Rabu, 20 April 2011

PERKEMBANGAN FETUS PADA TRIMESTER KETIGA

Oleh
Alit Adi Sanjaya


Trisemester ketiga atau yang fase kehamilan terakhir merupakan saat terjadinya pertumbuhan fetus yang cepat hingga mencapai bobot sekitar 3 – 3,5 kg dan panjang 50 cm. aktivitas fetus mungkin berkurang ketika fetus mengisi seluruh ruangan yang tersedia di dalam membran embrio. Ketika fetus tumbuh dan uterus mengembang mengelilinginya maka organ abdomen ibu menjadi tertekan dan terdesak dan menyebabkan urinasi yang sering, hambatan pencernaan, dan pegal pada otot punggung. Kerja beberapa hormon yang saling berkaitan (estrogen dan oksitosin) dan regulator local (prostagladin) menginduksi dan mengatur proses kelahiran. Estrogen mencapai kadar tertinggi dalam darah ibu selama minggu terakhir kelahiran, dan memicu pembentukan reseptor oksitosin pada uterus. Oksitosin yang dihasilkan pada fetus dan pituitary posterior ibu, merangsang kontraksi yang sangat kuat oleh otot polos uterus. Oksitosin juga merangsang plasenta untuk mensekresikan prostaglandin yang meningkatkan kontraksi tersebut. Selanjutnya cekaman fisik dan emosi yang berkaitan dengan kontraksi itu merangsang pelepasan lebih banyak oksitosin dan prostaglandin yang merupakan sistem umpan balik positif yang mendasari tiga tahapan proses kelahiran. (Campbell, et all. 2004). Perkembangan janin dalam trisemester ketiga dapat dijelaskan dalam satuan minggu sebagai berikut.

1. Minggu ke 28
Lemak dalam badan mulai bertambah. Walaupun gerakan janin sudah mulai terbatas karena beratnya yang semakin bertambah, namun matanya sudah mulai bisa berkedip bila melihat cahaya melalui dinding perut ibunya. Kepalanya sudah mengarah ke bawah. Paru-parunya belum sempurna, namun jika saat ini ia terlahir ke dunia, si kecil kemungkinan besar telah dapat bertahan hidup.

2. Minggu ke-29 :
Sensitifitas dari janin semakin jelas, janin sudah bisa mengidentifikasi perubahan suara, cahaya, rasa dan bau. Selain itu otak janin sudah bisa mengendalikan nafas dan mengatur suhu badan dari janin. Postur dari janin sudah semakin sempurna sebagai seorang manusia, berat badannya 1100-1200 gram, dengan tinggi badan 37-39 cm.

3. Minggu ke-30  
Mata janin sudah mulai bergerak dari satu sisi ke sisi yang lain dan dia sudah mulai belajar untuk membuka dan menutup matanya.
Cairan ketuban (amniotic fluid) di rahim bunda semakin berkurang. Kini si kecil pun sudah mulai memproduksi air mata. Berat badan janin 1510 – 1550 gram, dengan tinggi 39 – 40 cm.

4. Minggu ke-31  
Perkembangan fisik janin sudah mulai melambat pada fase ini, hanya berat badan janinlah yang akan bertambah. Selain itu lapisan lemak akan semakin bertambah dibawah jaringan kulitnya. Tulang pada tubuh janin sudah mulai mengeras, berkembang dan mulai memadat dengan zat-zat penting seperti kalsium, zat besi, fosfor. Berbanding terbalik dengan perkembangan fisiknya, pada fase ini perkembangan otaknyalah yang berkembang dengan sangat pesat dengan menghasilkan bermilyar sel. Apabila diperdengarkan musik, janin akan bergerak. Berat badan janin 1550 – 1560 gram dengan tinggi 41-43 cm.

5. Minggu ke-32  
Kulit janin semakin merah, kelopak matanya juga telah terbuka dan sistem pendengaran telah terbentuk dengan sempurna. Kuku dari jari mungil tangan dan kaki si kecil sudah lengkap dan sempurna. Rambutnya pun semakin banyak dan semakin panjang. Janin sudah mulai bisa bermimpi. Berat badan janin sudah mencapai 1700 – 1750 gram, dengan tinggi badan 40 – 42 cm.

6. Minggu ke-33
 Janin telah memiliki bentuk wajah yang menyerupai ayah dan ibunya. Otak janin semakin pesat berkembang. Pada saat ini juga otak janin sudah mulai bisa berkoordinasi antara lain, janin sudah menghisap jempolnya dan sudah bisa menelan. Walaupun tulang-tulang janin sudah semakin mengeras tetapi otot-otot janin belum benar-benar bersatu. Janin sudah bisa mengambil nafas dalam-dalam walaupun nafasnya masih di dalam air. Apabila janinnya laki-laki maka testis janin sudah mulai turun dari perut menuju skrotum. Berat badan janin 1800 – 1900 gram, dengan tinggi badan sekitar 43 – 45 cm.

7. Minggu ke-34
Kedudukan janin berada di pintu rahim. Janin sudah dapat membuka dan menutup mata apabila mengantuk dan tidur, janin juga sudah mulai mengedipkan matanya. Tubuh ibu sedang mengirimkan antibodi melalui darah induknya ke dalam darah janin yang berfungsi sebagai sistem kekebalan tubuhnya dan proses ini akan tetap terus berlangsung bahkan lebih rinci pada saat induknya mulai menyusui. Berat Badan janin 2000 – 2010 gram, dengan tinggi badan sekitar 45 – 46 cm.

8. Minggu ke-35
Pendengaran janin sudah berfungsi secara sempurna. Lemak dari tubuh janin sudah mulai memadat pada bagian kaki dan tangannya, lapisan lemak ini berfungsi untuk memberikan kehangatan pada tubuhnya. Janin sudah semakin membesar dan sudah mulai memenuhi rahim induknya. Apabila janin laki-laki maka di bulan ini testisnya telah sempurna. Berat badan janin 2300 – 2350 gram, dengan tinggi badan sekitar 45 – 47 cm.

9. Minggu ke-36  
Kulit janin sudah semakin halus dan sudah menjadi kulit janin. Lapisan lemak sudah mulai mengisi bagian lengan dan betis dari janin. Ginjal dari janin sudah bekerja dengan baik dan livernya pun telah memproduksi kotoran. Saat ini paru-paru janin sudah bekerja baik bahkan sudah siap bertemu dengan mama dan papa. Berat badan janin 2400 – 2450 gram, dengan tinggi badan 47 – 48 cm.

10. Minggu ke-37
Kepala janin turun ke daerah pelvis. Bentuk janin semakin membulat dan kulitnya menjadi merah jambu. Rambutnya tumbuh dengan lebat dan bertambah 5 cm. Kuku terbentuk dengan sempurna. Janin sudah bisa melihat adanya cahaya diluar rahim. Janin pada saat ini sedang belajar untuk mengenal aktifitas harian, selain itu janin juga sedang belajar untuk melakukan pernafasan walaupun pernafasannya masih dilakukan di dalam air. Berat badan janin di minggu ini 2700 – 2800 gram, dengan tinggi 48 – 49 cm.

11. Minggu ke-38 hingga minggu ke-40  
Proses pembentukan telah berakhir dan janin siap dilahirkan.

PERKEMBANGAN FETUS PADA TRIMESTER KEDUA

Oleh
Alit Adi Sanjaya



Selama trisemester kedua, fetus tumbuh secara cepat dan mencapai panjang sekitar 30 cm serta sangat aktif. Ibu bisa merasakan pergerakan fetus selama awal trisemester kedua dan aktivitas fetus bisa terlihat melalui dinding abdomen pada pertengahan periode ini. Kadar hormon akan stabil ketika HCG (Human Chorionic Gonagotropin) menurun, corpus luteum akan mulai rusak dan plasenta akan mensekresikan progersteronnya sendiri yang mempertahankan kehamilan tersebut. Selama trisemester kedua uterus akan tumbuh cukup besar sehingga kehamilan itu menjadi terlihat jelas. (Campbell, et all. 2004). Pada kehamilan trisemester kedua, ditandai dengan percepatan pertumbuhan dan pematangan fungsi seluruh jaringan dan organ tubuh. Namun waspadai pertambahan berat badan yang berlebih. Perkembangan janin dalam trisemester kedua dapat dijelaskan dalam satuan minggu sebagai berikut.

1. Minggu Ke-13
Panjang janin (dari puncak kepala sampai sakrum) ditaksir sekitar 65 – 78 mm dengan berat kira-kira 20 gram. Rahim dapat teraba kira-kira 10 cm di bawah pusar. Pertumbuhan kepala janin yang saat ini kira-kira setengah panjang janin mengalami perlambatan dibanding bagian tubuh lainnya. Perlambatan ini berlangsung terus, hingga di akhir kehamilan akan tampak proporsional, yakni kira-kira tinggal sepertiga panjang tubuhnya.
Kedua cikal bakal matanya makin hari kian bergeser ke bagian depan wajah meski masih terpisah jauh satu sama lain. Sementara telinga bagian luar terus berkembang dan menyerupai telinga normal. Kulit janin yang masih sangat tipis membuat pembuluh darah terlihat jelas di bawah kulitnya.
Seluruh tubuh janin ditutupi rambut-rambut halus yang disebut lanugo. Kerangka/tulang belulangnya sudah terbentuk di minggu-minggu sebelumnya dan di minggu-minggu selanjutnya akan mengalami osifikasi/menahan kalsium dengan sangat cepat, hingga tulangnya jadi lebih keras.
2. Minggu Ke-14
Panjangnya mencapai kisaran 80-an mm atau 8 cm dengan berat sekitar 25 gram. Telinga janin menempati posisi normal di sisi kiri dan kanan kepala. Demikian pula mata mengarah ke posisi sebenarnya. Leher pun
terus memanjang sementara dagu tak lagi menyatu ke dada. Sedangkan alat-alat kelamin bagian luar juga berkembang lebih nyata, hingga lebih mudah membedakan jenis kelaminnya.

3. Minggu Ke-15
Panjang janin sekitar 10 – 11 cm dengan berat kira-kira 80 gram. Kehamilan makin terlihat. Garis-garis regangan yang disebut striae umumnya muncul di daerah perut, payudara, bokong dan panggul. Janin sudah mampu menggenggam tangannya dan mengisap ibu jari. Kelopak matanya masih tertutup.

4. Minggu Ke-16
Kini panjangnya mencapai sekitar 12 cm dengan berat kira-kira 100 gram. Refleks gerak bisa dirasakan ibu, meski masih amat sederhana yang biasanya terasa sebagai kedutan. Rambut halus di atas bibir atas dan alis mata juga tampak melengkapi lanugo yang memenuhi seluruh tubuhnya. Bahkan, jari kaki dan tangannya dilengkapi dengan sebentuk kuku. Tungkai kaki yang di awal pembentukannya muncul belakangan, kini lebih panjang daripada lengan.
Pada usia ini janin memproduksi alfafetoprotein, yaitu protein yang hanya dijumpai pada darah ibu hamil. Bila kadar protein ini berlebih bisa merupakan pertanda ada masalah serius pada janin, seperti spina bifida, yakni kelainan kongenital yang berkaitan dengan saraf tulang belakang. Sebaliknya, kadar alfafetoprotein yang rendah bersignifikasi dengan Sindrom Down. Sementara jumlah alfafetoprotein ini sendiri dapat diukur dengan pemeriksaan air ketuban/amniosentesis dengan menyuntikkan jarum khusus lewat dinding perut ibu.
Sistem pencernaan janin pun mulai menjalankan fungsinya. Dalam waktu 24 jam janin menelan air ketuban sekitar 450 – 500 ml. Hati yang berfungsi membentuk darah, melakukan metabolisme hemoglobin dan bilirubin, lalu mengubahnya jadi biliverdin yang disalurkan ke usus sebagai bahan sisa metabolisme. Bila terjadi asfiksia (gangguan oksigenasi) akan muncul rangsangan yang membuat gerak peristaltik usus janin meningkat sekaligus terbukanya sfingter ani (‘klep’ anus). Akibatnya, janin mengeluarkan mekoneum yang membuat air ketuban jadi kehijauan.
Di usia ini, janin juga mulai mampu mengenali dan mendengar suara-suara dari luar kantong ketuban. Termasuk detak jantung ibu bahkan suara-suara di luar diri si ibu, seperti suara gaduh atau teriakan maupun sapaan lembut.

5. Minggu Ke-17
Panjang tubuh janin meningkat lebih pesat ketimbang lebarnya, menjadi 13 cm dengan berat sekitar 120 gram, hingga bentuk rahim terlihat oval dan bukan membulat. Akibatnya, rahim terdorong dari rongga panggul mengarah ke rongga perut. Otomatis usus ibu terdorong nyaris mencapai daerah hati, hingga kerap terasa menusuk ulu hati.
Pertumbuhan rahim yang pesat ini pun membuat ligamen-ligamen meregang, terutama bila ada gerakan mendadak. Rasa nyeri atau tak nyaman ini disebut nyeri ligamen rotundum. Oleh karena itu amat disarankan menjaga sikap tubuh dan tak melakukan gerakan-gerakan mendadak atau yang menimbulkan peregangan.
Lemak yang juga sering disebut jaringan adiposa mulai terbentuk di bawah kulit janin yang semula sedemikian tipis pada minggu ini dan minggu-minggu berikutnya. Lemak ini berperan penting untuk menjaga kestabilan suhu dan metabolisme tubuh. Sementara pada beberapa ibu yang pernah hamil, gerakan janin mulai bisa dirasakan di minggu ini. Kendati masih samar dan tak selalu bisa dirasakan setiap saat sepanjang hari. Sedangkan bila kehamilan tersebut merupakan kehamilan pertama, gerakan yang sama umumnya baru mulai bisa dirasakan pada minggu ke-20.

6. Minggu Ke-18
Panjang janin adalah sekitar  14 cm dengan berat sekitar 150 gram. Rahim dapat diraba tepat di bawah pusar, ukurannya kira-kira sebesar buah semangka. Pertumbuhan rahim ke depan akan mengubah keseimbangan tubuh ibu. Sementara peningkatan mobilitas persendian ikut mempengaruhi perubahaan postur tubuh sekaligus menyebabkan keluhan punggung. Keluhan ini makin bertambah bila kenaikan berat badan tak terkendali. Mulai usia ini hubungan interaktif antara ibu dan janinnya kian terjalin erat.

7. Minggu Ke-19
Panjang janin diperkirakan 13 – 15 cm dengan taksiran berat 200 gram. Sistem saraf janin yang terbentuk di minggu ke-4, di minggu ini makin sempurna perkembangannya, yakni dengan diproduksi cairan serebrospinalis yang mestinya bersirkulasi di otak dan saraf tulang belakang tanpa hambatan. Nah, jika lubang yang ada tersumbat atau aliran cairan tersebut terhalang oleh penyebab apa pun, kemungkinan besar terjadi hidrosefalus/penumpukan cairan di otak. Jumlah cairan yang terakumulasi biasanya sekitar 500 – 1500 ml, namun bisa mencapai 5 liter. Penumpukan ini jelas berdampak fatal mengingat betapa banyak jumlah jaringan otak janin yang tertekan oleh cairan tadi.

8. Minggu Ke-20
Panjang janin mencapai kisaran 14 – 16 cm dengan berat sekitar 260 gram. Kulit yang menutupi tubuh janin mulai bisa dibedakan menjadi dua lapisan, yakni lapisan epidermis yang terletak di permukaan dan lapisan dermis yang merupakan lapisan dalam. Epidermis selanjutnya akan membentuk pola-pola tertentu pada ujung jari, telapak tangan maupun telapak kaki. Sedangkan lapisan dermis mengandung pembuluh-pembuluh darah kecil, saraf dan sejumlah besar lemak.
Seiring perkembangannya yang pesat, kebutuhan darah janin pun meningkat tajam. Agar anemia tak mengancam kehamilan, ibu harus mencukupi kebutuhannya akan asupan zat besi, baik lewat konsumsi makanan bergizi.
.
9. Minggu Ke-21
Beratnya sekitar 350 gram dengan panjang kira-kira 18 cm. Pada minggu ini, berbagai sistem organ tubuh mengalami pematangan fungsi dan perkembangan. Pada minggu ini janin sudah mulai membesar.
10. Minggu Ke-22
Dengan berat mencapai taksiran 400 – 500 gram dan panjang sekitar 19 cm, si ibu kian mampu beradaptasi dengan kehamilannya. Ciri khas usia kehamilan ini adalah substansi putih mirip pasta penutup kulit tubuh janin yang disebut vernix caseosa. Fungsinya melindungi kulit janin terhadap cairan ketuban maupun kelak saat berada di jalan lahir. Di usia ini pula kelopak mata mulai menjalankan fungsinya untuk melindungi mata dengan gerakan menutup dan membuka. Jantung janin yang terbentuk di minggu ke-5 pun mengalami ‘modifikasi’ sedemikian rupa dan mulai menjalankan fungsinya memompa darah sebagai persiapannya kelak saat lahir ke dunia.

11. Minggu Ke-23
Tubuh janin tak lagi terlihat karena bertambah montok dengan berat hampir mencapai 550 gram dan panjang sekitar 20 cm. Kendati begitu, kulitnya masih tampak keriput karena kandungan lemak di bawah kulitnya tak sebanyak saat ia dilahirkan kelak. Namun wajah dan tubuhnya secara keseluruhan amat mirip dengan penampilannya sewaktu dilahirkan nanti. Hanya saja rambut lanugo yang menutup  sekujur tubuhnya kadang berwarna lebih gelap di usia kehamilan ini.

12. Minggu Ke-24
Janin makin terlihat berisi dengan berat yang diperkirakan mencapai 600 gram dan panjang sekitar 21 cm. Rahim terletak sekitar 5 cm di atas pusar atau sekitar 24 cm di atas simfisis pubis/tulang kemaluan. Kelopak-kelopak matanya kian sempurna dilengkapi bulu mata. Pendengarannya berfungsi penuh. Terbukti, janin mulai bereaksi dengan menggerakkan tubuhnya secara lembut jika mendengar irama musik yang disukainya. Begitu juga ia akan menunjukkan respon khas saat mendengar suara-suara bising atau teriakan yang tak disukainya.
13. Minggu Ke-25
Berat janin kini mencapai sekitar 700 gram dengan panjang dari puncak kepala sampai bokong kira-kira 22 cm. Sementara jarak dari puncak rahim ke simfisis pubis sekitar 25 cm. Tulang janin semakin mengeras dan janin menjadi janin yang semakin kuat. Saluran darah di paru-paru janin sudah semakin berkembang. Garis disekitar mulut janin sudah mulai membentuk dan fungsi menelan sudah semakin membaik. Indera penciuman janin sudah semakin membaik karena di minggu ini bagian hidung janin (nostrils) sudah mulai berfungsi

14. Minggu Ke-26
Di usia ini berat janin diperkirakan hampir mencapai 850 gram dengan panjang dari bokong dan puncak kepala sekitar 23 cm. Denyut jantung sudah jelas-jelas terdengar, normalnya 120 – 160 denyut per menit. Sementara rasa tak nyaman berupa keluhan nyeri pinggang, kram kaki dan sakit kepala akan lebih sering dirasakan si ibu. Begitu juga keluhan nyeri di bawah tulang rusuk dan perut bagian bawah, terutama saat janin bergerak. Sebab, rahim jadi makin besar yang akan memberi tekanan pada semua organ tubuh. Termasuk usus kecil, kantung kemih dan rektum. Janin sudah bisa mengedipkan matanya selain itu retina matanya telah mulai terbentuk. Aktifitas otaknya yang berkaitan dengan pendengarannya dan pengelihatannya sudah berfungsi. Pada minggu ini tinggi janin sudah mencapai 35 – 38 cm.

15. Minggu Ke-27
Janin kini beratnya melebihi 1000 gram. Panjang totalnya mencapai 34 cm dengan panjang bokong ke puncak kepala sekitar 24 cm. Di minggu ini kelopak mata mulai membuka. Sementara retina yang berada di bagian belakang mata, membentuk lapisan-lapisan yang berfungsi menerima cahaya dan informasi mengenai pencahayaan itu sekaligus meneruskannya ke otak.
Jika terjadi “kesalahan” pembentukan lapisan-lapisan inilah yang kelak memunculkan katarak kongenital/bawaan saat janin dilahirkan. Lensa jadi berkabut atau keputihan. Walaupun dipicu oleh faktor genetik, katarak bawaan ini ditemukan pada anak-anak yang dilahirkan oleh ibu yang terserang rubella pada usia kehamilan di minggu-minggu akhir trimester dua

Kamis, 14 April 2011

ENVIROGENOMIK

Oleh
Alit Adi Sanjaya




Masi ingatkah dengan ledakan nuklir di jepang? Mengapa nuklir dan berbagai polutannya sangat berbahaya bagi kesehatan manusia? Hal ini dapat dijelaskan dengan salah satu ilmu populer baru yang disebut dengan envirogenomik. Envirogenomik atau ekogenomik adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan suatu pengetahuan berbasis biologi molekuler yang mempelajari hubungan atau interaksi antara gen dengan lingkungan. Konteks lingkungan dalam hal ini adalah ekosistem dan habitat yang ditinggali dan menjadi tempat aktivitas manusia.
           Mengapa envirogenomik penting untuk dipelajari? Envirogenomik menjadi sangat penting karena setiap manusia semenjak masa konsepsi atau penggabungan antara sel sperma dan sel telur telah mendapatkan pengaruh lingkungan baik secara langsung maupun tidak langsung. Saat inipun terjadinya degradasi atau penurunan kualitas lingkungan hidup yang ditandai dengan semakin tidak kondusifnya habitat kita. Di dalam populasi angka morbiditas atau tingkat kesakitan akibat pengaruh lingkungan semakin pesat.
           Degradasi kualitas lingkungan dapat diamati antara lain pada kualitas udara, air dan berbagai polutan yang kadarnya semakin hari semakin melonjak di atas ambang batas konsentrasi yang dapat ditolerir oleh mahkluk hidup. Pesatnya industri dan tingginya efek emisi gas rumah kaca seperti karbon monoksida, sulfur oksida dan nitrogen oksida membuat suhu udara semakin meningkat (global warming). Bocornya lapisan ozon akibat limbah aerosiolik seperti Chloro Fluoro Carbon (CFC) mendorong terjadinya peningkatan kualitas radiasi ultraviolet. Maraknya sektor riil dan industri menjadi bertumbuh pesatnya pabrik yang terkadang berkontribusi memberikan cemaran pada lingkungan berupa limbah zat kimia, bahan sintetik, dan limbah biologis. Selain itu budaya manusia yang terbiasa untuk menerapkan hasil lebih utama dibandingkan proses menjadikan manusia acapkali menggunakan zat-zat berbahaya. Banyak makanan diberikan zat pengawet dan zat penambah cita rasa, dalam bidang pertanian penggunaan pestisida marak dan tak lagi dapat dihindari. Cemaran logam berat dan polusi udara juga muncul karena orang banyak sekali menggunakan kendaraan bermotor berbahan bakar fosil/karbon.
          Dari perspektif genom atau DNA pengaruh lingkungan dapat menimbulkan kerusakan asam nukleat yang ditandai dengan terjadinya perubahan urutan basa nukleotida atau bahkan rusaknya struktur dalam cakupan lebih luas. Peristiwa ini disebut mutasi, mutasi dapat terjadi pada satu titik, bertukarnya basa, menyelipnya satu atau beberapa basa pada daerah yang bukan urutannya (insersi) atau bahkan terhapusnya beberapa basa sekaligus. Mutasi berkelanjutan dan gagal direpair oleh mekanisme perbaikan DNA endogen akan berkembang menjadi kondisi patologis seperti munculnya neoplasia atau kanker. Mutasi DNA pada kasus kanker mengakibatkan diproduksinya protein-protein abnormal seperti overekspresi faktor pertumbuhan (growth factor), rusak dan terganggunya siklus sel, dan hilangnya marka pengenal sistem imunitas di permukaan membrannya. Akibatnya sel-sel neoplasia akan tumbuh liar dan tidak terkendali. Perubahan genom yang terjadi memang tidak selalu dikaitkan dengan mutasi, tetapi dapat juga merupakan bagian dari proses adaptasi. Gen manusia dan juga sel eukariotik lainnya memiliki kemampuan untuk beradaptasi dengan kebutuhan dan kondisi lingkungan.
           Perubahan atau kondisi lingkungan apa saja yang dapat mempengaruhi genom? secara sistematis dapat dibedakan berdasarkan karakter dan katagorisasi lingkungannya. Secara umum faktor pengaruh lingkungan terhadap genom dalam pengaruh yang berasal dari aspek kimiawi/biokimia, biologis, fisis (meliputi radiasi elektrogenomik, cahaya, gelombang radio, emisi, radiasi nuklir, suhu, gelombang suara), dan meteorologi dan geofisika (kandungan gas dalam udara atmosferik, cuaca, iklim). Radiasi gelombang elektromagnetik yang berbahaya antara lain adalah sinar ultraviolet, sinar X dan sinar gamma. Sinar-sinar ini memiliki energi yang tinggi. Sinar ultarviolet yang berlebihan dapat menimbulkan radang bahkan kanker kulit. Untunglah ionosfer bumi memiliki lapisan ozon yang mampu menahan sebagian besar sinar ultra-violet dari matahari. Belakangan ditengarai bahwa lapisan ozon yang melindungi kita ini mulai berlubang-lubang akibat aktifitas manusia sendiri di permukaan bumi. Sinar X adalah pancaran energi akibat elektron yang diperlambat secara mendadak oleh atom-atom berat. Proses seperti ini disebut bremsstrablung. Energinya begitu tinggi sehingga daya tembusnya amat besar. Daya tembus ini dimanfaatkan dunia kedokteran untuk membuat citra bagian dalam tubuh manusia, yang sering kita kenal sebagai foto rotgen.
          Radiasi yang berlebihan mempengaruhi proses pembentukan darah, tulang dan juga kerja kelenjar endokrin seperti gondok. Radioisotop yang sudah terlanjur masuk ke dalam tubuh sulit dihilangkan. Hal ini disebabkan tubuh kita hanya dapat memilih zat berdasarkan sifat kimiawinya, bukan sifat inti atomnya. Tubuh dapat membedakan unsur, bukan isotop. Dua unsur yang seringkali ada ketika ledakan nuklir adalah iodim dan cesium. Selain itu terdapat strontium dan karbon radioaktif. Unsur iodium yang dikumpulkan di dalam kelenjar gondok, seluruh iodium yang masuk ke dalam tubuh, termasuk yang radioaktif, akan terakumulasi dalam kelenjar gondok. Jika radiasi iodium radioaktif berlebihan kelenjar gondok dengan sendirinya akan rusak, dampaknya tentu ke fungsi seluruh tubuh.1) Iodium-131 (131I) Tubuh dapat menyerap yodium baik lewat alat pencernaan maupun lewat paru-paru. Isotop ini segera diangkut ke kelenjar gondok dan berada disana berbulan-bulan. 2) Cesium-134 ; Cesium-137 (134Cs ; 137Cs) Isotop-isotop ini masuk tubuh lewat rantai makanan. Mereka akan terakumulasi dalam otot sampai berbulan-bulan lamanya. 3) Strontium-90 (90Sr) Watak isotop ini mirip dengan kalsium bahan pembuat tulang. Ia masuk tubuh menggantikan kalsium untuk berada di permukaan tulang. Radiasi berlebihan yang dipancarkannya menyebabkan kanker tulang, jika sudah menahun dapat merusak sumsum tulang menimbulkan leukemia. 4) Karbon-14 (14C) Ia memasuki tubuh lewat rantai makanan. Untunglah isotop ini cukup mudah keluar kembali sebagai gas karbondioksida.
          Radiasi sinar ultraviolet terutama UVB dengan panjang gelombang 230nm-320nm terutama menyebabkan Kanker Sel Basal (Basal Cell Carcinoma). Yaitu kanker yang terjadi pada wilayah kulit yang tidak mengalami kreatinisasi terutama pada bagian basal di bawah jaringan epidermis kulit. Angka penderita kanker ini meningkat dari tahun ke tahun sebanding dengan jumlah paparan terhadap sinar matahari dan meningkatnya luas lapisan ozone yang berlubang. Panjang gelombang UV dapat memicu mutasi pada tumor supressor gene, yang merupakan tempat tersering yang menjadi imbas akibat kerusakan DNA. Fungsi supressor gene adalah barrier fisiologis dari ekspansi mutasi gen, selain itu menghalangi proliferasi sel yang berlebihan maupun mestatasis sel yang dikendalikan oleh onkogen.Hilangnya supresi gen ini dapat disebabkan oleh mutasi karena kerusakan genom, nondisjunction, konversi gen atau rekombinasi gen. Mutasi oleh sinar UV sering berakibat pada gen p53 yang merupakan salah satu gen tumor supresor.
           Pengaruh lingkungan selain teridentifikasi mampu menjadi penyebab mutasi yang berakhir dengan insiden neoplasia, juga telah diidentifikasi dapat menyebabkan kelainan genetik yang terkait dengan penyakit degeneratif atau kecacatan kongenital. Polimorfisme atau mutasi pada gen Mono Amin Oksidase (MAO) dan reseptornya dapat mengakibatkan munculnya perilaku antisosial dan kemungkinan tercetusnya agresifitas bila orang yang bersangkutan mengalami tekanan dari lingkungan. Maka efek pada genom dapat memicu atau akar dari masalah psikososial.
           Masalah yang kini juga menjadi variabel penting dalam ranah kesehatan adalah terjadinya abnormalitas imunologis atau sistem kekebalan akibat terdistrosi oleh faktor lingkungan. Faktor lingkungan tersebut terkategorisasi sebagai xenobiotik atau imunotoksik xenobiotik. Bahan-bahan dari lingkungan yang dapat berkategorikan sebagai imunotoksik xenobiotik antara lain adalah pestisida, logam berat, zat polutan, dan komposisi udara atmosferik yang tidak lagi berimbang. Akibat dari terdistrosi sestem imunitas tentu munculnya berbagai kondisi kerentanan terhadap infeksi, autoimun, dan hipersensitifitas termasuk alergi. Zat xenobiotik jika berikatan secara kovalen dengan makromolekul sel akan menyebabkan kerusakan DNA, RNA dan protein. Zat xenobiotik yang bersifat karsinogenik jika berikatan dengan DNA akan menyebabkan kanker. Xenobiotik seperti obat sintetik, racun alam dan antibiotik didetoksifikasi oleh satu set xenobiotic-enzim metabolisme. Pada manusia, ini termasuk oksidase sitokrom P450, -UDP glucuronosyltransferases, dan glutathione''S''-transferases. Sistem tindakan enzim dalam tiga tahap untuk pertama mengoksidasi (tahap I) xenobiotic dan kemudian konjugasi kelompok larut air ke molekul (tahap II). Xenobiotic kemudian dapat dipompa keluar dari sel dan dalam organisme multiseluler dapat dimetabolisme lebih lanjut sebelum dikeluarkan (tahap III).
           Masih ingatkah dengan ledakan gunung merapi? Mengapa abu gunung berapi berbahaya bagi kesehatan? Gangguan respirasi dapat terjadi antara lain karena menghirup debu yang terkontaminasi mineral dengan kadar yang melebihi ambang batas antara lain dapat terdiri dari debu karbon, silikat, asbes, kaolin, besi, kapur, dan plumburm. Gangguan respirasi lainnya disebabkan dengan terhirupnya asap yang bersifat toksik karena mengandung zat seperti amoniak, klorin, sulfur dioksida, atau nitrogen dioksida. Xenobiotik biologis seperti jamur, virus, bakteri atau serbuk sari (polen) dapat pula terhirup dan menimbulkan gangguan pada sistem respirasi.
         Salah satu zat yang dapat digunakan sebagai model untuk mempelajari efek cemaran udara pada sistem genomik dan  imunologis adalah silikat. Silikat terkenal sebagai materi yang bersifat fibriogenik, apabila terhirup oleh manusia dan sampai ke jaringan paru-paru maka akan menyebabkan kerusakan jaringan melalui pengacauan aktivitas biolistrik seluler. Hipotesa lainnya adalah silikat akan membentuk asam silikat setelah berinteraksi dengn sitoplasma dan menyebabkan asidosis metabolik yang berakhir dengan terjadinya nekrosis. Silikat juga membebaskan gugus fosfolipid dari membran sel terutama pada makrofag, sehingga terjadi kebocoran sel dan makrofag lisis. Silikat diduga menjadi pencetus terjadinya ekspresi autoantigen yang menjadi penyebab reaksi autoimunitas.
           Zat lain yang berbahaya adalah asbes yang menimbulkan asbestosis, dimana terjadi peningkatan produksi IgA dan diekspresikannya anti nuclear factor (ANF). akibatnya adalah munculnya radang lokal yang diikuti dengan pembentukan jaringan ikat. Pembentukan jaringan ikat atau fibrosis itulah yang menyebabkan menurunnya fungsi paru-paru. Pemaparan merkuri (Hg), timbal (Pb), dan cadmium (Cd) terjadi penurunan kadar IgA, dan juga IgG khusus pada keracunan merkuri. Sebagai antibodi yang memberikan reaksi sekunder pada kejadian infeksi maka berkurangnya IgG menjadikan manusia mengalami keadaan yang disebut imunodefisiensi. Demikian pula kekurangan kadar IgA akan mengakibatkan imunitas lokal di tingkat mukosa. Sedangkat akibat terpapar timbal adalah penurunan kemampuan fungsional dari sel fagosit, leukosit polimorfonuklear, dan produksi lisozim. Beberapa mekanisme kerusakan DNA akibat zat genotoksin lain adalah melalui proses deaminasi, metilisasi, depurinisasi dan alkilasi.
            Lingkungan tempat tinggal manusia dapat menjadi sedemikian menguntungkannya bagi manusia, tetapi dapat menjadi sedemikian merugikannya bagi kehidupan. Menguntungkan atau merugikannya lingkungan tergantung dari kesiapan kita menjaganya. Lingkungan dapat menghasilkan obat bagi yang menjaganya, tetapi dapat menghasilkan racun yang mematikan bagi yang berusaha merusaknya.

Diambil kembali dari artikel Envirogenomik "Kajian Lingkungan dan Genotipe" by. Purnama Bestari

Selasa, 12 April 2011

STRUKTUR ANATOMI JENIS KAYU YANG DIGUNAKAN DALAM PEMBUATAN RUMAH TRADISIONAL BALI

Oleh
Alit Adi Sanjaya


Jenis kayu yang digunakan dalam pembuatan rumah tradisonal Bali ini, apabila dikaji secara atanomi, akan menampilkan karakteristik-karakteristik tertentu yang dimiliki oleh setiap kayu. Kayu jati (Tectona grandis L.) berdasarkan sifatnya termasuk kedalam kayu istimewa. Apabila dikaji berdasarkan struktur anatomi, kayu ini sangat kuat karena kayu ini tersusun atas sel-sel dengan dinding penebalan lignin. Selain itu, memiliki serat yang sangat padat. Kayu ini juga tidak mudah terserang rayap atau hama lainnya karena sel-sel penyusun kayu jati memiliki zat tanin yang berfungsi sebagai bahan pengawet. Selain itu, sel-selnya juga mengandung zat tectonin yang berfungsi sebagai zat racun bagi rayap dan hama lainnya. Kayu jati ini apabila sudah tua akan berwarna coklat muda, apabila telah lama terkena sinar matahari dan terpapar oleh udara, maka warnanya akan berubah menjadi sawo matang.
 Jenis kayu jati ini dipandang kuat karena adanya jaringan penyokong atau jaringan penguat pada batang. Yaitu jaringan sklerenkim yang tumbuh dengan baik. Pembuluh kayu jati tersusun dalam lingkaran (cincin). Beberapa pembuluh kayu mengandung tilosis. Adanya perforasi dan memiliki noktah. Kayu ini memiliki serat yang bersekat dengan dinding ada yang tipis dan ada yang mengalami penebalan. Pada serat biasanya dijumpai adanya sedikit silika.
          Sama halnya dengan kayu jati, kayu cempaka (Michelia champaca L.)  merupakan jenis kayu yang awet. Sebab sel-sel penyusun kayu cempaka ini mengandung zat tanin yang berfungsi  sebagai pencegah terhadap kerusakan, pelapukan dan serangan rayap atau hama lainnya. Arah serat kayu cempaka ini lurus dan agak bergelombang. Disamping itu sel-sel pada kayu cempaka ini juga menghasilkan hasil metabolit berupa minyak atsiri yang merupakan minyak yang mudah menguap. Minyak ini biasanya akan menghsalikan aroma yang khas pada kayu cempaka ini, sehingga kayu ini akan beraroma harum. Struktur jaringan kolenkim dan sklerenkim juga mendukung kayu cempaka ini. Kayu ini sangat kuat. Ditijau dari parenkim aksial, ditemukan adanya kristal dan silika yang merupakan produk sisa dari hasil metabolisme.
Kayu cempaka memiliki pembuluh kayu yang tersebar, berbentuk lonjong. Sel-sel penyusun pembuluh xilemnya mengalami penebalan tipe skalariform, dengan adanya noktah antar pembuluhnya. Parenkim aksial berupa parenkim apotrakeal tersebar atau berkelompok yang berada diantara serat. Kayu cempaka memiliki serat yang tidak bersekat, memiliki dinding sel mulai dari yang tipis sampai yang mengalami penebalan.
Kayu cendana (Santalum album L.) termasuk kedalam jenis kayu kelas istimewa. Sebab selain memiliki struktur kayu yang sangat kuat, juga memiliki aroma kayu yang sangat harum. Adanya aroma yang harum ini disebabkan karena sel-sel penyusunya menghasilkan zat-zat ergastik berupa produk sisa yang tidak bernitrogen, yaitu berupa minyak esensial. Minyak esensial (minyak atsiri) merupakan minyak yang mudah menguap, sehingga menghasilkan aroma yang khas.
Kayu cendana ini termasuk kayu yang kuat karena kayu ini memiliki jaringan sklerenkim yang berkembang sangat baik,dengan dinding selnya mengalami penebalan lignin. Kayu ini berwarna coklat dengan tekstur kayu yang agak halus. Arah serat yang lurus atau bergelombang. Memiliki permukaan licin dan agak mengkilap.  Kayu cendana memiliki pembuluh kayu yang tersebar dengan adanya perforasi dan adanya noktah. Pada parenkim aksial terdapat adanya silika. Serat sebagian bersekat dengan dinding yang tipis sampai yang tebal.
Kayu nangka (Artocarpus integra merr.) umumnya berwarna kuning dengan tekstur yang agak kasar dengan arah serat yang lurus. Permukaan kayu yang licin dan mengkilap. Kayu nangka memiliki pembuluh kayu yang tersebar, dengan beberapa pembuluh kayu berisi tilosis. Papan xilem mengalami perforasi sederhana dengan adanya saluran noktah. Pada parenkim aksial terdapat adanya silika. Serat sebagian bersekat dengan dinding yang tipis.

Kayu wangkal (Abizia procera Roxb.),  kayu juwet (Syzygium cumini Linn.), kayu klampuak (Syzygium zollingeriamun (Miq.) Amsh.) merupakan jenis kayu yang banyak digunakan karena kayu ini memiliki struktur yang sangat kuat. Memiliki trakea dan trakeid dengan penebalan sekunder, memiliki serat yang lurus, serta memiliki aksial parenkim.

Dari semua jenis kayu yang digunakan oleh masyarakat Bali dalam pembuat bangunan, kayu yang digunakan adalah kayu dari pohon kelas dikotil. Hal ini jika dipandang secara anatomi, batang dikotil dapat mengalami pertumbuhan primer maupun pertumbuhan sekunder. Sehingga batang ini memiliki diameter yang besar dan kuat dinding sel penyusunnya mengalami penebalan, baik penebalan primer dengan pektin maupun penebalan sekunder dengan zat lignin. Selain itu pada batang dikotil susunan berkas pengangkutnya teratur dan membentuk lingkaran dengan tipe berkas kolateral terbuka. 

Jenis Kayu dan Filosofisnya yang Digunakan dalam Pembuatan Rumah Tradisional Bali

Oleh
Alit Adi Sanjaya


     Rumah tradisional masyarakat Bali memiliki peranan yang sangat penting di dalam kehidupan. Bagi masyarakat Bali, mendirikan sebuah rumah sangat mementingkan keseimbangan dan keselarasan dengan alam. Dalam pembuatan rumah tradisonal Bali ini, para undagi biasanya akan menggunakan kayu-kayu yang berbeda sesuai dengan tempatnya dalam rumah tersebut. hasil wawancara penulis dengan nara sumber, dapat penulis paparkan bahwa ada beberapa jenis kayu yang penting dalam pembuatan rumah. Adapun jenis kayu tersebut adalah:

1.   Kayu yang digunakan untuk Pura (Parhayangan)
Kayu yang digunakan untuk pelinggih atau Parhayangan adalah kayu yang dianggap ”spesial” bagi masyarakat Bali, karena ada makna terpenting yang terkandung kayu tersebut. kayu yang sering digunakan adalah kayu cempaka (Michelia champaca L.), kayu majegau (Dysoxylum caulostachyum Miq.), dan kayu cendana (Santalum album L.). (Klasifikasi terlampir.)
Kayu cempaka (Michelia champaca L.) banyak digunakan dalam pembuatan pelinggih karena kayu ini memiliki aroma yang wangi. Kemudian bunga dari bunga ini biasanya digunakan untuk keperluan upacara keagamaan. Selain itu, kayu cempaka ini merupakan kayu peragan bhatara Siwa. Biasanya yang diguanakan adalah jenis cempaka kuning, dan kayu yang pohonnya yang sudah usianya lebih dari 10 tahun. Menurut klasifikasi kayu menurut masyarakat Bali, kayu cempaka ini termasuk kayu golongan arya, artinya kayu ini biasanya digunakan dalam membuat ”lambang atau ige-ige”.
Kayu cendana juga sangat disakralkan oleh masyarakat Bali, dimana kayu cendana (Santalum album L.) ini digunakan dalam pembuatan pelinggih karena kayu ini menghasilkan aroma yang sangat wangi, sehinngga kayu ini bagus untuk digunakan di tempat-tempat suci. Selain digunakan dalam pembuatan pelinggih, kayu cendana ini juga dapat digunakan dalam pembuatan pratima, dimana kayu ini merupakan peragan dari bhatara Paramasiwa. Dalam klasifikasi kayu menurut orang Bali, kayu cendana ini termasuk golongan kayu prabu, artinya kayu ini biasanya digunakan untuk membuat langit-langit dalam suatu pelinggih.
Jenis kayu yang tidak kalah penting yang diguankan dalam pembuatan pelinggih adalah kayu majegau (Dysoxylum caulostachyum Miq.). Dimana kayu ini banyak digunakan karena kayu ini memiliki aroma yang sangat wangi. Kayu ini digolongkan kedalam jenis kayu Demung. Dimana kayu ini biasanya digunakan untuk membuat sesaka. Kayu majegau ini dalam pembuatan pretima, merupakan peragan dari Sadasiwa.

2.   Kayu yang digunakan untuk perumahan (Bale pesarean)
Kedudukan bale pesarean dalam sistem perumahan di Bali lebih rendah dibandingkan dengan kedudukan parhayangan atau pelinggih. Sehingga jenis kayu yang digunakan pun berbeda. Adapun jenis-jenis kayu yang dapat digunakan dalam pembuatan bale pesarean adalah jenis kayu jati (Tectona grandis L.), kayu nangka (Artocarpus integra merr.), sentul, dan lainnya. (Klasifikasi terlampir.)
Kayu jati (Tectona grandis L.) digunakan karena memiliki struktur kayu yang sangat kuat, sehingga kokoh untuk menopang bangunan. Selain itu, kayu jati ini juga terkenal sebagai kayu yang awet, dan tahan terhadap serangan rayap. Kayu jati ini termasuk golongan kayu patih, artinya kayu ini biasanya digunakan dalam pembuatan saka.
Sama halnya dengan kayu jati, kayu nangka (Artocarpus integra merr.) juga banyak digunakan dalam pembuatan bale pesarean, mengingat kayu nangka ini memiliki struktur yang sangat kuat dan tidak terlalu berat seperti kayu jati, sehingga biasanya digunakan dalam membuat langit-langit (kayu prabu). Sama halnya dengan kayu jati dan kayu nangka, kayu sentul juga banyak digunakan dalam pembuatan bale pesarean, mengingat kayu ini memiliki struktur yang kuat dan tahan terhadap serangan rayap. Kayu sentul ini digolongkan kedalam golongan kayu pangalasan.

3.   Kayu yang digunakan untuk dapur (Paon)
Dapur (paon) yang merupakan bagian dari suatu perumahan memiliki tempat tersendiri dan juga dalam pembuatannya menggunakan kayu yang berbeda dengan kayu yang digunakan dalam membuat pelinggih maupun bale pesarean. Jenis kayu yang biasanya digunakan adalah jenis kayu wangkal (Abizia procera Roxb.), kayu juwet (Syzygium cumini Linn.), kayu klampuak (Syzygium zollingeriamun (Miq.) Amsh.). (Klasifikasi terlampir.)
Kayu ini dapat digunakan karena kayu ini memiliki struktr kayu yang sangat kuat dan tahan lama. Kayu wangkal digolongkan kedalam kayu prabu, dan digunakan dalam membuat langit-langit atau atap. Kayu klampuak termasuk golongan jenis kayu patih dimana digunakan dalam membuat saka atau tiang penyangga. Dan kayu juwet termasuk kedalam golongan kayu mantri,, dan digunakan dalam membuat lambang atau ige-ige.

Dari semua paparan mengenai jenis kayu yang digunakan dala pembuatan perumahan tradisional Bali, pada umumnya masyarakat Bali memilih kayu berdasarkan wangi dari kayu, kekokohan kayu tersebut, serta faktor agama yang sangat memiliki peranan penting.  

DASAR DAN METODE PEMILIHAN KAYU

Oleh 
Alit Adi Sanjaya


Kayu dapat diartikan sebagai bagian keras dari suatu tanaman yang digolongkan kepada pohon dan semak belukar (Wikipedia; 2008). Kayu biasanya dapat digunakan dalam berbagai keperluan manusia seperti memasak, membuat perabot, dan yang terpenting dalam pembuatan bahan bangunan. Selain itu, kayu juga banyak dimanfaatkan sebagai bahan untuk membuat kerajian  tanagn dan hiasan-hiasan rumah lainnya. Dalam mengenal dan memnetukan jenis kayu, biasanya dilakukan dengan hanya memperhatikan sifat-sifat kasar yang mudah dilihat. Pada dasarnya terdapat 2 (dua) sifat utama kayu yang dapat dipergunakan untuk mengenal kayu, yaitu sifat fisik (disebut juga sifat kasar atau sifat makroskopis) dan sifat struktur (disebut juga sifat mikroskopis).  Secara obyektif, sifat struktur atau mikroskopis lebih dapat diandalkan dari pada sifat fisik atau makroskopis dalam mengenal atau menentukan suatu jenis kayu.  Namun untuk mendapatkan hasil yang lebih dapat dipercaya, akan lebih baik bila kedua sifat ini dapat dipergunakan secara bersama-sama, karena sifat fisik akan mendukung sifat struktur dalam menentukan jenis.
            Sifat fisik/kasar atau makroskopis adalah sifat yang dapat diketahui secara jelas melalui panca indera, baik dengan penglihatan,  pen-ciuman,  perabaan dan sebagainya tanpa menggunakan alat bantu.   Sifat-sifat kayu yang termasuk dalam sifat kasar antara lain adalah :
a.       warna, umumnya yang digunakan adalah warna kayu teras,
b.      tekstur, yaitu penampilan sifat struktur pada bidang lintang,
c.       arah serat, yaitu arah umum dari sel-sel pembentuk kayu,
d.      gambar, baik yang terlihat pada bidang radial maupun tangensial
e.       berat, umumnya dengan menggunakan berat jenis
f.       kesan raba, yaitu kesan yang diperoleh saat meraba kayu,
g.      lingkaran tumbuh,
h.      bau, dan sebagainya.
Sifat struktur/mikroskopis adalah sifat yang dapat kita ketahui dengan mempergunakan alat bantu, misalnya  kaca pembesar (loupe) atau menggunakan mikroskop. Sifat struktur yang biasanya diamati adalah :
a.       Pori (vessel)
adalah sel yang berbentuk pembuluh dengan arah longitudinal.  Dengan mempergunakan loupe, pada bidang lintang, pori terlihat sebagai lubang-lubang beraturan maupun tidak, ukuran kecil maupun besar.  Pori dapat dibedakan berdasarkan penyebaran, susunan, isi, ukuran, jumlah dan bidang perforasi).
b.      Parenkim (Parenchyma)
 adalah sel yang berdinding tipis dengan bentuk batu bata dengan arah longitudinal.  Dengan mempergunakan loupe, pada bidang lintang,  parenkim (jaringan parenkim) terlihat mempunyai warna yang lebih cerah dibanding dengan warna sel sekelilingnya.  Parenkim dapat dibedakan berdasarkan atas hubungannya dengan pori, yaitu parenkim paratrakeal (berhubungan dengan pori) dan apotrakeral (tidak berhubungan dengan pori).
c.       Jari-jari (Rays)
 adalah parenkim dengan arah horizontal.  Dengan mempergunakan loupe, pada bidang lintang, jari-jari terlihat seperti garis-garis yang sejajar dengan warna yang lebih cerah dibanding warna sekelilingnya.  Jari-jari dapat dibedakan berdasarkan ukuran lebarnya dan keseragaman ukurannya.
d.      Saluran interseluler 
adalah saluran yang berada di antara sel-sel kayu yang berfungsi sebagai saluran khusus. Saluran interseluler ini tidak selalu ada pada setiap jenis kayu, tetapi hanya terdapat pada jenis-jenis tertentu, misalnya beberapa jenis kayu dalam famili Dipterocarpaceae, antara lain meranti (Shorea spp), kapur (Dryobalanops spp), keruing (Dipterocarpus spp), mersawa (Anisoptera spp), dan sebagainya. Berdasarkan arahnya, saluran interseluler dibedakan atas saluran interseluler aksial (arah longitudinal) dan saluran interseluler radial (arah sejajar jari-jari). Pada bidang lintang, dengan mempergunakan loupe, pada umumnya saluran interseluler aksial terlihat sebagai lubang-lubang yang terletak diantara sel-sel kayu dengan ukuran yang jauh lebih kecil.
e.       Saluran getah
 adalah saluran yang berada dalam batang kayu, dan bentuknya seperti lensa. Saluran getah ini tidak selalu dijumpai pada setiap jenis kayu, tapi hanya terdapat pada kayu-kayu tertentu, misalnya jelutung (Dyera spp.

JARINGAN EPITHELIUM

Oleh
Alit Adi Sanjaya


Tubuh hewan terdiri atas jaringan-jaringan atau sekelompok sel yang mempunyai struktur dan fungsi yang sama. Jaringan dengan struktur yang khusus memungkinkan mereka mempunyai fungsi yang spesifik. Ilmu yang mempelajari jaringan disebut histologi. Jaringan di dalam tubuh hewan mempunyai sifat yang khusus dalam melakukan fungsinya, seperti peka dan pengendali (jaringan saraf), gerakan (jaringan otot), penunjang dan pengisi tubuh (jaringan ikat), absorpsi dan sekresi (jaringan epitel), bersifat cair (darah) dan lainnya. Masing-masing jaringan dasar di bedakan lagi menjadi beberapa tipe khusus sesuai dengan fungsinya.
            Jaringan epitel terdiri atas satu atau banyak lapis sel, yang menutupi permukaan dalam dan luar suatu organ. Secara embriologi, jaringan ini berasal dari lapisan ektoderm, mesoderm dan endoderm. Pada bagian tubuh luar, epitel ini membentuk lapisan pelindung. Sedangkan pada bagian dalam tubuh, jaringan epitel terdapat di sepanjang sisi organ. Jaringan epitel dapat dibedakan berdasarkan bentuk dan jumlah lapisan sel penyusunnya, yaitu:
  1. Epitelium satu lapis (simple epithelium). Epitel ini terdiri atas sel-sel berbentuk  pipih (squamous), kubus (cuboidal), dan silindris (columnar). Epithelium pipih selapis ditemukan antara lain pada lapisan endotel pembuluh darah. Epitel berbentuk kubus banyak ditenukan pada kelenjar tiroid. Epitel berbentuk silindris banyak ditemukan pada lambung dan usus.
  2. Epitelium berlapis banyak (sratified epithelium). Jenis epitel ini di bentuk oleh beberapa lapis sel yang berbentuk pipih, kuboid atau silindris. Epithelium ini banyak ditemukan pada kulit, kelenjar keringat, dan uretra. Beberapa lapisan pada epithelium ini dapat berubah menjadi sel-sel yang memanjang yang disebut epithelium transisional. Epitel transisional ini dapat ditemukan pada kandung kemih (vesica urinaria). Disamping itu, terdapat epithelium berlapis banyak semu (pseudostratified epithelium) yang ditemukan pada trakea.
Secara umum fungsi utama dari jaringan epithelium adalah sebagai pelindung (protectif), penyerap (absorptif), menghasilkan sekresi (sekretoris), menerima rangsang (sensoris) dan berkontraksi (kontraktil).

MASALAH INFEKSI MASA KINI

Oleh
Alit Adi Sanjaya


Infeksi merupakan masalah yang besar dalam dunia kedokteran dan telah menghabiskan dana yang sangat besar serta menyedot perhatian dokter dan paramedis. Infeksi ataupun penyakit akibat infeksi telah menyebabkan kematian sebesar 13 juta orang di seluruh dunia setiap tahun, terutama di negara-negara berkembang seperti Indonesia (International Atomic Energy Agency, 2000).  Empat puluh tiga persen kematian di negara-negara tersebut disebabkan oleh penyakit infeksi, sedangkan di negara-negara maju hanya sebesar 1% karena penyebab utama kematian adalah kanker (Machi, 2002). Organisme patogen diyakini sebagai penyebab terhadap ratusan dari ribuan infeksi serius di Amerika Serikat setiap tahunnya dengan laju kematian akibat infeksi patogen berkisar antara 50-70% (Walker, 1989). Kematian yang besar tersebut sebenarnya dapat dicegah jika diagnosa yang tepat dan cepat dapat ditegakkan dan penanganan yang efektif dapat dilakukan (International Atomic Energy Agency, 2000).
Manusia dan hewan mempunyai banyak flora normal yang biasanya tidak menimbulkan penyakit, tetapi mencapai suatu keseimbangan yang menjamin kelangsungan hidup, pertumbuhan dan perkembangbiakan bakteri inang. Beberapa bakteri yang merupakan penyebab penting penyakit dibiak secara umum dengan flora normal (misalnya Streptococcus pneumonia, Staphylococcus aureus). Kadang-kadang terdapat bakteri yang jelas bersifat patogen (misalnya Salmonella typhi), tetapi infeksi tetap laten atau subklinis dan inang menjadi “pembawa” bakteri. (Jawet, et al. 1996).
Sejak awal perkembangannya pada dua warsa lalu bioteknologi semakin banyak mendapat perhatian dan berperan pada sektor-sektor penting dalam kehidupan kita. Tidak ketinggalan teknologi ini telah merambah ke berbagai aspek di bidang kesehatan termasuk diagnosis, pencegahan, dan pengobatan berbagai penyakit. Teknik-teknik diagnosis molekuler serta deteksi dini penyakit infeksi dan penyakit-penyakit genetis telah dikembangkan (Nuswantara, 2002).
Penelitian untuk mendapatkan obat-obatan, hormon, dan vaksin generasi baru terus berjalan. Berbagai jenis obat dan vaksin rekombinan yang dibuat dengan teknik rekayasa genetika telah dikembangkakn dan diproduksi secara besar-besaran dengan keunggulan-keunggulan yang tidak didapatkan pada produk sebelumnya. Deteksi dengan sistem dip-stick untuk penyakit-penyakit infeksi dan berbagai fungsi faal tentang manusia yang hasilnya dapat diketahui secara instan dan memasuki pasaran bebas. Berbagai obat anti inflamasi seperti rheumatoid, arthritis, terapi gen untuk kanker serta bermacam-macam vaksin kini telah menunggu ijin percobaan klinis (Nuswantara, 2002).
Mikrobiologi diagnostik mencakup perincian beribu-ribu penyebab yang menimbulkan dan yang berkaitan dengan penyakit menular. Teknik yang digunakan untuk mencirikan penyebab itu sangat bergantung pada sindroma klinik dan tipe penyebab yang dicurigai, apakah vitus, bakteri, jamur atau parasit lainnya. Karena tidak satupun uji tunggal yang memungkinkan isolasi atau pencirian semua patogen potensial. Sebelum hasil laboratorium diperoleh dokter harus membuat diagnosis sementara (Jawet, et al. 1996).
Keberhasilan kesehatan modern di antaranya ditentukan oleh kemampuan untuk mendeteksi virus, bakteri, jamur, parasit, protein dan molekul kecil tertentu di dalam tubuh manusia. misalnya pencegahan, pengendalian dan pengobatan penyakit infeksi umumnya dipengaruhi oleh identifikasi awal dan tepat dari organisme penyebab penyakit. Banyak prosedur deteksi memerlukan pembiakan pada kultur dan dilanjutkan dengan analisis sifat fisiologis yang mengarah pada identifikasi. Walaupun uji seperti itu efektif dan cukup spesifik, biasanya memerlukan waktu yang lama. Sedangkan jika organisme patogen itu tidak dapat tumbuh maka kemungkinan untuk mendeteksi organisme tersebut menjadi sangat sulit (Sudjadi, 2008).
Banyak mikroorganisme tumbuh dengan lambat, dan berhari-hari atau sampai berminggu-minggu lamanya sebelum diisolasi dan diidentifikasi. Ketika memperoleh hasil laboratorium, dokter akan mengevaluasi diagnosis yang dihasilkan dalam hasil laboratorium. Dalam mempelajari tentang diagnostik sangat berkaitan dengan diagnosis etiologi dari infeksi. Prosedur laboratorium yang digunakan dalam diagnosis penyakit infeksi pada manusia adalah sebagai berikut (Jawet, et al. 1996).
a.  Identifikasi morfologik penyebab dalam bahan pewarnaan atau sayatan jaringan (mikroskop cahaya dan elektron).
b.  Isolasi biakan dan identifikasi penyebab.
c.   Deteksi antigen penyebab melalui uji coba imunologik (aglutinasi lateks, EIA, dll.) atau pewarnaan antibodi berlabel-fluoresein (atau berlabel-peroksidase).
d.  Hibridisasi DNA-DNA atau RNA-RNA untuk mendeteksi gen spesifik patogen pada bahan yang berasal dari pasien.
e.  Diperlihatkannya antibodi atau respon imun berperantara sel yang bermakna terhadap suatu penyebab infeksi.
Dalam bidang penyakit infeksi, hasil uji laboratorium sebagian besar bergantung pada kualitas bahan, waktu dan cara pengumpulannya serta kecakapan dan pengalaman teknik petugas laboratorium. Walaupun dokter harus kompeten dalam melakukan beberapa uji sederhana, rincian prosedur uji mikrobiologik yang menentukan – membuat dan memulas suatu apusan, memeriksa secara mikroskopik, dan penamaan pada lempeng biakan biasanya diserahkan kepada staf bakteriologi atau virulogi. 

Peran Mikrobiologi Klinik Pada Penanganan Penyakit Infeksi

Oleh
Alit Adi Sanjaya



Mikrobiologi Kedokteran sangat berperan dalam penanganan penyakit infeksi terutama untuk mengetahui penyebab infeksinya sehingga mudah diketahui berbagai cara penanggulangannya baik yang terjadi di komunitas maupun di rumah sakit. Mikrobiologi kedokteran dalam pelayanan medis di klinik, selanjutnya disebut Mikrobiologi Klinik, berperan pada semua tahap proses medis, mulai tahap pengkajian, tahap analisis dan penegakan diagnosis klinik, penyusunan rancangan intervensi medis, implementasi rancangan intervensi medis, sampai dengan tahap evaluasi, dan penetapan tindak lanjut. Mikrobiologi Klinik adalah suatu cabang Ilmu Kedokteran Medik yang memanfaatkan kompentensi di bidang Kedokteran Umum dan mikrobiologi kedokteran untuk bersama-sama klinisi terkait melaksanakan tindakan surveilans, pencegahan dan pengobatan penyakit infeksi serta secara aktif melaksanakan tindakan pengendalian infeksi di lingkungan rumah sakit, fasilitas pelayananan kesehatan lain maupun masyarakat.
Sesuai dengan namanya, mikrobiologi klinik merupakan salah satu cabang ilmu kedokteran yang berfungsi menjembatani laboratory science, khususnya mikrobiologi medik, dengan clinical sciences, khususnya yang berkaitan dengan manajemen infeksi.
Pemeriksaan Mikrobiologi Klinik berperan dalam seluruh tahapan asuhan/pelayanan medis yang berhubungan dengan tatalaksana perawatan/ pengobatan penderita penyakit infeksi yang meliputi :
·  Tahap Penapisan :
ü Langsung : Leptospirosis, Lues,. dsb.
ü Pengecatan: Dipteri, Tuberkulosis, Leptospirosis, Gas gangren, Gonorrhoe, Tetanus, Sifilis, Mikosis, dsb.
·  Tahap Diagnostik :
ü Kultur dan Tes Resistensi
ü Tes Imuno-Serologi : Demam Tifoid, Sifilis, Demam Berdarah Dengue, AIDS, TORCH, SARS, Avian Flu dsb.
ü Tes Mikrobiologi Molekuler: TBC, Avian Flu, SARS
·     Pengelolaan penderita (monitoring)/tindak lanjut. (hasil terapi antibiotik)
·     Pemeriksaan lanjutan Kultur dan Tes Resistensi
·     Screening donor darah. Tes Serologi : Sifilis, AIDS, Malaria, Demam, Tifoid.,  dan Hepatitis B.

2.3.1 Pencegahan/Pengendalian Infeksi Nosokomial
a.     Pemeriksaan sterilitas kamar operasi dan kamar isolasi
b.     Pemeriksaan sterilitas ICU/PICU/NICU dan ruang perawatan penderita resiko tinggi lainnya (Perawatan Bayi Resiko Tinggi, HND, dll.)
c.      Pemeriksaan potensi desinfektan/antiseptik.
d.     Pemeriksaan air dan limbah Rumah Sakit.
e.     Pemeriksaan makanan/minuman.
f.      Tindakan sterilisasi kamar operasi/ruangan perawatan/ peralatan yang kotor/septik, dan ruangan isolasi.
g.     Deteksi mikroba rumah sakit pada petugas/ruangan peralatan yang dicurigai sebagai mata rantai sumber infeksi nosokomial yang bersifat sporadik/endemik/epidemik. (ESPO/ Epidemiology Surveillance by Priority Obyectives)
h.     Tes hasil sterilisasi (sampling) peralatan/instrumen dari instalasi sterilisasi (CSSD/Central Supply Sterility Department)
i.       Pembuatan laporan populasi/pola kepekaan bakteri terhadap antibiotik yang dipakai secara periodik sebagai educated-guess di rumah sakit terutama pada ruang perawatan penderita dengan resiko tinggi (ICU, dll.) dan dievaluasi tiap bulan (ESPO).
j.       Mengawasi mekanisme dan alur pemakaian antibiotik secara rasional dan bijaksana oleh para klinisi melalui koordinasi dengan Panitia Farmasi dan Terapi, serta Apotik Rumah Sakit.