IMITASI PERSILANGAN MONOHIBRIDA DAN DIHIBRIDA
OLEH:
I KOMANG ALIT ADI SANJAYA
(0713041016)
1. Judul
Imitasi Persilangan Monohibrida dan Dihibrida
2. Tujuan
Adapun tujuan dalam prkatikum ini adalah sebagai berikut.
a. Untuk membuktikan adanya prinsip segresi secara bebas dan berpasangan secara bebas.
b. Untuk membuktikan perbandingan Mendel, yaitu ratio genotipe (1: 2: 1) dan ratio fenotipe (3: 1) pada monohibrida.
c. Untuk membuktikan perbandingan Mendel (perbandingan fenotipe dihibrida) pada F2, yaitu: 9: 3: 3: 1.
3. Alat dan Bahan
a. Persilangan Monohibrida
· Kancing genetika dua warna, masing-masing berjumlah 25 pasang (misalnya 25 pasang berwarna merah, dan 25 pasang berwarna putih). Misalkan pasangan kancing merah adalah pasangan alela MM, dan pasangan kancing putih adalah pasangan alela mm.
· Dua mangkok plastik
b. Persilangan Dihibrida
· Kancing genetika 4 macam warna masing-masing 50 pasang
· Wadah untuk menempatkan model gamet jantan dan gamet betina.
4. Langkah Kerja
a. Persilangan Monohibrida
1. Membuat terlebih dahulu hasil persilangan MM dengan mm. bagaimana kombinasi kancing yang menunjukkan F1? Pasangan kancing genetika pada F1 adalah merah-putih. Bagaimanakah kombinasi kancing genetika pada F2?
2. Memisahkan 25 pasangan kancing genetika merah-putih sebagai induk jantan (tempatkan pada satu wadah, kita sebut sebagai wadah I), dan 25 pasangan kancing genetika merah-putih sebagai induk betina (tempatkan pada satu wadah, kita sebut sebagai wadah II).
3. Memeriksa masing-masing pasangan kancing genetika pada induk jantan dan juga induk betina (anda sedang melakukan segregasi bebas yang terjadi pada saat pembentukan gamet).
4. Mengambil secara acak satu kancing dari kotak I dan satu kancing dari kotak II, pertemukan, bagaimana kombinasi yang terbentuk?, catatlah dalam tabel tabulasi!
5. Dengan cara yang sama melakukan terus sampai kancing-kancing genetika yang berfungsi sebagai gen pada kedua kotak habis.
6. Menghitung perbandingan yang diperoleh, baik perbandingan genotif maupun fenotifnya.
b. Persilangan Dihibrida
1. Menetapkan terlebih dahulu kode gen untuk masing-masing warna kancingh. Misalkan:
· Model gen untuk lertak bunga di ketiak daun (UU) adalah kancing merah.
· Model gen untuk batang tinggi (TT) adalah kanving hitam.
· Model gen untuk letak bunga di ujung pohon (uu), dan
· Model gen untuk letak bunganya yang memiliki batang tendah (tt).
2. Mencari gamet dari individu bergenotif TtUu (genotif F1), dan membuat kombinasi gamet tersebut masing-masing dengan menggunakan kancing genetika (dengan menangkupkan kancing genetika), misalnya gamet TU, kombinasi kancing genetikanya (model gennya) adalah hitam-merah. melakukan yang sama terhadap jenis gamet lainnya. Membagi menjadi dua (sama banyak) masing-masing jenis gamet, tempatkan pada satu bagian pada kotak untuk gamet jantan, dan bagian lain pada kotak untuk gamet betina.
3. Mengambil secara acak satu (kombinasi) model gamet dari kotak jantan dan satu model gamet dari kotak betina. Pertemukan dan catatlah hasilnya dalam tabel tabulasi.
4. Dengan cara yang sama melakukan terus sampai model gamet pada kotak jantan dan kotak betina habis.
5. Merumuskan genotipe-genotipe yang terbentuk pada tabel tabulasi, kemudian tentukan fenotif dari masing-masing genotipe.
5. Hasil
Berdasarkan langkah kerja diatas, maka didaptkan hasil sebagai berikut.
a. Hasil persilangan monohibrida
Hasil persilangan antara MM dengan mm adalah sebagai berikut:
P : ♂ X ♀
Genotipe : MM X mm
Gamet : M X m
F1 : Mm
(Individu dengan sifat merah 100%)
Tabel 01. Tabulasi hasil pengamatan
No. | Pasangan Kancing | Tabulasi | Frekuensi |
1. | Kancing merah-merah | IIIII IIIII II | 12 |
2. | Kancing merah-putih | IIIII IIIII IIIII IIIII IIIII I | 26 |
3. | Kancing putih-putih | IIIII IIIII II | 12 |
b. Hasil persilangan dihibrida
Tabel 02. Tabulasi hasil pengamatan
No | Kombinasi Model Gen | Genotipe | Fenotipe | Tabulasi | Frekuensi |
1. | Merah-Hitam-Kuning-Putih | UuTt | Bunga di ketiak daun, batang tinggi | IIIII IIIII IIIII I | 16 |
2. | Merah-Putih-Kuning-Hitam | UuTt | Bunga di ketiak daun, batang tinggi | IIIII IIIII IIIII I | 16 |
3. | Merah-Putih-Kuning-Putih | Uutt | Bunga di ketiak daun, batang pendek | IIIII IIIII II | 12 |
4. | Kuning-Hitam-Kuning-Hitam | uuTT | Bunga di ujung batang, batang tinggi | IIIII IIIII I | 11 |
5. | Merah-Hitam-Kuning-Hitam | UuTT | Bunga di ketiak daun, batang tinggi | IIII | 4 |
6. | Merah-Putih- Merah-Putih | UUtt | Bunga di ketiak daun, batang pendek | IIIII II | 7 |
7. | Merah-Putih-Merah-Hitam | UUTt | Bunga di ketiak daun, batang tinggi | IIIII III | 8 |
8. | Kuning-Putih-Kuning-Putih | uutt | Bunga di ujung batang, batang pendek | IIIII II | 7 |
9. | Merah-Hitam-Merah-Hitam | UUTT | Bunga di ketiak daun, batang tinggi | IIIII IIIII I | 11 |
10. | Kuning-Hitam-Kuning-Putih | uuTt | Bunga di ujung batang, batang tinggi | IIIII III | 8 |
6. Pembahasan
Berdasarkan data diatas, maka dapat penulis analisis sebagai berikut.
a. Persilangan monohibrida
Tabel 03. Analisis data persilangan monohibrida
No. | Keterangan Fenotipe | o | e | (o - e) | (o – e)2 | (o – e)2 e |
1. | Merah (MM & Mm) | 38 | 37,5 | 0,5 | 0,25 | 0,0067 |
2. | Putih (mm) | 12 | 12,5 | 0,5 | 0,25 | 0,02 |
Jumlah | 50 | 50 | 1 | 0,5 | 0,026 |
Selanjutnya dengan menggunakan tabel X2. Dalam menggunakan tabel ini kita lebih dahulu menetapkan besarnya derajat kebebasan atau degree of freedom (df):
df = jumlah kelas fenotif – 1
df = 2 – 1
df = 1
Pada persilangan diatas terdapat dua kelas fenotipe, yaitu merah dan putih, sehingga akan di dapat df sebesar 1. Selanjutnya menentukan simpangan deviasi (K) sebesar K < 0,05.
Berdasarkan tabel X2, maka K (df – 1) terletak antara 0,70 dan 0,90. Dari perhitungan didapatkan X2 = 0,026 ( nilai terletak antara 0,016 – 0,15). Sehingga nilainya berada di bawah batas signifikansi.
Karena K> 0,05 (batas signifikansi), maka hasil persilangan diatas tidak mengalami penyimpangan yang berarti, sehingga hasil itu dapat dianggap sesuai dengan hukum Mendel.
Dari data analisis diatas, maka genotipe individu yang dilambangkan dengan kancing genetika dengan kombiansi merah-merah: merah-putih: dan putih-putih secara berturut-turut adalah: MM: Mm: mm.
Jika sifat merah dominan terhadap sifat putih, ratio fenotipe dan genotipe pada F2-nya adalah sebagai berikut:
· Ratio fenotipe : Merah: Putih = 3 : 1
· Ratio genotipe : MM : Mm : mm = 1 : 2 : 1
Hasil yang penulis dapatkan bila dibandingkan dengan kelompok yang lain adalah sedikit berbeda jumlah frekuensi yang didapatkan antara MM dengan mm, tetapi setelah dianalis, ternyata menghasilkan hasil yang serupa, yaitu nilai K lebih besar dari batas signifikansi (K> 0,05). Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya perbedaan jumlah frekuensi yang di dapatkan antar kelompok adalah bahwa kita mengambil kancing secara acak tanpa melihat (random), sehingga akan terjadi probability yang sangat tinggi.
b. Persilangan dihibrida
Tabel 04. Analisis data persilangan dihibrida
No. | Keterangan Fenotipe | O | e | (o - e) | (o – e)2 | (o – e)2 e |
1. | Bunga di ketiak daun dengan batang tinggi | 55 | 56 | -1 | 1 | 0,018 |
2. | Bunga di ujung batang dengan batang tinggi | 19 | 19 | 0 | 0 | 0 |
3. | Bunga di ketiak daun dengan batang rendah | 19 | 19 | 0 | 0 | 0 |
4. | Bunga di ujung batang dengan batang rendah | 7 | 6 | 1 | 1 | 0,167 |
Jumlah: | 100 | 100 | 0 | 2 | 0,184 |
Selanjutnya dengan menggunakan tabel X2. Dalam menggunakan tabel ini kita lebih dahulu menetapkan besarnya derajat kebebasan atau degree of freedom (df):
df = jumlah kelas fenotif – 1
df = 4 – 1
df = 3
Pada persilangan diatas terdapat empat kelas fenotipe, yaitu bunga di ujung batang (terminalis), bunga di ketiak daun (aksilaris), batang tinggi dan batang rendah. sehingga akan di dapat df sebesar 3.
Berdasarkan tabel X2, maka K (df – 1) terletak antara 0,70 dan 0,90. Dari perhitungan didapatkan X2 = 0,184 (nilai terletak antara 0,58 – 1,42). Sehingga nilainya berada di bawah batas signifikansi.
Karena K > 0,05 (batas signifikansi), maka hasil persilangan diatas tidak mengalami penyimpangan yang berarti, sehingga hasil itu dapat dianggap sesuai dengan hukum Mendel.
Dari analisis data diatas, maka perbandingan fenotipe yang penulis peroleh adalah sebagai beruikut.
No. | Fenotipe | Genotipe | Frekuensi |
1. | Bunga di ketiak daun, batang tinggi | UuTt | 16 |
UuTt | 16 | ||
UuTT | 4 | ||
UUTt | 8 | ||
UUTT | 11 | ||
2. | Bunga di ketiak daun, batang rendah | Uutt | 12 |
UUtt | 7 | ||
3. | Bunga di ujung batang, batang tinggi | uuTT | 11 |
uuTt | 8 | ||
4. | Bunga di ujung batang, batang rendah | uutt | 7 |
Jumlah | 100 |
Hasil yang penulis dapatkan jika dibandingkan dengan hasil dari kelompok yang lain adalah sedikit adanya perbedaan dalam hal jumlah kombinasi gen yang didapatkan, tetapi setelah dilakukan analisis data, ternyata hasilnya tidak jauh menyimpang, artinya masih sesuai dengan hukum Mendel.
7. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas, maka dapat penulis simpulkan bahwa, memang benar pada persilangan dengan satu sifat beda akan menghasilkan variasi individu baru dengan ratio fenotif 3:1, sedangkan pada persilangan dengan dua sifat beda akan menghasilkan ratio perbandingan fenotipe 9:3:3:1 yang sesuai dengan hukum Mendel.
8. Daftar Pustaka
Sarna, Ketut. 2001. Buku Ajar Genetika. Singaraja: IKIP Negeri Singaraja.
Citrawathi, Desak Made. 2002. LKM Berorientasi Siklus Belajar Mata Kuliah Genetika. Singaraja: IKIP Negeri Singaraja.
Henuhili, Victoria & Suratsih. 2003. Genetika. Yogyakarta: IMSTEP.
Suryo. 1996. Genetika. Surabaya: Dirjendikti Depdiknas.
9. Jawaban Pertanyaan
a. Aplikasi konsep pada persilangan monohibrida
1. Pada persilangan antara ercis berbatang tinggi dengan ercis berbatang rendah yang mendapatkan keturunan semua ercis berbatang tinggi. Hal ini artinya bahwa tanman ercis berbatang tinggi dominan terhadap tamanan ercis yang berbatang rendah, sehingga akan menghasilkan keturunan pada F1-nya semua tanaman ercis berbatang tinggi. Adapun bagan persilangannya adalah sebagai berikut.
P : ♂ X ♀
Ercis Batang Tinggi X Ercis Batang Rendah
G : TT X tt
Gamet : T X t
F1 : Tt
(Tamanan ercis berbatang tinggi)
Sedangkan pada persilangan antara ercis berbatang tinggi dengan ercis berbatang rendah, didapatkan ercis berbatang tinggi dengan jumlah 1037 dan ercis berbatang rendah sebanyak 1045, ini artinya bahwa induk dari ercis yang berbatang tinggi merupakan individu yang heterozigotik, sedangkan ercis berbatang pendek merupakan individu yang homozigotik, sehingga akan menghasilkan keturunan yang berimbang. Berikut bagan persilangannya.
P : ♂ X ♀
Ercis Batang Tinggi X Ercis Batang Rendah
G : Tt X tt
Gamet : T , t X t
F1 : Tt = Tamanan ercis berbatang tinggi = 50%
tt = Tamanan ercis berbatang rendah = 50%
Angka perdandingan antara tanaman ercis berbatang tinggi dengan tanamana ercis berbatang rendah: 1037: 1045, dapat di sederhanakan menjadi perbadingan 1:1, sehingga jika di persentasekan akan menghasilkan perbandingan tanaman ercis berbatang tinggi: tanaman ercis berbatang rendah: 50%: 50%.
2. Kemungkinan ciri (sifat) daun telinga dari anak hasil perkawinan seorang laki-laki daun telinga melekat dengan seorang perempuan yang daun telinganya menggantung yang memiliki bapak berdaun telinga melekat adalah:
Sebelumnya kita harus menentukan bahwa daun telinga melekat dominan (DD) terhadap daun telinga menggantung (dd). Ibu yang berdaun telinga menggantung yang berasal dari ayah berdaun telinga melekat artinya bahwa ibu memiliki sifat berdaun telinga menggantung homozigotik, karena ayah dari si Ibu memiliki sifat daun melekat heterozigotik. Laki-laki yang memiliki sifat berdaun telinga melekat ada dua kemungkinan yaitu, homozigotik (DD) atau heterozigotik (Dd). Sehingga akan ada dua kemungkinan anak yang akan dihasilkan dari persilangan diatas.
Kemungkinan I
P : ♂ X ♀
G : DD X dd
Gamet : D X d
F1 : Dd
(anak dengan sifat daun telinga melekat) 100%
Kemungkinan II
P : ♂ X ♀
G : Dd X dd
Gamet : D, d X d
F1 : Dd & dd
Dd = Anak dengan berdaun telinga melekat = 50%
dd = Anak dengan berdaun telinga menggantung = 50%
3. Pada ercis, sifat biji bulat dominan terhadap keriput. Jika penulis membeli biji ercis bulat, cara untuk menentukan apakah biji ercis tersebut bulat homozigot atau bulat heterozigot adalah dengan cara melakukan test cross. Test cross merupakan perkawinan F1 dengan salah satu induk yang resesif. Dalam hal ini penulis akan menyilangkan biji bulat tersebut dengan biji yang keriput (resesif). Apabila memunculkan hasil test cross 100% berfenotipe bulat semua, berarti biji tersebut bulat homozigot. Apabila pada F1 ada muncul biji keriput, maka induk adalah bulat heterozigot.
b. Aplikasi konsep pada persilangan dihibrida
1. Hasil persilangan ercis berbiji bulat, batang rendah dengan ercis berbiji keriput, batang tinggi adalah ercis-ercis berbiji bulat, batang tinggi. Hasil F2nya adalah sebagai berikut:
Keterangan:
Biji bulat = B
Biji keriput = b
Batang tinggi = T
Batang rendah = t
Biji bulat dominan terhadap biji keriput, dan batang tinggi dominan terhadap batang rendah, sehingga F1nya yang berbiji bulat, batang tinggi memiliki genotipe: BbTt. Pencarian F2-nya sebagai berikut;
P : ♂ X ♀
Genotif : BbTt X BbTt
Gamet : BT, Bt, bT, bt X BT, Bt, bT, bt
F2 :
♀ ♂ | BT | Bt | bT | bt |
BT | BBTT | BBTt | BbTT | BbTt |
Bt | BBTt | BBtt | BbTt | Bbtt |
bT | BbTT | BbTt | bbTT | bbTt |
bt | BbTt | Bbtt | bbTt | bbtt |
Dari data diatas, maka dapat dibuatkan perbandingan genotipe dan fenotipe-nya.
Perbandingan fenotipe | Nilai perbandingan | Genotipe | Fenotipe |
9 | 1 2 2 4 | BBTT BBTt BbTT BbTt | Bulat, Tinggi Bulat, Tinggi Bulat, Tinggi Bulat, Tinggi |
3 | 1 2 | BBtt Bbtt | Bulat, Rendah Bulat, Rendah |
3 | 1 2 | bbTT bbTt | Keriput, Tinggi Keriput, Tinggi |
1 | 1 | bbtt | Keriput, Rendah |
2. Gamet-gamet yang dibentuk oleh individu yang bergenotipe AaBbCC, AaBbCc, AABBCCDd, AaBbCCDd, dan AaBbCcDd adalah:
a. Individu yang bergenotipe AaBbCC akan membentuk gamet sebanyak 4 gamet, yaitu: ABC, AbC, aBC, dan abC
b. Individu yang bergenotipe AaBbCc akan membentuk gamet sebanyak 8 gamet, yaitu: ABC, ABc, AbC, Abc, aBC, aBc, abC, dan abc.
c. Individu yang bergenotipe AABBCCDd akan membentuk gamet sebanyak 2 gamet, yaitu: ABCD dan ABCd
d. Individu yang bergenotipe AaBbCCDd akan membentuk gamet sebanyak 8 gamet, yaitu: ABCD, ABCd, AbCD, AbCd, aBCD, aBCd, abCD, abCd.
e. Individu yang bergenotipe AaBbCcDd akan membentuk gamet sebanyak 16 gamet, yaitu: ABCD, ABCd, ABcD, ABcd, AbCD, AbCd, AbcD, Abcd, aBCD, aBCd, aBcD, aBcd, abCD, abCd, abcD, dan abcd.
3. Pada ercis, sifat endosperm kuning dominan terhadap hijau, letak bunga di ketiak daun dominan terhadap di ujung batang. Jika penulis mempunyai ercis endosperm kuning dan letak bunganya di ketiak daun, cara untuk mengetahui apakah ercis tersebut homozigot atau heterozigot adalah dengan jalan melakukan test cross, menyilangkan ercis tersebut dengan induk yang mempunyai genotipe homozigot resesif. Misalkan E untuk endosperm kuning, e untuk endosperm hijau, B untuk bunga di ketiak daun, dan b untuk bunga di ujung batang, sehingga bagan test cross sebagai berikut.
P : ♂ X ♀
G : EeBb X eebb
Gamet : EB, Eb, eB, eb X eb
F : EeBb: endosperm kuning, bunga di ketiak (1)
Eebb: endosperm kuning, bunga di ujung (1)
eeBb: endosperm hijau, bunga di ketiak (1)
eebb: endosperm hijau, bunga ujung (1)
Dari persilangan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa ercis endosperm kuning dan letak bunganya di ketiak daun yang penulis dapatkan adalah merupakan heterozigot. Sedangkan apabila didapatkan hasil semua berfenotif sama tanpa adanya variasi, maka dapat dipastikan bahwa ercis endosperm kuning dan letak bunganya di ketiak daun yang penulis dapatkan adalah merupakan homozigot, seperti bagan persilangan berikut ini.
P : ♂ X ♀
G : EEBB X eebb
Gamet : EB X eb
F : EeBb = 100%
(Ercis endosperm kuning dan letak bunganya di ketiak daun)
4. Seorang laki-laki memiliki pertumbuhan rambut meruncing di dahi (widow’s peak), ibu jari tidak membentuk sudut, tapak kaki leper menikah dengan seorang perempuan yang memiliki pertumbuhan rambut meruncing, ibu jari membentuk sudut, dan tapak kaki melengkung. Jika salah satu anak mereka memiliki pertumbuhan rambut lurus, ibu jari tidak membentuk sudut, dan tapak kaki melengkung, maka kemungkinan genotipe laki-laki tersebut dan istrinya adalah sebagai berikut.
Keterangan:
· Rambut meruncing (RR)
· Rambut lurus (rr)
· Ibu jari membentuk sudut (SS)
· Ibu jari tidak membentuk sudut (ss)
· Telapak kaki lurus (TT)
· Telapak kaki melengkung (tt), sehingga:
P : ♂ X ♀
G : R. ss T. X R. S. tt
Gamet :
F1 : rrsstt
(rambut lurus, ibu jari tidak membentuk sudut, telapak kaki melengkung)
Dengan melihat fenotif yang dimiliki oleh salah satu anak yang dihasilkan, maka dapat penulis asumsikan bahwa laki-laki tersebut memiliki genotif RrssTt, dan Ibu memiliki genotif RrSstt. Sehingga genotif untuk anak-anak yang lainnya adalahn sebagai berikut:
P : ♂ X ♀
G : RrssTt X RrSstt
Gamet : RsT, Rst, rsT, rst RSt, Rst, rSt, rst
` F1 :
♀ ♂ | RsT | Rst | rsT | rst |
RSt | RRSsTt (01 | RRSstt (02 | RrSsTt (03 | RrSstt (04 |
Rst | RRssTt (05 | RRsstt (06 | RrssTt (07 | Rrsstt (08 |
rSt | RrSsTt (09 | RrSstt (10 | rrSsTt (11 | rrSstt (12 |
rst | RrssTt (13 | Rrsstt (14 | rrssTt (15 | rrsstt (16 |
Dari papan catur diatas, maka didapat variasi sifat yang dimiliki anak-anaknya yang lain, yaitu sebagau berikut:
No. | Fenotipe | Genotipe | Frekuensi |
1. | Rambut meruncing, ibu jari membentuk sudut, telapak kaki lurus. | RRSsTt (01 RrSsTt (03 RrSsTt (09 | 3 |
2. | Rambut meruncing, ibu jari membentuk sudut, telapak kaki melengkung. | RRSstt (02 RrSstt (04 RrSstt (10 | 3 |
3. | Rambut meruncing, ibu jari tidak membentuk sudut, telapak kaki melengkung. | RRssTt (05 RrssTt (07 RrssTt (13 | 3 |
4. | Rambut meruncing, ibu jari tidak membentuk sudut, telapak kaki lurus. | RRsstt (06 Rrsstt (08 Rrsstt (14 | 3 |
5. | Rambut lurus, ibu jari membentuk sudut, telapak kaki lurus. | rrSsTt (11 | 1 |
6. | Rambut lurus, ibu jari membentuk sudut, telapak kaki melengkung. | rrSstt (12 | 1 |
7. | Rambut lurus, ibu jari tidak membentuk sudut, telapak kaki lurus. | rrssTt (15 | 1 |
8. | Rambut lurus, ibu jari tidak membentuk sudut, telapak kaki melengkung. | rrsstt (16 (anak yang diketahui) | 1 |
Jumlah | 16 |
Dari tabel perbandingan fenotif anak yang dihasilkan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa akan terdapat 8 variasi sifat anak yang dihasilkan dari perkawianan tersebut.
5. Jika suatu tumbuhan, sifat warna bunga merah (M) kodominan terhadap putih (m) yang hibridanya merah muda, dan sifat batang tinggi (T) dominan terhadap batang rendah (t), kemungkinan genotif dan fenotipe hasil persilangan tanaman yang bergenotipe MmTt dengan mmTt adalah sebagai berikut.
P : ♂ X ♀
G : MmTt X mmTt
Gamet : MT, Mt, mT, mt mT, mt
` F1 :
♀ ♂ | mT | mt |
MT | MmTT | MmTt |
Mt | MmTt | Mmtt |
mT | mmTT | mmTt |
mt | mmTt | mmtt |
Jadi perbandingan genotifnya adalah MmTT : MmTt : Mmtt : mmTT : mmTt : mmtt = 1:2:1:1:2:1
Sedangkan perbandingan fenotifnya adalah : merah muda tinggi : merah muda rendah : putih tinggi : putih rendah adalah 3:1:3:1
Selain dengan menggunakan sistem biasa seperti diatas, permasalahan diatas dapat juga diselesaikan dengan menggunakan system Bracket yaitu, sebagai berikut.
Persilangan antara MmTt dengan mmtt
1TT 1MmTT = merah muda tinggi
1Mm 2 Tt 2MmTt = merah muda tinggi
1 tt 1Mmtt = merah muda rendah
1TT 1mmTT = putih tinggi
1mm 2 Tt 2mmTt = putih tinggi
1 tt 1mmtt = putih rendah
Jadi perbandingan genotifnya adalah MmTT : MmTt : Mmtt : mmTT : mmTt : mmtt = 1:2:1:1:2:1
Sedangkan perbandingan fenotifnya adalah : merah muda tinggi : merah muda rendah : putih tinggi : putih rendah adalah 3:1:3:1