Oleh
Alit Adi Sanjaya
Charles Darwin (12 Februari 1809 – 19 April 1882, usia akhir 73 tahun), adalah seorang naturalis, berkebangsaan Inggris, pencetus “Teori Evolusi” berdasarkan teori “Seleksi Alam” yang dikembangkannya. Darwin menulis ide tentang evolusi di buku berjudul “The Origin of Species” (Asal-usul Spesies”) yang diterbitkan pada tahun 1859.
Buku ini memperkenalkan teori ilmiah bahwa makhluk hidup berevolusi (berubah secara berangsur-angsur) dari generasi ke generasi melalui proses seleksi alam. Dalam teori evolusi dijelaskan juga bahwa manusia memiliki nenek moyang yang sama dengan monyet. Isi buku ini menimbulkan kontroversial karena menentang teori penciptaan menurut kepercayaan agama yang menyatakan bahwa makhluk hidup termasuk manusia diciptakan secara tiba-tiba dalam bentuk yang sempurna dan tidak berubah wujudnya sejak awal penciptaan.
Buku yang ditulisnya merupakan hasil ekspedisi lautnya dengan kapal layar HMS Beagle pada tahun 1830, dan dilanjutkan dengan penyelidikan dan eksperimen setelah tiba kembali dari ekspedisi. Teori ilmiah tentang evolusi juga telah berevolusi dibandingkan dengan teori awal yang ditulis Darwin, namun seleksi alam tetap menjadi teori ilmiah yang paling banyak diterima untuk menjelaskan evolusi dari suatu spesies. Kontroversi teori penciptaan dan teori evolusi terus berlangsung hingga saat ini.
Riwayat Charles Darwin
Lahirnya bersamaan benar dengan Abraham Lincoln, 12 Februari 1809 di Shrewsbury, Inggris, di rumah keluarganya, the Mount House. Ia adalah anak ke 5 dari 6 bersaudara dari pasangan seorang dokter yang kaya, Robert Darwin dan Susannah Wedgwood . Ibunya meninggal dunia ketika Charles masih berusia 8 tahun. Pada tahun 1825, walaupun Darwin sudah sejak dini tertarik biologi, untuk menyenangkan ayahnya, ia mengambil studi kedokteran. Darwin belajar kedokteran di Universitas Edinburgh. Namun ia sangat membenci kebrutalan praktik bedah sehingga ia meninggalkan studinya tetapi baik kedokteran maupun anatomi dianggapnya ilmu yang bikin jemu. Pada 1827, ayahnya yang tidak gembira karena anak tidak berminat untuk menjadi dokter, diam-diam mendaftarkannya dalam sebuah program Bachelor of Arts di Bachelor of Arts di Christ’s College, Universitas Cambridge, untuk menyiapkannya menjadi pendeta. Ini adalah sebuah pilihan yang masuk akal saat itu ketika para pendeta Anglikan memperoleh penghasilan yang lumayan, dan kebanyakan dari kaum naturalis di Inggris saat itu adalah pendeta yang menganggap bagian dari tugas mereka adalah “menjelajahi keajaiban-keajaiban ciptaan Tuhan”. Walau begitu, berburu dan naik kuda di Cambridge jauh lebih digemarinya ketimbang belajar ilmu itu.
Dalam ujian-ujian akhirnya di Universitas Cambridge pada Januari 1831, Darwin berhasil dengan baik dalam teologi, dan karena ia belajar keras dalam studi klasik, matematiaka dan fisika, ia muncul pada peringkat 10 dari 178 mahasiswa yang lulus. Dan walaupun begitu, dia toh masih bisa memikat perhatian salah satu mahagurunya yang mendorongnya supaya ikut dalam pelayaran penyelidikan di atas kapal H.M.S. Beagle sebagai seorang naturalis. Mula-mula ayahnya keberatan dengan penunjukan ini. Pikirnya, perjalanan macam itu hanyalah dalih saja buat Darwin yang enggan dengan pekerjaan serius. Untungnya, belakangan sang ayah bisa dibujuk dan merestui perjalanan itu yang akhirnya ternyata merupakan perjalanan yang paling berharga dalam sejarah ilmu pengetahuan Eropa. Kemudian ia mengikuti ekspedisi penelitian ilmiah selama 5 tahun dengan kapal HMS Eagle yang berangkat dari Inggris pada 27 Desember 1831.
Darwin mulai berangkat berlayar di atas kapal Beagle tahun 1831. Waktu itu umurnya baru dua puluh dua tahun. Dalam masa pelayaran lima tahun, kapal Beagle mengarungi dunia, menyelusuri pantai Amerika Selatan dalam kecepatan yang mengasyikkan, menyelidiki kepulauan Galapagos yang sunyi terpencil, mengambah pulau-pulau di Pacifik, di Samudera Indonesia dan di selatan Samudera Atlantik. Dalam perkelanaan itu, Darwin menyaksikan banyak keajaiban-keajaiban alam, mengunjungi suku-suku primitif, menemukan jumlah besar fosil-fosil, meneliti pelbagai macam tetumbuhan dan jenis binatang. Lebih jauh dari itu, dia membuat banyak catatan tentang apa saja yang lewat di depan matanya. Catatan-catatan ini merupakan bahan dasar bagi hampir seluruh karyanya di kemudian hari. Dari catatan-catatan inilah berasal ide-ide pokoknya, dan kejadian-kejadian serta pengalamannya jadi penunjang teori-teorinya.
Darwin kembali ke negerinya tahun 1836 dan dua puluh tahun sesudah itu dia menerbitkan sebarisan buku-buku yang mengangkatnya menjadi seorang biolog kenamaan di Inggris. Terhitung sejak tahun 1837 Darwin yakin betul bahwa binatang dan tetumbuhan tidaklah bersifat tetap, tetapi mengalami perubahan dalam perjalanan sejarah geologi. Pada saat itu dia belum sadar apa yang menjadi sebab-musabab terjadinya evolusi itu. Di tahun 1838 dia baca esai "Tentang prinsip-prinsip kependudukan" Thomas Malthus. Buku Malthus ini menyuguhkannya fakta-fakta yang mendorongnya lebih yakin adanya seleksi alamiah lewat kompetisi untuk mempertahankan kehidupan. Bahkan sesudah Darwin berhasil merumuskan prinsip-prinsip seleksi alamiahnya, dia tidak tergesa-gesa mencetak dan menerbitkannya. Dia sadar, teorinya akan mengundang tantangan-tantangan. Karena itu, dia memerlukan waktu lama dengan hati-hati menyusun bukti-bukti dan memasang kuda-kuda untuk mempertahankan hipotesanya jika ada serangan.
Garis besar teorinya ditulisnya tahun 1842 dan pada tahun 1844 dia mulai menyusun bukunya yang panjang lebar. Di bulan Juni 1858, tatkala Darwin masih sedang menambah-nambah dan menyempurnakan buku karya besarnya, dia menerima naskah dari Alfred Russel Wallace (seorang naturalis Inggris yang waktu itu berada di Timur) menggariskan teorinya sendiri tentang evolusi. Dalam tiap masalah dasar, teori Wallace bersamaan dengan teori Darwin! Wallace menyusun teorinya secara betul-betul berdiri di atas pikirannya sendiri dan mengirim naskah tulisannya kepada Darwin untuk minta pendapat dan komentar dari ilmuwan kenamaan itu sebelum masuk percetakan. Situasinya menjadi tidak enak karena mudah berkembang jadi pertarungan yang tidak dikehendaki untuk perebutan prioritas. Jalan keluarnya, baik naskah Wallace maupun garis-garis besar teori Darwin secara berbarengan dibahas oleh sebuah badan ilmiah pada bulan berikutnya.
Cukup mencengangkan, pengedepanan masalah ini tidak begitu diacuhkan orang. Buku Darwin The Origin of Species terbit pada tahun berikutnya, menimbulkan kegemparan. Memang kenyataannya mungkin tak pernah ada diterbitkan buku ilmu pengetahuan yang begitu tersebar luas dan begitu jadi bahan perbincangan yang begitu hangat, baik di lingkungan para ilmuwan maupun awam seperti terjadi pada buku On the Origin of Species by Means of Natural Selection, or The Preservation of Favoured Races in the Strugle for Life. Saling adu argumen tetap seru di tahun 1871 tatkala Darwin menerbitkan The Descent of Man, and Selection in Relation to Sex. Buku ini, mengedepankan gagasan bahwa manusia berasal dari makhluk sejenis monyet, makin menambah serunya perdebatan pendapat.
Darwin sendiri tidak ambil bagian dalam perdebatan di muka publik mengenai teori yang dilontarkannya. Bisa jadi lantaran kesehatan karena sehabis perkelanaannya yang begitu parrjang dengan kapal Beagle (besar kemungkinan akibat demam, akibat penyakit Chaga gigitan serangga di Amerika Latin). Dan bisa jadi karena dia merasa cukup punya pendukung gigih semacam Thomas H. Huxley seorang jago debat dan pembela teori Darwin, sebagian terbesar ilmuwan menyetujui dasar-dasar kebenaran teori Darwin tatkala yang bersangkutan niati tahun 1882.
Sebenarnya --jika mau bicara tulen atau tidak tulen-- bukanlah Darwin penemu pertama teori evolusi makhluk. Beberapa orang telah menyuarakannya sebelum dia, termasuk naturalis Perancis Jean Lamarek dan kakek Darwin sendiri, Erasmus Darwin.
Tetapi, hipotesa mereka tidak pernah diterima oleh dunia ilmu pengetahuan karena tak mampu memberi keyakinan bagaimana dan dengan cara apa evolusi terjadi. Sumbangan Darwin terbesar adalah kesanggupannya bukan saja menyuguhkan mekanisme dari seleksi alamiah yang mengakibatkan terjadinya evolusi alamiah, tetapi dia juga sanggup menyuguhkan banyak bukti-bukti untuk menunjang hipotesanya.
Layak dicatat, teori Darwin dirumuskan tanpa sandaran teori genetik apa pun atau bahkan dia tak tahu-menahu mengenai pengetahuan itu. Di masa Darwin, tak seorang pun faham ihwal khusus bagaimana suatu generasi berikutnya. Meskipun Gregor Mendel sedang merampungkan hukum-hukum keturunan pada tahun-tahun berbarengan dengan saat Darwin menulis dan menerbitkan bukunya yang membikin sejarah, hasil karya Mendel yang menunjang teori Darwin begitu sempurnanya, Mendel nyaris sepenuhnya tak diacuhkan orang sampai tahun 1900, saat teori Darwin sudah begitu mapan dan mantap. Jadi, pengertian modern kita perihal evolusi --yang merupakan gabungan antara ilmu genetik keturunan dengan hukum seleksi alamiah-- lebih lengkap ketimbang teori yang disodorkan Darwin.
Pengaruh Darwin terhadap pemikiran manusia dalam sekah. Dalam kaitan dengan ilmu pengetahuan murni, tentu saja, dia sudah melakukan tindak revolusioner semua aspek bidang biologi. Seleksi alamiah betul-betul punya prinsip yang teramat luas serta mendasar, dan pelbagai percobaan sudah dilakukan penerapannya di pelbagai bidang-seperti antropologi, sosiologi, ilmu politik dan ekonomi.
Bahkan barangkali pengaruh Darwin lebih penting terhadap pemikiran agama ketimbang terhadap segi ilmu pengetahuan atau sosiologi. Pada masa Darwin dan bertahun-tahun sesudahnya, banyak penganut setia Nasrani percaya bahwa menerima teori Darwin berarti menurunkan derajat kepercayaan terhadap agama. Kekhawatiran mereka ini barangkali ada dasarnya biarpun jelas banyak sebab faktor lain yang jadi lantaran lunturnya kepercayaan beragama. (Darwin sendiri menjadi seorang sekuler).
Bahkan atas dasar sekuler, teori Darwin mengakibatkan perubahan besar pada cara manusia dalam hal mereka memikirkan ihwal dunia mereka (bangsa manusia itu tampaknya) secara keseluruhan tidak lagi menduduki posisi sentral dalam skema alamiah alam makhluk sebagaimana tadinya mereka akukan. Kini kita harus memandang diri kita sebagai salah satu bagian saja dari sekian banyak makhluk dan kita mengakui adanya kemungkinan bahwa sekali tempo akan tergeser. Akibat dari hasil penyelidikan Darwin, pandangan Heraclitus yang berkata, "Tak ada yang permanen kecuali perubahan" menjadi diterima secara lebih luas. Sukses teori evolusi sebagai penjelasan umum mengenai asal-usul manusia telah lebih mengokohkan kepercayaan terhadap kemampuan ilmu pengetahuan menjawab segala pertanyaan dunia fisik (walaupun tidak semua persoalan manusia dan kemanusiaan). Istilah Darwin, "Yang kuat mengalahkan yang lemah" dan "Pergulatan untuk hidup" telah masuk menjadi bagian kamus kita.
Memang teori Darwin akan terjelaskan juga walau misalnya Darwin tak pernah hidup di dunia. Apalagi diukur dari apa yang sudah dihasilkan Wallace, hal ini amat mengandung kebenaran, lebih dari ihwal siapa pun yang tertera di dalam daftar buku ini. Namun, adalah tulisan-tulisan Darwin yang telah merevolusionerkan biologi dan antropolgi dan dialah yang telah mengubah pandangan kita tentang kedudukan manusia di dunia.
Darwin mengerjakan teorinya itu selama 20 tahun. Dari studinya Darwin menyimpulkan bahwa :
1. Evolusi terjadi di alam.
2. Perubahan evolusioner terjadi secara perlahan-lahan (gradual) dalam tempo ribuan sampai jutaan tahun. Proses yang menyebabkan perubahan ini menghasilkan populasi yang perlahan-lahan bisa beradaptasi dengan lingkungan, dan pada akhirnya, setelah berlangsung secara terus-menerus akan terbentuk keragaman yang baru, dan akhirnya menjadi spesies baru.
3. Mekanisme utama dalam terjadinya evolusi adalah satu proses yang disebut seleksi alam. Individu yang selamat kemungkinan besar akan menurunkan ciri-ciri yang dimilikinya kepada generasi berikutnya.
4. Jutaan spesies yang hidup dewasa ini berasal dari satu bentuk kehidupan asli tunggal melalui proses pencabangan yang dikenal dengan nama spesiasi (speciation).
Bila mendengar kata teori evolusi pastilah orang akan segera teringat dengan Charles Darwin. Sebenarnya Darwin bukanlah pencetus awal dari teori evolusi. Tetapi, karena yang berhasil merumuskan teori ini dengan sangat meyakinkan adalah Darwin, maka ia kemudian disebut sebagai pencetusnya. Kalau dirunut, maka pemikiran mengenai evolusi ini sudah ada semenjak zaman Yunani Kuno. Pemikiran ini antara lain dikemukakan oleh:
· Anaximander (abad ke-6 S.M.). Ia menyatakan bahwa hewan pertama dengan kulit yang tajam muncul di dalam air dan kemudian merangkak ke daratan. Setelah menanggalkan kulitnya ia lalu hidup di sana.
· Empedocles (abad ke-5 S.M.). Ia bisa dianggap sebagai pendahulu Darwin. Ia menyatakan bahwa hanya bentuk-bentuk yang paling baik yang dapat bertahan sedangkan bentuk-bentuk yang kurang baik akan musnah.
· Heraclitus (abad ke-5 S.M.) berpendapat bahwa tiap segala sesuatu itu senantiasa bergerak mengalir dan berubah wujud menjadi bentuk lain. Panta rei, oudei menei. Everything flows and nothing stays.
· Aristoteles (384-322 S.M.) berpendapat bahwa ada peningkatan dari tumbuhan ke bentuk lain tumbuhan yang lebih tinggi, dari setengah binatang menjadi binatang, dan dari binatang berangsur-angsur menjadi manusia.
Sedangkan kalau pada zaman modern ini, maka yang pertama kali membangkitkan perhatian orang akan terjadinya evolusi pada setiap benda organik maupun inorganik adalah Jean Baptiste Comte de Lamarck (1744-1829), seorang ahli zoologi Perancis yang terkemuka. Darwin sendiri mengakui hal ini. Bermula ketika Lamarck sedang menyusun bukunya Histoire naturelle des animaux sans vertebre (Sejarah Alam Hewan Invertebrata), ia mengamati perbedaan di dalam dunia hewan, yang berangsur-angsur meningkat, yang merupakan suatu progesi. Dan bila pengamatan itu dari manusia menuju hewan yang lebih sederhana, maka nilai alat-alat tubuh yang penting itu menjadi turun. Dan ini disebutnya degradasi. Dia pun bertanya-tanya apa sebabnya itu bisa terjadi.
Lamarck akhirnya berkesimpulan bahwa makhluk-makhluk hidup yang paling sederhana, yang tingkatannya paling rendah, menjadi bahan bagi alam untuk membuat bentuk-bentuk lain, dengan pertolongan waktu yang tak terbatas, untuk menjadi bentuk yang lebih baik.
Bila mendengar kata teori evolusi pastilah orang akan segera teringat dengan Charles Darwin. Sebenarnya Darwin bukanlah pencetus awal dari teori evolusi. Tetapi, karena yang berhasil merumuskan teori ini dengan sangat meyakinkan adalah Darwin, maka ia kemudian disebut sebagai pencetusnya. Kalau dirunut, maka pemikiran mengenai evolusi ini sudah ada semenjak zaman Yunani Kuno. Pemikiran ini antara lain dikemukakan oleh:
· Anaximander (abad ke-6 S.M.). Ia menyatakan bahwa hewan pertama dengan kulit yang tajam muncul di dalam air dan kemudian merangkak ke daratan. Setelah menanggalkan kulitnya ia lalu hidup di sana.
· Empedocles (abad ke-5 S.M.). Ia bisa dianggap sebagai pendahulu Darwin. Ia menyatakan bahwa hanya bentuk-bentuk yang paling baik yang dapat bertahan sedangkan bentuk-bentuk yang kurang baik akan musnah.
· Heraclitus (abad ke-5 S.M.) berpendapat bahwa tiap segala sesuatu itu senantiasa bergerak mengalir dan berubah wujud menjadi bentuk lain. Panta rei, oudei menei. Everything flows and nothing stays.
· Aristoteles (384-322 S.M.) berpendapat bahwa ada peningkatan dari tumbuhan ke bentuk lain tumbuhan yang lebih tinggi, dari setengah binatang menjadi binatang, dan dari binatang berangsur-angsur menjadi manusia.
Sedangkan kalau pada zaman modern ini, maka yang pertama kali membangkitkan perhatian orang akan terjadinya evolusi pada setiap benda organik maupun inorganik adalah Jean Baptiste Comte de Lamarck (1744-1829), seorang ahli zoologi Perancis yang terkemuka. Darwin sendiri mengakui hal ini. Bermula ketika Lamarck sedang menyusun bukunya Histoire naturelle des animaux sans vertebre (Sejarah Alam Hewan Invertebrata), ia mengamati perbedaan di dalam dunia hewan, yang berangsur-angsur meningkat, yang merupakan suatu progesi. Dan bila pengamatan itu dari manusia menuju hewan yang lebih sederhana, maka nilai alat-alat tubuh yang penting itu menjadi turun. Dan ini disebutnya degradasi. Dia pun bertanya-tanya apa sebabnya itu bisa terjadi.
Lamarck akhirnya berkesimpulan bahwa makhluk-makhluk hidup yang paling sederhana, yang tingkatannya paling rendah, menjadi bahan bagi alam untuk membuat bentuk-bentuk lain, dengan pertolongan waktu yang tak terbatas, untuk menjadi bentuk yang lebih baik
Bila mendengar kata teori evolusi pastilah orang akan segera teringat dengan Charles Darwin. Sebenarnya Darwin bukanlah pencetus awal dari teori evolusi. Tetapi, karena yang berhasil merumuskan teori ini dengan sangat meyakinkan adalah Darwin, maka ia kemudian disebut sebagai pencetusnya. Kalau dirunut, maka pemikiran mengenai evolusi ini sudah ada semenjak zaman Yunani Kuno. Pemikiran ini antara lain dikemukakan oleh:
· Anaximander (abad ke-6 S.M.). Ia menyatakan bahwa hewan pertama dengan kulit yang tajam muncul di dalam air dan kemudian merangkak ke daratan. Setelah menanggalkan kulitnya ia lalu hidup di sana.
· Empedocles (abad ke-5 S.M.). Ia bisa dianggap sebagai pendahulu Darwin. Ia menyatakan bahwa hanya bentuk-bentuk yang paling baik yang dapat bertahan sedangkan bentuk-bentuk yang kurang baik akan musnah.
· Heraclitus (abad ke-5 S.M.) berpendapat bahwa tiap segala sesuatu itu senantiasa bergerak mengalir dan berubah wujud menjadi bentuk lain. Panta rei, oudei menei. Everything flows and nothing stays.
· Aristoteles (384-322 S.M.) berpendapat bahwa ada peningkatan dari tumbuhan ke bentuk lain tumbuhan yang lebih tinggi, dari setengah binatang menjadi binatang, dan dari binatang berangsur-angsur menjadi manusia.
Sedangkan kalau pada zaman modern ini, maka yang pertama kali membangkitkan perhatian orang akan terjadinya evolusi pada setiap benda organik maupun inorganik adalah Jean Baptiste Comte de Lamarck (1744-1829), seorang ahli zoologi Perancis yang terkemuka. Darwin sendiri mengakui hal ini. Bermula ketika Lamarck sedang menyusun bukunya Histoire naturelle des animaux sans vertebre (Sejarah Alam Hewan Invertebrata), ia mengamati perbedaan di dalam dunia hewan, yang berangsur-angsur meningkat, yang merupakan suatu progesi. Dan bila pengamatan itu dari manusia menuju hewan yang lebih sederhana, maka nilai alat-alat tubuh yang penting itu menjadi turun. Dan ini disebutnya degradasi. Dia pun bertanya-tanya apa sebabnya itu bisa terjadi.
Lamarck akhirnya berkesimpulan bahwa makhluk-makhluk hidup yang paling sederhana, yang tingkatannya paling rendah, menjadi bahan bagi alam untuk membuat bentuk-bentuk lain, dengan pertolongan waktu yang tak terbatas, untuk menjadi bentuk yang lebih baik.