Selasa, 12 April 2011

PATOGENESIS INFEKSI OLEH BAKTERI

Oleh
Alit Adi Sanjaya


2.1.1 Penularan infeksi
Bakteri (dan juga mikroorganisme lain) beradaptasi pada lingkungan, termasuk hewan dan manusia, tempat bakteri hidup dan bertempat tinggal. Dengan melakukan itu, bakteri memastikan pertahanan hidupnya dan meningkatkan kemampuan penularan. Dengan menimbulkan infeksi asimtomatik atau penyakit ringan, daripada kematian inang, mikroorganisme yang hidup secara normal pada manusia meningkatkan kemampuan penularannya dari orang ke orang. Bebrapa bakteri secara umum menimbulkan penyakit pada manusia terdapat mula-mula pada hewan dan menginfeksi manusia secra insidental. Sebagai contoh, spesies Salmonella  dan Campylobacter  secara khas menginfeksi hewan dan ditularkan kemanusia melalui produk makanan. Bakteri lain menimbulkan infeksi karena kekurang-hatian, suatu kesalahan dalam siklus normal organisme, organisme tidak beradaptasi dengan manusia, dan penyakit yang mereka timbulkan mungkin berat. Sebagai contoh, Yersinia pestis (pes) memiliki siklus hidup yang telah menetap dengan baik pada hewan pengerat dan kutu hewan pengerat, dan penularan oleh kutu kepada manusia merupakan sikap kekurang-hatian; Bacillus anthracis (antraks) hidup di lingkungan, kadang-kadang menginfeksi hewan, dan ditularkan ke manusia melalui produk seperti bulu dari hewan yang terinfeksi. Spesies Clostridium sering ditemukan di lingkungan dan ditularkan ke manusia melalui pencernaan (misalnya, gastroenteritris C. perfringens dan botulisme C. botulinum) atau ketika luka terkontaminasi oleh tanah (misalnya, gangren gas C. perfringens dan tetanus C. tetani).
Manifestasi klinik dari penyakit (misalnya, diare, batuk, sekret genital) yang dihasilkan oleh mikroorganisme sering kali mengakibatkan penularan bakteri. Contoh sindroma klinik dan bagaimana hal ini meningkatkan penularan bakteri penyebab adalah sebagai berikut: Vibrio cholerae dapat menyebabkan diare hebat yang dapat mengkontaminasi garam dan air segar; air minum atau makanan laut seperti tiram dan kepiting yang terkontaminasi; minum air atau makan makanan laut yang terkontaminasi dapat menimbulkan infeksi dan penyakit. Serupa dengan itu, kontaminasi produk makanan dengan sampah mengandung E. coli dapat menyebabkan diare akibat penularan bakteri. Mycobacterium tuberculosis (tuberkulosis) secara alami hanya menginfeksi manusia; menimbulkan penyakit pernafasan dengan batuk dan pembentukan aerosol, mengakibatkan penularan dari orang ke orang.
Banyak bakteri ditularkan dari satu orang ke orang lain melalui tangan. Seseorang dengan S. aureus yang dibawa pada nares anterior dapat menggosok hidungnya, memindahkan staphylococcus pada tangan, dan menyebarkan bakteri ke bagian lain tubuh atau ke orang lain, tempat timbul infeksi. Banyak patogen oportunis yang menyebabkan infeksi nosocomial ditularkan dari satu pasien ke pasien lain melalui tangan petugas rumah sakit. Karena itu, mencuci tangan merupakan hal penting dalam pengendalian penyakit.
Pintu masuk bakteri patogen ke dalam tubuh yang paling sering adalah tempat dimana selaput mukosa bertemu dengan kulit: saluran pernafasan (jalan napas bagian atas dan bawah), saluran pencernaan (terutama mulut), saluran kelamin, saluran kemih. Daerah abnormal selaput mukosa dan kulit (misalnya luka potong, luka bakar, dan luka lainnya) juga sering menjadi tempat masuk. Kulit dan selaput mukosa normal memberikan pertahanan primer terhadap infeksi. Untuk menimbulkan penyakit, phatogen harus menembus pertahanan pada tubuh inang.

2.1.2 Proses infeksi
Sekali masuk ke dalam tubuh, bakteri menempel atau melekat pada sel inang, biasanya pada sel epitel. Setelah bakteri menetap pada tempat infeksi pertama, bakteri berkembangbiak dan menyebar langsung melalui jaringan atau lewat sistem getah bening menuju aliran darah. Infeksi ini (bakteremia) dapat bersifat sementara atau menetap. Bakteremia memungkinkan bakteri untuk menyebar luas dalam tubuh dan mencapai jaringan yang cocok bagi perkembangbiakannya.
Pneumonia pneumococcus adalah contoh proses infeksi. S. pneumonia dapat dibiakan dari nasofaring pada 5 – 40% orang sehat. Kadang-kadang, Pneumococcus dari nasofaring teraspirasi ke dalam paru-paru; aspirasi paling sering terjadi pada orang yang lemah dan dalam keadaan tertentu, misalnya koma, yaitu saat reflek batuk yang normal berkurang. Infeksi berkembang dalam ruang udara terminal paru-paru pada orang yang tidak mempunyai antibodi pelindung terhadap polisakarida kapsuler jenis Pneumococcus. Perkembangbiakan Pneumococcus dan peradangan yang ditimbulkannya mengakibatkan pneumonia. Kemudian Pneumococcus memasuki saluran getah bening paru-paru dan masuk ke dalam aliran darah. Antara 10 - 20% orang yang menderita pneumonia pneumococcus telah mengalami bakteremia saat diagnosis pneumonia dibuat. Begitu bakteremia terjadi, Pneumococcus dapat menyebar ke tempat infeksi sekunder, (misalnya cairan serebrospina, valvula jantung, ruang sendi). Komplikasi utama pneumonia pneumococcus adalah meningitis, endokarditis, atau artritis septik.
Proses infeksi pada kolera meliputi, pemakanan  Vibrio cholerae, penarikan kemotaktik bakteri ke epitel usus, pergerakan bakteri dengan flagel pada ujungnya, dan penetrasi lapisan mukosa pada permukaan intestinal.  Vibrio cholera, melekat pada permukaan sel epitel diperantarai oleh fili dan alat pelekat lain. Produksi toksin kolera mengakibatkan aliran klorida dan air ke dalam lumen usus, menyebabkan diare dan ketidakseimbangan elektrolit.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar