilisasi (sampling) peralatan/instrumen dari instalasi sterilisasi (CSSD/Central Supply Sterility Department)
i.       Pembuatan laporan populasi/pola kepekaan bakteri terhadap antibiotik yang dipakai secara periodik sebagai educated-guess di rumah sakit terutama pada ruang perawatan penderita dengan resiko tinggi (ICU, dll.) dan dievaluasi tiap bulan (ESPO).
j.       Mengawasi mekanisme dan alur pemakaian antibiotik secara rasional dan bijaksana oleh para klinisi melalui koordinasi dengan Panitia Farmasi dan Terapi, serta Apotik Rumah Sakit.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar