Minggu, 31 Juli 2011

SEKILAS TENTANG KEHIDUPAN CHARLES DARWIN

Oleh
Alit Adi Sanjaya


Charles Darwin (12 Februari 1809 – 19 April 1882, usia akhir 73 tahun), adalah seorang naturalis, berkebangsaan Inggris, pencetus “Teori Evolusi” berdasarkan teori “Seleksi Alam” yang dikembangkannya. Darwin menulis ide tentang evolusi di buku berjudul “The Origin of Species” (Asal-usul Spesies”) yang diterbitkan pada tahun 1859.
Buku ini memperkenalkan teori ilmiah bahwa makhluk hidup berevolusi (berubah secara berangsur-angsur) dari generasi ke generasi melalui proses seleksi alam. Dalam teori evolusi dijelaskan juga bahwa manusia memiliki nenek moyang yang sama dengan monyet. Isi buku ini menimbulkan kontroversial karena menentang teori penciptaan menurut kepercayaan agama yang menyatakan bahwa makhluk hidup termasuk manusia diciptakan secara tiba-tiba dalam bentuk yang sempurna dan tidak berubah wujudnya sejak awal penciptaan.
Buku yang ditulisnya merupakan hasil ekspedisi lautnya dengan kapal layar HMS Beagle pada tahun 1830, dan dilanjutkan dengan penyelidikan dan eksperimen setelah tiba kembali dari ekspedisi. Teori ilmiah tentang evolusi juga telah berevolusi dibandingkan dengan teori awal yang ditulis Darwin, namun seleksi alam tetap menjadi teori ilmiah yang paling banyak diterima untuk menjelaskan evolusi dari suatu spesies. Kontroversi teori penciptaan dan teori evolusi terus berlangsung hingga saat ini.
Riwayat Charles Darwin
Lahirnya bersamaan benar dengan Abraham Lincoln, 12 Februari 1809 di Shrewsbury, Inggris, di rumah keluarganya, the Mount House. Ia adalah anak ke 5 dari 6 bersaudara dari pasangan seorang dokter yang kaya, Robert Darwin dan Susannah Wedgwood . Ibunya meninggal dunia ketika Charles masih berusia 8 tahun. Pada tahun 1825, walaupun Darwin sudah sejak dini tertarik biologi, untuk menyenangkan ayahnya, ia mengambil studi kedokteran. Darwin belajar kedokteran di Universitas Edinburgh. Namun ia sangat membenci kebrutalan praktik bedah sehingga ia meninggalkan studinya tetapi baik kedokteran maupun anatomi dianggapnya ilmu yang bikin jemu. Pada 1827, ayahnya yang tidak gembira karena anak tidak berminat untuk menjadi dokter, diam-diam mendaftarkannya dalam sebuah program Bachelor of Arts di Bachelor of Arts di Christ’s College, Universitas Cambridge, untuk menyiapkannya menjadi pendeta. Ini adalah sebuah pilihan yang masuk akal saat itu ketika para pendeta Anglikan memperoleh penghasilan yang lumayan, dan kebanyakan dari kaum naturalis di Inggris saat itu adalah pendeta yang menganggap bagian dari tugas mereka adalah “menjelajahi keajaiban-keajaiban ciptaan Tuhan”. Walau begitu, berburu dan naik kuda di Cambridge jauh lebih digemarinya ketimbang belajar ilmu itu.
Dalam ujian-ujian akhirnya di Universitas Cambridge pada Januari 1831, Darwin berhasil dengan baik dalam teologi, dan karena ia belajar keras dalam studi klasik, matematiaka dan fisika, ia muncul pada peringkat 10 dari 178 mahasiswa yang lulus. Dan walaupun begitu, dia toh masih bisa memikat perhatian salah satu mahagurunya yang mendorongnya supaya ikut dalam pelayaran penyelidikan di atas kapal H.M.S. Beagle sebagai seorang naturalis. Mula-mula ayahnya keberatan dengan penunjukan ini. Pikirnya, perjalanan macam itu hanyalah dalih saja buat Darwin yang enggan dengan pekerjaan serius. Untungnya, belakangan sang ayah bisa dibujuk dan merestui perjalanan itu yang akhirnya ternyata merupakan perjalanan yang paling berharga dalam sejarah ilmu pengetahuan Eropa. Kemudian ia mengikuti ekspedisi penelitian ilmiah selama 5 tahun dengan kapal HMS Eagle yang berangkat dari Inggris pada 27 Desember 1831.
Darwin mulai berangkat berlayar di atas kapal Beagle tahun 1831. Waktu itu umurnya baru dua puluh dua tahun. Dalam masa pelayaran lima tahun, kapal Beagle mengarungi dunia, menyelusuri pantai Amerika Selatan dalam kecepatan yang mengasyikkan, menyelidiki kepulauan Galapagos yang sunyi terpencil, mengambah pulau-pulau di Pacifik, di Samudera Indonesia dan di selatan Samudera Atlantik. Dalam perkelanaan itu, Darwin menyaksikan banyak keajaiban-keajaiban alam, mengunjungi suku-suku primitif, menemukan jumlah besar fosil-fosil, meneliti pelbagai macam tetumbuhan dan jenis binatang. Lebih jauh dari itu, dia membuat banyak catatan tentang apa saja yang lewat di depan matanya. Catatan-catatan ini merupakan bahan dasar bagi hampir seluruh karyanya di kemudian hari. Dari catatan-catatan inilah berasal ide-ide pokoknya, dan kejadian-kejadian serta pengalamannya jadi penunjang teori-teorinya.
Darwin kembali ke negerinya tahun 1836 dan dua puluh tahun sesudah itu dia menerbitkan sebarisan buku-buku yang mengangkatnya menjadi seorang biolog kenamaan di Inggris. Terhitung sejak tahun 1837 Darwin yakin betul bahwa binatang dan tetumbuhan tidaklah bersifat tetap, tetapi mengalami perubahan dalam perjalanan sejarah geologi. Pada saat itu dia belum sadar apa yang menjadi sebab-musabab terjadinya evolusi itu. Di tahun 1838 dia baca esai "Tentang prinsip-prinsip kependudukan" Thomas Malthus. Buku Malthus ini menyuguhkannya fakta-fakta yang mendorongnya lebih yakin adanya seleksi alamiah lewat kompetisi untuk mempertahankan kehidupan. Bahkan sesudah Darwin berhasil merumuskan prinsip-prinsip seleksi alamiahnya, dia tidak tergesa-gesa mencetak dan menerbitkannya. Dia sadar, teorinya akan mengundang tantangan-tantangan. Karena itu, dia memerlukan waktu lama dengan hati-hati menyusun bukti-bukti dan memasang kuda-kuda untuk mempertahankan hipotesanya jika ada serangan.
Garis besar teorinya ditulisnya tahun 1842 dan pada tahun 1844 dia mulai menyusun bukunya yang panjang lebar. Di bulan Juni 1858, tatkala Darwin masih sedang menambah-nambah dan menyempurnakan buku karya besarnya, dia menerima naskah dari Alfred Russel Wallace (seorang naturalis Inggris yang waktu itu berada di Timur) menggariskan teorinya sendiri tentang evolusi. Dalam tiap masalah dasar, teori Wallace bersamaan dengan teori Darwin! Wallace menyusun teorinya secara betul-betul berdiri di atas pikirannya sendiri dan mengirim naskah tulisannya kepada Darwin untuk minta pendapat dan komentar dari ilmuwan kenamaan itu sebelum masuk percetakan. Situasinya menjadi tidak enak karena mudah berkembang jadi pertarungan yang tidak dikehendaki untuk perebutan prioritas. Jalan keluarnya, baik naskah Wallace maupun garis-garis besar teori Darwin secara berbarengan dibahas oleh sebuah badan ilmiah pada bulan berikutnya.
Cukup mencengangkan, pengedepanan masalah ini tidak begitu diacuhkan orang. Buku Darwin The Origin of Species terbit pada tahun berikutnya, menimbulkan kegemparan. Memang kenyataannya mungkin tak pernah ada diterbitkan buku ilmu pengetahuan yang begitu tersebar luas dan begitu jadi bahan perbincangan yang begitu hangat, baik di lingkungan para ilmuwan maupun awam seperti terjadi pada buku On the Origin of Species by Means of Natural Selection, or The Preservation of Favoured Races in the Strugle for Life. Saling adu argumen tetap seru di tahun 1871 tatkala Darwin menerbitkan The Descent of Man, and Selection in Relation to Sex. Buku ini, mengedepankan gagasan bahwa manusia berasal dari makhluk sejenis monyet, makin menambah serunya perdebatan pendapat.
Darwin sendiri tidak ambil bagian dalam perdebatan di muka publik mengenai teori yang dilontarkannya. Bisa jadi lantaran kesehatan karena sehabis perkelanaannya yang begitu parrjang dengan kapal Beagle (besar kemungkinan akibat demam, akibat penyakit Chaga gigitan serangga di Amerika Latin). Dan bisa jadi karena dia merasa cukup punya pendukung gigih semacam Thomas H. Huxley seorang jago debat dan pembela teori Darwin, sebagian terbesar ilmuwan menyetujui dasar-dasar kebenaran teori Darwin tatkala yang bersangkutan niati tahun 1882.
Sebenarnya --jika mau bicara tulen atau tidak tulen-- bukanlah Darwin penemu pertama teori evolusi makhluk. Beberapa orang telah menyuarakannya sebelum dia, termasuk naturalis Perancis Jean Lamarek dan kakek Darwin sendiri, Erasmus Darwin.
Tetapi, hipotesa mereka tidak pernah diterima oleh dunia ilmu pengetahuan karena tak mampu memberi keyakinan bagaimana dan dengan cara apa evolusi terjadi. Sumbangan Darwin terbesar adalah kesanggupannya bukan saja menyuguhkan mekanisme dari seleksi alamiah yang mengakibatkan terjadinya evolusi alamiah, tetapi dia juga sanggup menyuguhkan banyak bukti-bukti untuk menunjang hipotesanya.
Layak dicatat, teori Darwin dirumuskan tanpa sandaran teori genetik apa pun atau bahkan dia tak tahu-menahu mengenai pengetahuan itu. Di masa Darwin, tak seorang pun faham ihwal khusus bagaimana suatu generasi berikutnya. Meskipun Gregor Mendel sedang merampungkan hukum-hukum keturunan pada tahun-tahun berbarengan dengan saat Darwin menulis dan menerbitkan bukunya yang membikin sejarah, hasil karya Mendel yang menunjang teori Darwin begitu sempurnanya, Mendel nyaris sepenuhnya tak diacuhkan orang sampai tahun 1900, saat teori Darwin sudah begitu mapan dan mantap. Jadi, pengertian modern kita perihal evolusi --yang merupakan gabungan antara ilmu genetik keturunan dengan hukum seleksi alamiah-- lebih lengkap ketimbang teori yang disodorkan Darwin.
Pengaruh Darwin terhadap pemikiran manusia dalam sekah. Dalam kaitan dengan ilmu pengetahuan murni, tentu saja, dia sudah melakukan tindak revolusioner semua aspek bidang biologi. Seleksi alamiah betul-betul punya prinsip yang teramat luas serta mendasar, dan pelbagai percobaan sudah dilakukan penerapannya di pelbagai bidang-seperti antropologi, sosiologi, ilmu politik dan ekonomi.
Bahkan barangkali pengaruh Darwin lebih penting terhadap pemikiran agama ketimbang terhadap segi ilmu pengetahuan atau sosiologi. Pada masa Darwin dan bertahun-tahun sesudahnya, banyak penganut setia Nasrani percaya bahwa menerima teori Darwin berarti menurunkan derajat kepercayaan terhadap agama. Kekhawatiran mereka ini barangkali ada dasarnya biarpun jelas banyak sebab faktor lain yang jadi lantaran lunturnya kepercayaan beragama. (Darwin sendiri menjadi seorang sekuler).
Bahkan atas dasar sekuler, teori Darwin mengakibatkan perubahan besar pada cara manusia dalam hal mereka memikirkan ihwal dunia mereka (bangsa manusia itu tampaknya) secara keseluruhan tidak lagi menduduki posisi sentral dalam skema alamiah alam makhluk sebagaimana tadinya mereka akukan. Kini kita harus memandang diri kita sebagai salah satu bagian saja dari sekian banyak makhluk dan kita mengakui adanya kemungkinan bahwa sekali tempo akan tergeser. Akibat dari hasil penyelidikan Darwin, pandangan Heraclitus yang berkata, "Tak ada yang permanen kecuali perubahan" menjadi diterima secara lebih luas. Sukses teori evolusi sebagai penjelasan umum mengenai asal-usul manusia telah lebih mengokohkan kepercayaan terhadap kemampuan ilmu pengetahuan menjawab segala pertanyaan dunia fisik (walaupun tidak semua persoalan manusia dan kemanusiaan). Istilah Darwin, "Yang kuat mengalahkan yang lemah" dan "Pergulatan untuk hidup" telah masuk menjadi bagian kamus kita.
Memang teori Darwin akan terjelaskan juga walau misalnya Darwin tak pernah hidup di dunia. Apalagi diukur dari apa yang sudah dihasilkan Wallace, hal ini amat mengandung kebenaran, lebih dari ihwal siapa pun yang tertera di dalam daftar buku ini. Namun, adalah tulisan-tulisan Darwin yang telah merevolusionerkan biologi dan antropolgi dan dialah yang telah mengubah pandangan kita tentang kedudukan manusia di dunia.
Darwin mengerjakan teorinya itu selama 20 tahun. Dari studinya Darwin menyimpulkan bahwa :
1. Evolusi terjadi di alam.
2. Perubahan evolusioner terjadi secara perlahan-lahan (gradual) dalam tempo ribuan sampai jutaan tahun. Proses yang menyebabkan perubahan ini menghasilkan populasi yang perlahan-lahan bisa beradaptasi dengan lingkungan, dan pada akhirnya, setelah berlangsung secara terus-menerus akan terbentuk keragaman yang baru, dan akhirnya menjadi spesies baru.
3. Mekanisme utama dalam terjadinya evolusi adalah satu proses yang disebut seleksi alam. Individu yang selamat kemungkinan besar akan menurunkan ciri-ciri yang dimilikinya kepada generasi berikutnya.
4. Jutaan spesies yang hidup dewasa ini berasal dari satu bentuk kehidupan asli tunggal melalui proses pencabangan yang dikenal dengan nama spesiasi (speciation).


Bila mendengar kata teori evolusi pastilah orang akan segera teringat dengan Charles Darwin. Sebenarnya Darwin bukanlah pencetus awal dari teori evolusi. Tetapi, karena yang berhasil merumuskan teori ini dengan sangat meyakinkan adalah Darwin, maka ia kemudian disebut sebagai pencetusnya. Kalau dirunut, maka pemikiran mengenai evolusi ini sudah ada semenjak zaman Yunani Kuno. Pemikiran ini antara lain dikemukakan oleh:
·         Anaximander (abad ke-6 S.M.). Ia menyatakan bahwa hewan pertama dengan kulit yang tajam muncul di dalam air dan kemudian merangkak ke daratan. Setelah menanggalkan kulitnya ia lalu hidup di sana.
·         Empedocles (abad ke-5 S.M.). Ia bisa dianggap sebagai pendahulu Darwin. Ia menyatakan bahwa hanya bentuk-bentuk yang paling baik yang dapat bertahan sedangkan bentuk-bentuk yang kurang baik akan musnah.
·         Heraclitus (abad ke-5 S.M.) berpendapat bahwa tiap segala sesuatu itu senantiasa bergerak mengalir dan berubah wujud menjadi bentuk lain. Panta rei, oudei menei. Everything flows and nothing stays.
·         Aristoteles (384-322 S.M.) berpendapat bahwa ada peningkatan dari tumbuhan ke bentuk lain tumbuhan yang lebih tinggi, dari setengah binatang menjadi binatang, dan dari binatang berangsur-angsur menjadi manusia.
Sedangkan kalau pada zaman modern ini, maka yang pertama kali membangkitkan perhatian orang akan terjadinya evolusi pada setiap benda organik maupun inorganik adalah Jean Baptiste Comte de Lamarck (1744-1829), seorang ahli zoologi Perancis yang terkemuka. Darwin sendiri mengakui hal ini. Bermula ketika Lamarck sedang menyusun bukunya Histoire naturelle des animaux sans vertebre (Sejarah Alam Hewan Invertebrata), ia mengamati perbedaan di dalam dunia hewan, yang berangsur-angsur meningkat, yang merupakan suatu progesi. Dan bila pengamatan itu dari manusia menuju hewan yang lebih sederhana, maka nilai alat-alat tubuh yang penting itu menjadi turun. Dan ini disebutnya degradasi. Dia pun bertanya-tanya apa sebabnya itu bisa terjadi.
Lamarck akhirnya berkesimpulan bahwa makhluk-makhluk hidup yang paling sederhana, yang tingkatannya paling rendah, menjadi bahan bagi alam untuk membuat bentuk-bentuk lain, dengan pertolongan waktu yang tak terbatas, untuk menjadi bentuk yang lebih baik.
Bila mendengar kata teori evolusi pastilah orang akan segera teringat dengan Charles Darwin. Sebenarnya Darwin bukanlah pencetus awal dari teori evolusi. Tetapi, karena yang berhasil merumuskan teori ini dengan sangat meyakinkan adalah Darwin, maka ia kemudian disebut sebagai pencetusnya. Kalau dirunut, maka pemikiran mengenai evolusi ini sudah ada semenjak zaman Yunani Kuno. Pemikiran ini antara lain dikemukakan oleh:
·         Anaximander (abad ke-6 S.M.). Ia menyatakan bahwa hewan pertama dengan kulit yang tajam muncul di dalam air dan kemudian merangkak ke daratan. Setelah menanggalkan kulitnya ia lalu hidup di sana.
·         Empedocles (abad ke-5 S.M.). Ia bisa dianggap sebagai pendahulu Darwin. Ia menyatakan bahwa hanya bentuk-bentuk yang paling baik yang dapat bertahan sedangkan bentuk-bentuk yang kurang baik akan musnah.
·         Heraclitus (abad ke-5 S.M.) berpendapat bahwa tiap segala sesuatu itu senantiasa bergerak mengalir dan berubah wujud menjadi bentuk lain. Panta rei, oudei menei. Everything flows and nothing stays.
·         Aristoteles (384-322 S.M.) berpendapat bahwa ada peningkatan dari tumbuhan ke bentuk lain tumbuhan yang lebih tinggi, dari setengah binatang menjadi binatang, dan dari binatang berangsur-angsur menjadi manusia.
Sedangkan kalau pada zaman modern ini, maka yang pertama kali membangkitkan perhatian orang akan terjadinya evolusi pada setiap benda organik maupun inorganik adalah Jean Baptiste Comte de Lamarck (1744-1829), seorang ahli zoologi Perancis yang terkemuka. Darwin sendiri mengakui hal ini. Bermula ketika Lamarck sedang menyusun bukunya Histoire naturelle des animaux sans vertebre (Sejarah Alam Hewan Invertebrata), ia mengamati perbedaan di dalam dunia hewan, yang berangsur-angsur meningkat, yang merupakan suatu progesi. Dan bila pengamatan itu dari manusia menuju hewan yang lebih sederhana, maka nilai alat-alat tubuh yang penting itu menjadi turun. Dan ini disebutnya degradasi. Dia pun bertanya-tanya apa sebabnya itu bisa terjadi.
Lamarck akhirnya berkesimpulan bahwa makhluk-makhluk hidup yang paling sederhana, yang tingkatannya paling rendah, menjadi bahan bagi alam untuk membuat bentuk-bentuk lain, dengan pertolongan waktu yang tak terbatas, untuk menjadi bentuk yang lebih baik
Bila mendengar kata teori evolusi pastilah orang akan segera teringat dengan Charles Darwin. Sebenarnya Darwin bukanlah pencetus awal dari teori evolusi. Tetapi, karena yang berhasil merumuskan teori ini dengan sangat meyakinkan adalah Darwin, maka ia kemudian disebut sebagai pencetusnya. Kalau dirunut, maka pemikiran mengenai evolusi ini sudah ada semenjak zaman Yunani Kuno. Pemikiran ini antara lain dikemukakan oleh:
·         Anaximander (abad ke-6 S.M.). Ia menyatakan bahwa hewan pertama dengan kulit yang tajam muncul di dalam air dan kemudian merangkak ke daratan. Setelah menanggalkan kulitnya ia lalu hidup di sana.
·         Empedocles (abad ke-5 S.M.). Ia bisa dianggap sebagai pendahulu Darwin. Ia menyatakan bahwa hanya bentuk-bentuk yang paling baik yang dapat bertahan sedangkan bentuk-bentuk yang kurang baik akan musnah.
·         Heraclitus (abad ke-5 S.M.) berpendapat bahwa tiap segala sesuatu itu senantiasa bergerak mengalir dan berubah wujud menjadi bentuk lain. Panta rei, oudei menei. Everything flows and nothing stays.
·         Aristoteles (384-322 S.M.) berpendapat bahwa ada peningkatan dari tumbuhan ke bentuk lain tumbuhan yang lebih tinggi, dari setengah binatang menjadi binatang, dan dari binatang berangsur-angsur menjadi manusia.
Sedangkan kalau pada zaman modern ini, maka yang pertama kali membangkitkan perhatian orang akan terjadinya evolusi pada setiap benda organik maupun inorganik adalah Jean Baptiste Comte de Lamarck (1744-1829), seorang ahli zoologi Perancis yang terkemuka. Darwin sendiri mengakui hal ini. Bermula ketika Lamarck sedang menyusun bukunya Histoire naturelle des animaux sans vertebre (Sejarah Alam Hewan Invertebrata), ia mengamati perbedaan di dalam dunia hewan, yang berangsur-angsur meningkat, yang merupakan suatu progesi. Dan bila pengamatan itu dari manusia menuju hewan yang lebih sederhana, maka nilai alat-alat tubuh yang penting itu menjadi turun. Dan ini disebutnya degradasi. Dia pun bertanya-tanya apa sebabnya itu bisa terjadi.
Lamarck akhirnya berkesimpulan bahwa makhluk-makhluk hidup yang paling sederhana, yang tingkatannya paling rendah, menjadi bahan bagi alam untuk membuat bentuk-bentuk lain, dengan pertolongan waktu yang tak terbatas, untuk menjadi bentuk yang lebih baik.

TEORI EVOLUSI ALAM SEMESTA

Oleh
Alit Adi Sanjaya


Semenjak dahulu kala orang-orang sudah berusaha mempelajari keberadaan alam semesta, bagaimana proses evolusinya, melalui pengamatan bintang-bintang. Perlahan, ide-ide baru muncul seiring perkembangan peralatan untuk observasi. Meski sudah mengamatinya dari dulu, kita bisa katakan bahwa pemahaman yang lebih baik tentang evolusi alam semesta baru diperoleh pada awal abad ke-20.
Seorang fisikawan bernama Edwin Hubble telah merintis usaha untuk menghitung jarak beberapa galaksi dengan menggunakan analisis spektrum cahaya yang dipancarkan bintang-bintang dalam galaksi yang sedang diamati. Dia menemukan pola yang unik dari hasil analisisnya. Panjang gelombang dari beberapa bintang yang diamati ternyata tidak konstan, melainkan bergeser menuju panjang gelombang tertentu. Pergeseran panjang gelombang ini disebut sebagai Efek Doppler, meniru fenomena serupa pada gelombang bunyi.
Pengamatan Hubble menunjukkan bahwa spektrum galaksi bergeser ke arah panjang gelombang merah. Menurut efek Doppler, hal ini berarti mereka bergerak menjauhi pengamat. Semakin besar pergeseran merahnya berarti semakin cepat pergerakannya. Pergeseran merah yang semakin besar diperoleh dari pengamatan galaksi-galaksi yang jaraknya jauh. Jika diandaikan sebuah galaksi sebagai sebuah titik di alam semesta dan setiap titik saling menjauhi satu sama lain, maka bisa dikatakan bahwa alam semesta ini mengembang.
Sekarang seandainya galaksi-galaksi saling menjauh, berarti konsekuensi logisnya seharusnya mereka dulu pasti pernah berdekatan. Untuk memperjelas fenomena ini bisa diambil kiasan sebuah roti mentah yang ditaburi kismis di seluruh tubuhnya, jika roti itu sedang mengembang dalam oven, maka setiap kismis di roti itu akan saling menjauh satu sama lain.

Hipotesis Big Bang
Dengan menghitung mundur pergerakan galaksi-galaksi di alam semesta, maka dahulu galaksi-galaksi tersebut tentulah saling berdekatan, bahkan mungkin menyatu. Dengan demikian tentu saja kerapatan massanya sangat besar. Jika pada awalnya alam semesta merupakan massa tunggal dengan kerapatan yang sangat besar, bagaimanakah bentuk awal alam semesta kita ini?
Pada kondisi tersebut, temperatur dan energi alam semesta saat itu tentunya harus sangat tinggi. Hanya suatu ledakan yang maha dahsyat yang memungkinkan terjadinya keadaan awal alam semesta seperti itu. Hipotesis tentang adanya ledakan mahadahsyat inilah yang disebut sebagai hipotesis Big Bang. Hipotesis ini menjelaskan bahwa alam semesta bermula dari sebuah ledakan dahsyat dan galaksi akan menyebar tanpa batas, serta tidak pernah kembali ke pusat awalnya. Semua persediaan unsur diciptakan dalam setengah jam pertama setelah terjadi ledakan. Maka dari itu sebenarnya tidak ada materi baru yang diciptakan.
Bagaimanakah peristiwa yang terjadi di saat-saat awal alam semesta tercipta? Yang menarik, para ilmuwan masih belum bisa merumuskan dengan pasti bagaimanakah keadaan alam semesta kita pada saat awal tersebut. Sesaat setelah “kelahirannya”, untuk pertama kali partikel-partikel elementer akan terbentuk. Sejalan dengan penyusunan partikel-partikel elementer tersebut energi alam semesta mulai menurun. Oleh sebab itu partikel-partikel utama penyusun zat yang lebih besar, yang tersusun atas partikel-partikel elementer, mulai dimungkinkan untuk terbentuk.
Kemudian setelah terbentuknya partikel-partikel penyusun zat seperti hidrogen dan helium, mulai terbentuklah “benih-benih” pertama galaksi. Melalui proses pendinginan alam semesta, yang berarti juga awal hidup galaksi-galaksi yang pertama, lahirlah generasi pertama bintang. Aktivitas bintang-bintang ini mengakibatkan terus lahirnya bintang generasi berikutnya, termasuk kemudian dihasilkan planet-planet dan objek ruang angkasa lainnya.

Masa Depan Alam Semesta
Bagaimanakah masa depan alam semesta, setelah kelahiran dan kehidupannya sekarang? Pertanyaan ini mungkin diajukan oleh kita, seperti juga para ilmuwan yang bertanya-tanya. Para ilmuwan mengajukan tiga model yang sama menariknya tentang masa depan alam semesta kita ini, yaitu:
1.      Bahwa alam semesta akan terus mengembang, semua galaksi akan menggunakan energinya untuk terus bergerak, sampai seluruh energinya berubah menjadi energi diam. Akibatnya, alam semesta menjadi ‘diam’ dan ‘mati’, ataukah akan terjadi seperti model kedua?
2.      Adakah suatu batas tertentu yang menunjukkan pengembangan alam semesta itu akan berhenti dan berbalik menjadi penyusutan gravitasi? Oleh karena seluruh energi yang digunakan untuk bergerak telah berubah menjadi energi potensial gravitasi, maka galaksi-galaksi mulai saling tarik-menarik dan akhirnya runtuh kembali menuju satu titik. Ataukah,
3.      kerapatan alam semesta menjadi sangat kecil, sehingga semua galaksi terus bergerak saling menjauhi menuju tak hingga?
Sampai sekarang belum ada model yang benar-benar tepat untuk menggambarkan masa depan alam semesta. Pertanyaan-pertanyaan kita sekarang tentang suatu hal pada akhirnya memang akan terjawab, tetapi setelah itu akan selalu muncul pertanyaan-pertanyaan baru. Demikianlah yang terjadi jika kita bertanya tentang alam semesta, kita tidak akan pernah puas. Seringkali kita mencapai suatu pertanyaan yang mendasar sekali, yang akhirnya membuat hati kita kagum, heran, takzim, sampai pada suatu perenungan betapa luar biasa Kuasa Tuhan di alam semesta ini.

PANDANGAN UMUM TENTANG EVOLUSI

Oleh
Alit Adi Sanjaya


Evolusi adalah proses perubahan pada seluruh bentuk kehidupan dari satu generasi ke generasi selanjutnya, dan biologi evolusioner mempelajari bagaimana evolusi ini terjadi. Pada setiap generasi, organisme mewarisi sifat-sifat yang dimiliki oleh orang tuanya melalui gen. Perubahan (yang disebut mutasi) pada gen ini akan menghasilkan sifat baru pada keturunan suatu organisme. Pada populasi suatu organisme, beberapa sifat akan menjadi lebih umum, manakala yang lainnya akan menghilang. Sifat-sifat yang membantu keberlangsungan hidup dan reproduksi organisme akan lebih berkemungkinan berakumulasi dalam suatu populasi daripada sifat-sifat yang tidak menguntungkan. Proses ini disebut sebagai seleksi alam. Penghasilkan jumlah keturunan yang lebih banyak daripada jumlah orang tua beserta keterwarisan sifat-sifat ini merupakan fakta tambahan mengenai kehidupan yang mendukung dasar-dasar ilmiah seleksi alam. Gaya dorong seleksi alam dapat terlihat dengan jelas pada populasi yang terisolasi, baik oleh karena perbedaan geografi maupun mekanisme lain yang mencegah pertukaran genetika. Dalam waktu yang cukup lama, populasi yang terisolasi ini akan menjadi spesies baru.
Pemahaman mengenai biologi evolusioner dimulai pada tahun 1859 dengan diterbitkannya buku On the Origin of Species karya Charles Darwin. Selain itu, hasil kerja Gregor Mendel pada tumbuhan juga membantu menjelaskan pola-pola pewarisan genetika. Hal ini kemudian mendorong pemahaman mengenai mekanisme pewarisan. Penemuan lebih lanjut pada mutasi gen serta kemajuan pada genetika populasi menjelaskan mekanisme evolusi secara lebih mendetail. Para ilmuwan sekarang ini memiliki pemahaman yang cukup baik mengenai asal usul spesies baru (spesiasi) dan mereka pula telah memantau proses spesiasi yang terjadi di laboratorium maupun di alam. Pandangan evolusi modern ini merupakan teori utama yang para ilmuwan gunakan untuk memahami kehidupan.

MANFAAT TRANSGENIK PADA TERNAK

Oleh
Alit Adi Sanjaya


1. Meningkatkan produktivitas ternak
Pada beberapa negara komposisi genetik dari ternak domestik dimanipulasi untuk kepentingan manusia. Pada tahun-tahun terakhir, perkembangan teknologi rekombinan DNA menjadi dasar penting untuk mengisolasi single gen, menganalisa dan memodifikasi struktur nukleotida dan mengcopi gen yang telah diisolasi dan mentransfer hasil copian pada genome. Saat ini medically human proteins diproduksi dalam jumlah besar dalam susu domba transgenik. Di bidang peternakan tranfer gen bertujuan untuk meningkatkan produktivitas ternak seperti konversi pakan, rataan pertambahan babet badan, mereduksi kandungan lemak, meningkatkan kualitas daging, susu, wool secara cepat sehingga dapat mengurangi biaya produksi yang harus ditanggung konsumen (Pursel dan Rexroad, 1993). Karakter dari produktivitas ternak dikontrol oleh sejumlah gen yang dapat dipisahkan dari genom. Hasil pemetaan genom dari suatu spesies ternak membantu dalam pemilihan satu atau beberapa gen yang diinginkan dan menguntungkan secara ekonomi.
Beberapa gen yang mempunyai patensi untuk pembentukan ternak transgenik

a. Growth Hormon (GH)
GH banyak dilibatkan dalam pembentukan ternak transgenik. Sejumlah gen GH telah berhasil ditransfer pada temak (Tabel1). Pada babi dan domba ekspresi gen GH yang ditransfer dapat diamati dari peningkatan GH pada plasma darah keturunan yang dihasilkan. Konsentrasi GH bervariasi pada ternak transgenik meskipun mempunyai struktur gen yang sama, tetapi penyisipan gen pada genom bersifat random. Pada umumnya pada babi dan domba, tidak tumbuh lebih besar dibandingkan dengan anak-anak yang dilahirkan oleh satu induk. Beberapa babi menunjukkan pertumbuhan yang lebih cepat, 17% lebih efisien dalam konversi pakan dan hanya mengandung 1/5 lenak karkas. Reduksi lemak diobservasi dari beberapa bagian jaringan intramuskular dibandingkan dengan saudara satu induk yang bukan transgenik. Ternak transgenik tidak menunjukkan adanya pertumbuhan yang lebih besar dari kontrol tetapi kandungan lemaknya lebih rendah. (Nancarrow et. al 1991) Pada domba transgenik hilangnya lemak tubuh dapat mengakibatkan hiperglisemia dan glkosuria (Rexroad et. al., 1991). Peningkatan GH mengakibatkan sejumlah patologis termasuk degeneratif ginjal. Pada babi peningkatan GH mengakibatkan gastric ulcers dan infertilitas ( Ebert et. al., 1991).

b. Growth Hormon Releasing Factor (GRF).
Domba dan babi transgenik telah diproduksi dengan menggunakan sekuens promotor MT dan ALB. Hanya 14% domba dan 29% babi yang dapat mengekspresikan gen MT- human growth hormon releasing factor (hGRF) (Pursel et.al. 1990).Konsentrasi GRF pada plasma babi transgenik sekitar 130 - 380 pg/ml (MT-hGRF) dan 400 - 800 pg/ml (ALB-hGRF). Konsentrasi ini lebih tinggi 10 - 500 kali dari temak kontrol seinduk yang bukan transgenic.

c. Insulin like Growth Factor I (IGF I)
Empat babi dan 7 sapi transgenik diproduksi dengan memasukkan gen IGF I (Hill et al.1992), ternyata hanya hanya satu babi yang dapat mengekspresikan peningkatan level IGF I.

d. Stimulation of muscle development
Sutrave et.al., (1990) melaporkan bahwa tikus mampu mengekpresikan gen ayam cSK! yang secara phenotip menunjukkan adanya hipertropi pada otot dan mereduksi lemak tubuh. Gen yang ditransfer kedalam tikus mengandung promotor Mouse Sarcoma Virus (MSV) LTR yang difusikan untuk mengaktifkan cSKI cDNA. Produk dari gen yang ditransfer adalah protein yang mengandung 448 asam amino yang berada dalam inti-inti otot. Gen cSKI telah dicobakan dotransfer pada genome babi (Pursel et. al., 1992). Hasilnya menunjukkan perbedaan phenotip diantara temak yang diuji antara lain hipertropi otot pada pundak dan paha.
Produksi wool juga menjadi prioritas pada domba. Cystein merupakan asm amino yang mempunyai peran panting dalam produksi wool. Namun penambahan Cystein tidak dapat meningkatkan produksi wool karena degradasi rumen. Dilaporkan Damak (1996) domba transgenik mengekspresikan IGF I dapat meningkatkan beral wool. Gen yang ditransfer mengandung promotor keratin tikus yang terikat pada IGF I cDNA. Su et al., (1998)mengemukakan domba transgenik hasil induksi gen cDNA IGF I yang dikendalikan oleh promotor keratin tikus dapat meningkatkan 17% produksi wool dibanding dengan saudara seinduk yang nontransgenik.

2. Meningkatkan kesehatan ternak
Aplikasi dari teknologi transgenik juga digunakan untuk memperbaiki kesehatan ternak. Beberapa pendekatan dilakukan untuk meningkatkan resistensi ternak terhadap suatu penyakit dan pembentukan antibodi.
Resistensi penyakit bisa terjadi secara alami maupun induksi antibodi. Tikus mengandung gen allel autosom dominan Mx1 yang tahan terhadap virus influenza. Interferon menstimulasi produksi protein Mx yang menjadi promotor ketahanan terhadap infeksi virus. Pada sapi transgenik Immunoglobin A (lgA) terdeteksi dalam serum sekitar 650 μg/ml. Pada domba transgenik IgA dijumpai pada limposit.

3. Bioreaktor untuk produk-produk biomedis
Ternak transgenik memegang peran panting dalam menghasilkan produk-produk untuk pengobatan penyakit. Ribuan orang mengambil keuntungan dari produk-produk biomedik yang dihasilkan. Dari ternak transgenik. Contoh : insulin untuk pengobatan penyakit diabetes dan oksitoksin untuk merangsang kelahiran. Beberapa produk biomedik yang dapat diproduksi dari temak transgenik antara lain:

a. Human alpha 1 anti tripsin (haAT)
Weight et. al., (1991) melaporkan tingginya konsentrasi hαAT pada susu domba transgenik. Konsentrasinya berkisar 1.5 - 37.5 g/l. Domba setelah berproduksi tidak menunjukkan symtomp. Aktivitas dari hαAT yang telah dipurifikasi dari susu domba menghasilkan transgenik sama dengan hαAT pada plasma darah manusia. Bila manusia defisiensi akan hαAT maka akan menderita emphysema. hαAT dapat diekstraksi dari plasma darah manusia, tetapi karena kebutuhan untuk pasien cukup besar (200 g per tahun) menjadi tidak mencukupi dan mahal.

b. Human Lactoferin (hLF)
Krimpenfort et. al. (1991) lelah berhasil memproduksi temak transgenic dengan komposis promotor αSI casein dan sekuens hLF. Meade et al., (1990) mentransfer αSI casein 15 kbp dapat diekspresikan pada jaringan spesifik tikus transgenie. Gen αSI casein dapat juga dideteksi pada jaringan plasenta pada sapi perah dan hanya menghasilkan hlF pada saat laktasi.

c. Human Protein C
Velander eta.al (1992) mengiduksikan cDNA protein C mammae (hPC) kedalam WAP untuk memproduksi babi transgenic. Babi ini menghasilkan susu yang mengandung lebih dari 1 g hPC/liter susu. Aktivitas biologi dari hPC rekombinan ekuivalen dengan protein C dari plasma manusia. Protein C mengandung peran dalam regulasi hemostasis. Bila tubuh defisiensi protein C akan mengalami trombosit (intravaskular blood clots). Protein C berperan dalam mencegah pembekuan darah. Kebutuhan setiap tahun 96 kg dan menjadi proyek di Amerika.

d. Tissue Plasminogen Activator (TPA)
Promotor WAr tikus digunakan untuk mengespresikan beberapa hTPA cDNA pada kambing transgenik. Ebert et al., (1991) mengemukakan bahwa TPA merupakan agen anti pembekuan darah, digunakan untuk pasien yang mengalami serangan jantung. Konsentrasinya sangat rendah dijumpai pada susu dan ekspresi hTPA tidak berpengaruh pada produksi susu dan kesehatan kambing transgenik. Kambing transgenic telah diproduksi dengan promotor 13 casein yang diikutkan dalam WAP dan menghasilkan konsentrasi hTPA yang lebih tinggi. Kambing mengalami agalactic setelah beranak dan ini merupakan hasil ekspresi yang spesifik.

e. Human Haemoglobin
Haemoglobin merupakan protein biomedik yang tidak dapat disintesa oleh kelenjar mammae tetapi dapat diproduksi oleh jaringan lain dari temak transgenic dan berada dalam darah (Swanson et al., 1992 telah memproduksi tiga babi transgenic yang mengandung gen α dan β globin. Hasil menunjukan 15% dari sel darah merah mengandung hHG pada hemoglobin babi. Hemoglobin dapat diekstraksi dari sel-sel darah merah baik dari manusia maupun babi kemudian dipisahkan dengan kromatografi. Hemoglobin murni dapat dimodifikasi secara kimia yaitu dengan cara polimerisasi. Produksi hH dari temak transgenik digunakan ntuk transfusi darah.
Begitu banyak sekali manfaat daripada hasil peternakan yang mana merupakan aplikasi atau implementasi daripada teknologi rekayasa genetika, tapi walaupun begitu kita tidak boleh hanya berpangku tangan dan menerima hasilnya saja, lebih baik kita juga ikut mengawasi perkembangannya.

IMPLEMENTASI REKAYASA GENETIKA PADA MIKROORGANISME

Oleh
Alit Adi Sanjaya


1. Implementasi rekayasa genetika pada mikroorganisme
Air kelapa yang selama ini belum banyak dimanfaatkan oleh masyarakat dan hanya dibuang saja sebetulnya masih memiliki nilai tambah yang cukup besar bila diproses lebih lanjut menjadi makanan atau minuman dikala musim kemarau tiba apalagi pada saat umat islam melaksanakan puasa ramadhan sungguh sangat menyegarkan, dan air kelapa merupakan media yang baik untuk pertumbuhan mikroba, karena mengandung gula , senyawa nitrogen, mineral dan vitamin. Dengan menggunakan mikroba yang cocok seperti Acetobacter xylinum ,  air kelapa dapat difermentasi menjadi “ Nata de Coco “ suatu jenis makanan baru yang belum banyak dikenal oleh masyarakat di Indonesia  tetapi sudah lama populer di Philipina.
Pembuatan “ nata de coco “ sangat mudah dan sederhana , sehingga dapat dibuat dirumah- rumah penduduk sebagai kegiatan home industri dan pendapatan rumah tangga , terutama masyarakat yang berdekatan dengan tempat pengupasan kelapa misalnya : pasar atau daerah penghasil kopra/ kelapa. Dilihat dari susunan kimianya , “Nata de coco” adalah “ bacterial cellulose " . Bahan makanan ini berbentuk padat, putih , tranparan dan mengandung air ± 98 % . Pada pembuatan nata de coco terjadi peristiwa fermentasi. Fermentasi adalah suatu proses pengubahan senyawa yang terkandung didalam substrat oleh mikroba (kulture) misalkan senyawa gula menjadi bentuk lain (misalkan selulosa /Nata de Coco), baik merupakan proses pemecahan maupun proses pembentukan dalam situasi aerob maupun anaerob. Jadi proses fermentasi bisa terjadi proses katabolisme maupun proses anabolisme.
Bibit nata adalah bakteri Acotobacter xylinum yang akan dapat membentuk serat nata jika ditumbuhkan dalam air kelapa yang sudah diperkaya dengan karbon dan nitrogen melalui proses yang terkontrol. Dalam kondisi demikian, bakteri tersebut akan menghasilkan enzim yang dapat menyusun zat gula menjadi ribuan rantai serat. Dari jutaan renik yang tumbuh pada air kelapa tersbeut, akan dihasilkan jutaan lembar benang-benang selulosa yang akhirnya nampak padat berwarna putih hingga transparan, yang disebut sebagai nata. Acetobacter Xylinum dapat tumbuh pada pH 3,5 – 7,5, namun akan tumbuh optimal bila pH nya 4,3, sedangkan suhu ideal bagi pertumbuhan bakteri Acetobacter Xylinum pada suhu 28 – 31 0 C. Bakteri ini sangat memerlukan oksigen. Asam asetat atau asam cuka digunakan untuk menurunkan pH atau meningkatkan keasaman air kelapa. Asam asetat yang baik adalah asam asetat glacial (99,8%). Asam asetat dengan konsentrasi rendah dapat digunakan, namun untuk mencapai tingkat keasaman yang diinginkan yaitu pH 4,5 – 5,5 dibutuhkan dalam jumlah banyak. Selain asan asetat, asam-asam organik dan anorganik lain bisa digunakan. Selain dapat meningkatkan penghasilan para penduduk yang tinggal dekat perkebunan kelapa dengan memanfaatkan air kelapa tua yang sudah tidak diperlukan, kita pun sebenarnya mendapatkan manfaat lainnya yaitu berupa nutrisi yang baru dari air kelapa tersebut karena bentuk makanannya telah berubah.

2. Implementasi rekayasa geneika pada pertanian
Jagung dibudidayakan secara komersial di lebih dari 100 negara dengan produksi sekitar 705 juta metrik ton. Pada tahun 2004 produsen jagung terbesar di dunia berturut-turut adalah Amerika Serikat, Cina, Brasil, Meksiko, Perancis, dan India (Agbios GM Data Base 2007).
Pada umumnya jagung dibudidayakan untuk digunakan sebagai pangan, pakan, bahan baku industri farmasi, makanan ringan, susu jagung, minyak jagung, dan sebagainya. Di negara maju, jagung banyak digunakan untuk pati sebagai bahan pemanis, sirop, dan produk fermentasi, termasuk alkohol. Di Amerika, jagung banyak digunakan untuk bahan baku pakan (Agbios GM Data Base 2007).
Di Indonesia jagung merupakan bahan pangan kedua setelah padi. Selain itu, jagung juga digunakan sebagai bahan baku industri pakan dan industri lainnya. Hal ini mengakibatkan kebutuhan jagung di dalam negeri terus meningkat dari tahun ke tahun. Untuk memenuhi kebutuhan jagung harus dilakukan impor, terutama dari Amerika. Diperkirakan kebutuhan jagung dalam negeri sampai tahun 2010 akan terus meningkat sehubungan dengan bertambahnya jumlah penduduk dan berkembangnya industri pangan dan pakan. Oleh karena itu, produksi jagung dalam negeri perlu ditingkatkan sehingga volume impor dapat
dikurangi dan bahkan ditiadakan. Ketergantungan akan jagung impor berdampak buruk terhadap keberlanjutan penyediaan jagung di dalam negeri mengingat komoditas ini di negara produsen utama telah digunakan untuk berbagai keperluan, termasuk untuk bahan baku bioenergi. Di Amerika Serikat, misalnya, telah dicanangkan penggunaan jagung sebagai sumber bioenergi. Pada saatnya
nanti akan terjadi persaingan penggunaan jagung untuk pangan, pakan, bahan baku industri, dan bioenergi. Apabila kebutuhan jagung nasional masih bergantung pada impor dikhawatirkan akan mematikan industri pangan dan pakan berbasis jagung karena berkurangnya pasokan bahan baku. Hal ini mengancam ketahanan pangan dan keberlanjutan usaha peternakan. Upaya peningkatan produksi jagung dapat dilakukan melalui berbagai cara, antara lain melalui perbaikan genetik tanaman. Perbaikan genetic jagung bertujuan untuk mengatasi kendala pertumbuhan tanaman, terutama cekaman lingkungan biotik dan abiotik.
Perbaikan genetik jagung dapat dilakukan secara konvensional maupun melalui rekayasa genetik (genetic engeenering). Dengan berkembangnya bioteknologi, perbaikan genetik jagung melalui rekayasa genetik akan menjadi andalan dalam pemecahan masalah perjagungan di masa mendatang. Seperti diketahui, pemuliaan secara konvensional mempunyai keterbatasan dalam mendapatkan sifat unggul dari tanaman. Dalam rekayasa genetic jagung, sifat unggul tidak hanya didapatkan dari tanaman jagung itu sendiri, tetapi juga dari spesies lain sehingga dapat dihasilkan tanaman transgenik. Jagung Bt merupakan tanaman transgenik yang mempunyai ketahanan terhadap hama, di mana sifat ketahanan tersebut diperoleh dari bakteri Bacillus thuringiensis (Herman 1997).
Dengan adanya jagung Bt tersebut sehingga kebutuhan akan jagung dapat terpenuhi, tetapi dilain pihak juga dengan adanya jagung transgenic ini juga menimbulkan berbagai permasalahan, salah satunya adalah akibatnya bagi kesehatan manusia. Hal ini dibuktikan dengan diadakannya percobaan dan penelitian oleh ilmuwan Austria. Sebagaimana dilaporkan Xinhuna, Badan Kesehatan dan Keamanan Makanan Austria (AGES), Selasa, menyiarkan temuan hasil penelitian yang dipercayakan oleh Kementerian Kesehatan, Keluarga dan Pemuda Federal Austria (BMGFJ) dan dilaksanakan oleh Veterinary University Vienna.
Penelitian tersebut dipimpin oleh Professor Juergen Zentek dari Veterinary University Vienna, dengan tujuan menemukan apakah konsumsi lama jagung transgenik akan memiliki dampak berbahaya pada tikus. Para ilmuwan tersebut membagi tikus percobaan dalam dua kelompok, satu diberi makan jagung transgenik produksi Amerika "NK603xMON810" dan satu lagi jagung lokal biasa Austria. Setelah 20 pekan, anak kedua kelompok tikus tersebut mulai menunjukkan perbedaan. Tikus yang diberi makan jagung transgenik melahirkan lebih sedikit bayi dengan bobot lebih ringan. Setelah beberapa generasi, organ reproduksi tikus betina, yang makan jagung transgenic terus-menerus, mulai berubah. Namun Professor Jurgern Zentek menyatakan dalam taklimat mengenai temuan hasil penelitian itu bahwa "kami tak dapat menyatakan kondisinya sama pada manusia hanya dengan berpegang pada hasil yang diperoleh dari tikus percobaan". ( dikutip dari http://lifestyle.roll.co.id/others/10-others/48-dj.pdf). Tetapi walaupun begitu, bagaimana pun juga tanaman transgenic sangat memiliki arti penting dalam kehidupan manusia.

3. Implementasi rekayasa genetika pada peternakan
Berbagai metode untuk produksi temak transgenik telah ditemukan dan dikemukakan oleh beberapa peneliti antara lain transfer gen dengan mikroinjeksi pada pronukleus, injeksi pada germinal vesikel, injeksi gen kedalam sitoplama, melalui sperma, melalui virus (sebagai mediator), dengan particke gun (particle bombartmen) dan embryonic stem cells: Diantara metode yang telah dikemukakan diatas ternyata berkembang sesuai dengan kemajuan hasil produksi dan beberapa kelemahan yang dijumpai pada masing-masing metode. Sebagai contoh produksi ternak transgenik dengan metode retroviral sebagai mediator gen yang akan diintegrasikan mulai digantikan dengan metode lain yang tidak mengandung resiko atau efek samping dari virus/bakteri. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa metode mikroinjeksi DNA pada pronukleus yang sering dipakai oleh peneliti (Kart, 1989; Bondioli, et. al., 1991; Hill et. al., 1992 ; Gagne and Sirard, 1995; Kubisch, et. al., 1995; Han, et. Al, 1996; Su, et. al., 1998).
Produksi ternak transgenik diperlukan dibidang peternakan. Sebagai contoh pada ternak sapi : panjangnya interval generasi, jumlah anak yang dihasilkan dan lamanya proses integrasi gen menjadi tidak efissien bila dilakukan secara konvensional. Oleh karena itu kebemasilan produksi sapi trangenik sangat diharapkan karena memungkinkan untuk terjadinya mutasi gen secara tiba-tiba (pada satu generasi) dan lebih terarah pada gen yang diinginkan. Performans yang diharapkan dari sapi transgenik adalah sapi yang mempunyai tingkat kesuburan tinggi, efisien dalam pemanfaatan pakan , kuantitas dan kualitas produksi yang lebih tinggi serta lebih resisten terhadap penyakit.

PTK DAN PENGEMBANGAN PROFESIONALISME MAUPUN KARIR GURU

Profesionalisme sebagai seorang guru bukan saja merupakan tuntutan guru, siswa dan kepala sekolah semata, akan tetapi sudah menjadi tuntutan masyarakat yang terus berkembang. Guru di samping harus memiliki wawasan yang luas di bidang keilmuan, dalam hal ini guru yang literasi sains dan teknoligi, juga memiliki wawasan yang luas dan keterampilan yang memadai di bidang pembelajaran. Wawasan tentang pembelajaran dapat diperoleh dengan selalu mengikuti perkembangan teori-teori belajar, perkembangan model-model belajar inovatif beserta strategi maupun metode pembelajarannya. Keterampilan yang memadai dalam bidang pembelajaran dapat diperoleh melalui kegiatan-kegiatan pelatihan. Untuk mengasah keterampilan ini kepekaan guru sangat diperlukan, khususnya kepekaan dalam menyikapi perubahan-perubahan arah kebijakan dalam praktek-praktek pendidikan yang terus berkembang. Kesediaan dan kesiapan guru merupakan faktor penting dalam melakukan perubahan-perubahan mendasar pada praktek pembelajarannya di kelas. Disadari bahwa melakukan perubahan praktek pembelajaran dari pola lama ke pola yang lebih modern tidaklah mudah. Perlu dukungan dari berbagai pihak terkait, menyangkut penyediaan material, finansial, pengorganisasian, administrasi, suvervisi dan evaluasinya.
            Sebagai langkah awal perlu adanya suatu kerja sama dengan para akademisi di perguruan tinggi. Kerja sama kolaboratif antara peneliti akademis dan guru dapat memberikan dampak positip pada perubahan cara berpikir dan bertindak guru dalam paraktek pembelajarannya. Upaya ini dapat ditempuh melalui kegiatan penelitian tidakan yang berbasis kelas (PTK) yang melibatkan para guru secara lebih luas dalam perencanaan, pelaksanaan (tindakan), pengumpulan data (observasi/evaluasi), analisis data dan merumuskan hasil penelitian (refleksi). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Enright (1981) dan Smulyan (1984) mengatakan bahwa PTK memberikan dukungan dan motivasi pada guru untuk merubah praktek kelasnya dan pendekatan mereka pada masalah profesionalnya. Di samping itu dari hasil analisis beberapa proyek PTK yang dilakukan oleh Noffke dan Zeichner (1987) menemukan bukti sejumlah perkembangan cara berpikir guru, terutama dalam hal : (1) perubahan batasan mengenai keterampilan dan peran profesionalnya, (2) menambah kejelian dalam menangani masalah kelasnya, (3) perubahan dalam cara memikirkan sesuatu, lebih luwes cara berpikirnya, dan (4) bertambah luasnya wawasan guru mengenai perkembangan teori dan praktek mengajar, persekolahan, serta hubungan dengan masyarakat. Melalui PTK guru akan memperoleh pengetahuan baru tentang cara mengidentifikasi dan menganalisis masalah, cara kerja orang lain dalam memecahkan masalah itu, dan cara mengevaluasi hasilnya (Ikshan Waseso, 1994).
            Walaupun tidak disadari, sesunggguhnya selama ini sebagian besar guru telah melakukan upaya-upaya perbaikan dalam praktek mengajarnya melalui tindakan-tindakan nyata secara kontinu dan berjalan. Ini pun dapat dikatakan sudah melalukan “PTK secara mandiri” hanya saja yang menonjol adalah aspek tindakannya sementara aspek penelitiannya masih kurang. Aspek penelitian inilah yang perlu ditingkatkan wawasan dan keterampilannya. Aspek penelitian yang diperlukan adalah bagaimana cara membuat rancangan penelitian, menyusun proposal, menyusun instrumen, mengumpulkan dan menganalisis data, dan menyusun hasil penelitian dalam bentuk laporan penelitian. Sinergi antara tindakan dan penelitian akan dapat menghasilkan suatu penelitian yang bermutu dan bermanfaat bagi guru dan sekolah.
Untuk menghasilkan sebuah penelitian yang bermutu bagi guru diperlukan budaya menulis, di pihak lain tulisan para guru tentang praktek mengajarnya sangat jarang ditemukan. Apabila dibandingkan dengan tulisan para guru tentang materi pelajaran yang biasa disajikan dalam bentuk buku penunjang atau LKS yang sangat memadai baik secara kuantitas dan kualitas, tulisan guru mengenai praktek yang dilakukannya dalam bentuk penelitian sangat tidak proporsional/seimbang. Hal ini harus disadari oleh para guru apabila ingin mengembangkan profesionalismenya di masa yang akan datang. Untuk itu para guru mulai saat ini harus sudah mulai belajar menuliskan segala apa yang telah dilakukan dalam bentuk hasil karya yang bersifat ilmiah. Ide-ide inovatif  tentang praktek mengajar juga harus dirumuskan dalam bentuk tulisan. Budaya menulis akan tumbuh seiring dengan terus dikembangkannya PTK secara berkesinambungan. Menulis harus terus dilatih sehingga para guru menjadi terampil dan punya kompetensi yang memadai di bidang ini. Apalagi dengan diberlakukannya undang-undang guru nantinya akan dilakukan sertifikasi bagi guru melalui uji kompetensi secara menyeluruh, termasuk  kompetensi dalam bidang penelitian atau karya ilmiah yang lain. Sertifikasi akan dilakukan oleh lembaga terkait yang diberi wewenang untuk itu. Tujuannya agar para guru nantinya mempunyai profesionalisme yang memadai dengan standar yang jelas dalam menjalankan frofesinya. 
            Pengembangan karir seorang guru tidak terlepas dari profesionalime guru bersangkutan. Profesionalisme dan karir merupakan dua hal yang saling berkaitan satu sama lain. Pengembangan karir guru di sini bukanlah dimaksudkan guru nantinya menjadi kepala sekolah, pengawas, kepala UPP atau jabatan-jabatan lain yang sejenis. Ibarat seorang prajurit karir dalam militer bukanlah menjadi pejabat/menteri yang menjadi ukuran akan tetapi jenjang kepangkatan reguler misalnya apakah kolonel atau jendral. Demikian pula guru, karir yang dimaksud di sini terkait dengan jenjang funsional dan kepangkatan guru.
Dengan profesionalime yang dimiliki guru diharapkan para guru nantinya dapat berkarir lebih tinggi lagi dari sekarang. Fakta di lapangan menunjukkan bahwa sebagian besar guru karirnya berhenti (mentok) di golongan IVa/Pembina, dan baru dinaikkan satu tingkat menjadi IVb apabila yang bersangkutan pensiun. Sungguh ironis memang, akan tetapi apabila ditinjau lebih jauh dan dikaji secara lebih mendalam hal ini bukan tidak ada sebabnya. Penyebab utama mengapa terjadi hal demikian adalah kurangnya kemampuan guru di bidang menulis karya ilmiah, baik berupa penelitian maupun dalam bentuk artikel yang dimuat dalam majalah ilmiah yang ber-ISSN maupun jurnal terakreditasi. Di samping itu terbukti dari beberapa orang guru yang telah menduduki posisi pangkat IVb ternyata adalah orang-orang yang memiliki kemampuan menulis karya ilmiah/artikel maupun penelitian yang cukup memadai.
            Salah satu upaya mengatasi hal ini adalah melalui penyebar luasan kegiatan PTK, sehingga semua guru tahu dan bisa melaksanakan kegiatan ini. Melalui PTK guru dapat mengembangkan kemampuannya dalam penelitian, hasil penelitian yang disusun dalam bentuk laporan penelitian mempunyai kredit tersendiri. Artikel penelitiannya juga dapat dimuat dalam suatu jurnal ilmiah dengan pengakuan kredit tersendiri pula. Di dunia akademis laporan penelitian memiliki kredit 3 dan artikel penelitian memiliki kredit 10 (jurnal yang ber-ISSN) atau 25 (dalam jurnal terakreditasi). Masalahnya sekarang adalah perlu adanya suatu bentuk kerjasama antar lembaga terkait dengan permasalahan ini. Misalnya sekolah sebagai institusi dan institusi diatasnya seperti dinas pendidikan dapat bekerjasama dengan lembaga penelitian dibawah payung perguruan tinggi melalui nota kesepahaman atau MOU.   Lembaga penelitian yang mempunyai kewenangan di bidang penelitian dapat ditunjuk oleh dinas untuk melakukan evaluasi terhadap usulan penelitian yang diajukan apakah layak untuk di danai. Artikel penelitiannya apakah cukup layak atau tidak diterbitkan dalam suatu jurnal ilmiah.
            Dengan profesionalime guru yang memadai dengan standar profesi yang jelas melalui uji kompetensi dan sertifikasi diharapkan karir guru terus meningkat. Apalagi ke depan guru dapat melanjutkan studinya ke jenjang akademik yang lebih tinggi, seperti S2 bahkan S3. Diprediksi di tahun-tahun mendatang akan ada guru yang bisa mencapai jenjang karir sampai menduduki jabatan guru besar, seperti halnya sekolah-sekolah di luar negeri. Dengan meningkatnya karir guru maka akan berdampak pula pada kesejahteraan guru. Kesejahteraan yang diidam-idamkan guru selama inipun dapat tercapai. Kenapa tidak, dengan gaji dan tunjangan fungsional dan tunjangan profesi ditambah dengan honor pada kegiatan penelitian guru dapat menjalankan profesinya dengan lebih tenang dan lebih mantap. 

Dikutip kembali dari Materi Pokok Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Oleh Drs. I Made Sugiarta, M.Si. (Universitas Pendidikan Ganesha)

PENGELOLAAN AIR SUNGAI

Oleh
Alit Adi Sanjaya


Pengelolaan lingkungan adalah usaha sadar untuk memelihara dan memperbaiki mutu lingkungan (Soemarwoto, 1996). Upaya pengeloaan air sungai merupakan suatu langkah yang terpadu yang dilakukan oleh semua pihak yang terlibat dan bertujuan untuk menjaga agar kualitas air berada pada kualitas standar. Langkah operasional untuk pengelolaan kualitas air yang ada di Sungai unda adalah dengan menanamkan kesadaran kepada penduduk setempat untuk selalu menjaga kebersihan air Sungai unda. Bagi penduduk setempat, hendaknya tidak membuang sampah, air cucian ke dalam badan sungai.
Air (air limbah industri) yang telah digunakan untuk kegiatan industri dan teknologi tidak boleh langsung dibuang ke lingkungan karena dapat menyebabkan pencemaran. Limbah tersebut harus diolah terlebih dahulu agar mempunyai kualitas yang sama dengan kualitas air lingkungan, jadi limbah industri harus mengalami proses daur ulang sehingga dapat dibuang ke lingkungan tanpa menyebabkan pencemaran air (Wardhana, 2001).
Menurut Setiawan (2004), terdapat lima pendekatan dalam pengelolaan lingkungan, yaitu sebagai berikut.
1)      Pendekatan ekologis
Pendekatan ekologis dalam pengelolaan lingkungan dapat didefinisikan sebagai pengalokasian dan pengelolaan lingkungan yang didasarkan atas prinsip-prinsip ekologis terutama hubungan antar berbagai komponen dalam satu sistem lingkungan fisik dan biologis.
Pendekatan ekologis menekankan kaitan yang erat antara berbagai jenis makhluk hidup dan lingkungan fisik mereka, maka strategi pendekatan dalam pengelolaan lingkungan didasarkan atas proses-proses yang terjadi dalam lingkungan alam antara lain: hirarkhis biologis, integritas ekologis, suksesi, serta keseimbangan ekologis.
Pendekatan ekologis mempunyai kekurangan, serta ketidakmampuannya menjelaskan komponen kedua sistem lingkungan, yakni sistem sosial serta proses interaksi antara komponen kedua sistem lingkungan, yakni sistem sosial serta proses interaksi antara komponen manusia dengan lingkungan fisik. Dengan kata lain pendekatan ekologis dianggap kurang mampu untuk memecahkan persoalan-persoalan baru lingkungan, khususnya proses-proses perubahan lingkungan dimana intervensi manusia begitu dominan.
2)      Pendekatan ekonomis
Pendekatan ekonomis dalam pengelolaan lingkungan menekankan pada perhitungan-perhitungan rasional dalam pengalokasian dan pemanfaatan sumber daya dan lingkungan dalam kerangka sistem ekonomi yang terbuka dan kompetitif.
3)      Pendekatan teknologis
Pendekatan teknologis dalam pengelolaan lingkungan yakni untuk mengoptimalkan proses eksploitasi dan pemanfaatan lingkungan serta sumber daya yang ada.
4)      Pendekatan sosio-kultural
Pendekatan sosio kultural menekankan pada pentingnya memahami aspek-aspek sosial dan kultur masyarakat lokal dalam pengelolaan lingkungan. Dengan kata lain pendekatan sosio kultural menekankan bahwa perbedaan sistem sosial dan kultur akan mempengaruhi bentuk-bentuk masyarakat dalam memandang dan memanfaatkan masyarakat serta sumber daya.
5)      Pendekatan sosio-politis
Pendekatan sosio politis dalam pengelolaan lingkungan didasarkan atas pemikiran tentang beragamnya kelompok-kelompok kepentingan dalam pengelolaan lingkungan yang masing-masing mempunyai persepsi dan rencana yang berbeda terhadap lingkungan.

STANDAR BAKU MUTU AIR

Oleh
Alit Adi Sanjaya


Sesuai dengan Undang-Undang No. 23 Tahun 1997 Pasal 1 menyebutkan bahwa baku mutu lingkungan hidup adalah ukuran batas atau kadar makhluk hidup, zat, energi, atau komponen yang harus ada dan/atau unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam suatu sumber daya tertentu sebagai unsur lingkungan hidup. Baku mutu air, yaitu batas atau kadar makhluk hidup, zat, energi, atau komponen lain yang ada atau harus ada dan/atau unsur pencemar yang dapat ditenggang dalam sumber air tertentu, sesuai dengan peruntukannya (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 20 Tahun 1990). Sudarmadji (2002), menjelaskan bahwa baku mutu air adalah persyaratan mutu air yang sudah disiapkan oleh suatu negara atau daerah bersangkutan. Baku mutu air yang berlaku harus dapat dilaksanakan semaksimal mungkin untuk melindungi lingkungan, tetapi juga memberikan toleransi bagi pembangunan industri atau bentuk pembangunan tertentu dan saran pengendalian pencemaran yang ekonomis. Mahbub (1982) dalam Sudarmadji (2002), menyatakan bahwa dalam pengelolaan mutu air bagi sumber air dikenal dua macam baku mutu air yaitu sebagai berikut.
1)      Stream standard, adalah persyaratan mutu air bagi sumber air seperti sungai, danau, air tanah yang disusun dengan mempertimbangkan pemanfaatan sumber air tersebut, kemampuan mengencerkan serta faktor ekonomis.
2)        Effluent standard, adalah persyaratan mutu air limbah yang dialirkan ke sumber air, sawah, tanah, dan lokasi-lokasi lainnya dengan mempertimbangkan pemanfaatan sumber air yang bersangkutan dan faktor ekonomis pengolahan air buangan (untuk daerah industri).
Menurut Peraturan Gubernur Bali Tanggal 1 Februari 2007 No. 8 Tahun 2007, tentang Baku Mutu Lingkungan Hidup terdapat empat kelas air yaitu sebagai berikut.
1)        Kelas satu (I), yaitu air yang dapat digunakan sebagai air minum secara langsung tanpa pengolahan terlebih dahulu.
2)        Kelas dua (II), yaitu air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air minum, dan atau peruntukkan lain yang mensyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.
3)        Kelas tiga (III), yaitu air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertamanan, dan atau peruntukkan lainnya yang mensyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.
4)        Kelas empat (IV), yaitu air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi pertamanan dan atau peruntukkan lainnya yang mensyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.
Keberadaan Sungai Unda dimanfaatkan oleh masyarakat untuk berbagai keperluan hidup mereka. Pada zone hulu, keberadaan Sungai Unda dimanfaatkan oleh masyarakat untuk aktivitas irigasi pertanian serta untuk keperluan MCK. Selain itu, Sungai Unda juga dimanfaatkan sebagai sarana rekreasi air berupa olahraga rafting. Pada zone tengah, Sungai Unda banyak dimanfaatkan sebagai tempat MCK dan tempat pembuangan limbah rumah tangga serta sampah. Sedangkan bagian muara banyak dimanfaatkan sebagai tempat untuk memandikan hewan ternak oleh masyarakat sekitar