Oleh
Alit Adi Sanjaya
Glikosilasi merupakan salah satu proses biokimia dalam tubuh yang
menyebabkan perubahan fisik yang dramatis. Sederhana saja, glikosilasi terjadi
saat molekul gula (glukosa) yang melimpah dalam darah dan terikat pada
protein berkurang keefektifannya dan menyebabkan
peradangan. Proses ini yang sering
terjadi saat kita menua, terjadi tanpa bantuan enzim spesifik. Hal inilah yang menyebakan glikosilasi
berbahaya bagi tubuh.
Gambar 1. Glikosilasi terjadi saat molekul-molekul gula yang melayang dalam darah
berikatan dengan molekul protein di permukaan sel sehingga
molekul-molekul tersebut kehilangan fungsinya.
Normalnya. Glukosa merupakan molekul yang menghasilkan energi bagi sel
tubuh. Saat kita mengalami resistensi
insulin, insulin tidak dapat mengirim glukosa masuk kedalam sel secara efektif.
Jika glukosa tidak dapat masuk kedalam sel, glukosa akan tetap tinggal dalam
darah dan menguras habis persediaan protein dalam darah. Analoginya seperti
hujan asam yang dapat merusak dan membuat apa saja yang disentuhnya.
Saat glukosa yang berlebih ini menghadang molekul lain di luar sel, glukosa
akan mengikat molekul tersebut hingga tidak mampu melakukan tuganya. Ilmu sains
menjuluki efek-efek glukosa pada “penuaan” protein ini sebagai AGE (advanced glycosylation end product)
(produk akhir glikosilasi tingkat lanjut) yang merupakan singkatan pas, karena
mereka menyebabkan kita menua. Reseptor untuk protein terglikosilasi (RAGE)
adalah target utama pengobatan baru yang bertujuan mengurangi komplikasi
diabetes, antara lain kebutaan, kerusakan ginjal, kerusakan saraf, dan penyakit
jantung.
Glikosilasi akan mendatangkan berbagai efek bagi tubuh, tergantung di organ
yang mana proses ini berlangsung. Saat glukosa terikat pada protein, perubahan
struktur molekul akan menyebabkan perubahan seperti:
PADA DARAH, normalnya ada ikatan yang sangat kuat diantara sel-sel
endotel pada dinding arteri sehingga sangat sulit dipisahkan. Namun glikosilasi
melemahkan ikatan tersebut, merusak dan membuat ikatan menjadi rapuh. Tubuh akan
memperbaiki kerusakan tersebut dengan menyumbatkan kolesterol, dan terbentuklah
plak pada dinding arteri.
PADA LENSA MATA, glikosilasi pada lensa mata
menyebabkan perubahan pada lensa yang semula bening menjadi sedikit keruh. Kekeruhan
yang semakin parah dapat memicu katarak. Jika glikosilasi menyerang pembuluh
darah kecil di bagian belakang mata, pembuluh darah tersebut akan menjadi
rapuh, diikuti pendaharan yang menyertai kondisi diabetik retinopati, hingga
akhirnya menyebabkan kebutaan.
PADA KULIT, glikosilasi pada kolagen menyebabkan kolagen pada kulit
menjadi kurang elastis dan menjadi lebih kaku.
PADA JARINGAN IKAT, saat glukosa berikatan dengan
kolagen pada jaringan ikat, tubuh tidak akan dapat bergerak dengan bebas. Kolagen
dibutuhkan untuk menghaluskan gerakan persendian. Kadar gula yang tinggi memperparah
rasa sakit dan nyeri pada sendi, serta dapat memicu kegagalan pergerakan sendi
dan akhirnya artritis.
PADA PARU-PARU, glikosilasi kolagen
menyebabkan kemunduran abnormal jaringan elastis, sehingga kita menjadi sulit
benapas. Hal tersebut akan terjadi perlahan di jaringan ikat paru-paru, namun
dengan kadar glukosa yang tinggi selama 40 tahun sering memicu terjadinya gagal
fungsi pernapasan atau ketidakmampuan menyerap cukup oksigen kedalam darah.
Sumber:
Staying Young (Mehmet C. Oz & Michael F. Roizen, 2009)
Pada jaringan periodontal juga terjadi glikosisilasi akibatnya terjadi kehilangan elastisitas dan mengalami kerapuhan sehingga jaringan periodontal pada DM yang hiperglikemia mengalami kerusakan akibatnya gigi-giginya goyang dam lepas dari soket giginya.
BalasHapus